Sabtu, 01 Maret 2014

yazid bin muawiyah


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Perintisan dinasti Umayah dilakukan oleh Muawiyah dengan cara menolak membai’at Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara politik menguntungkan Muawiyah.1
Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh khalifah Ali. Jabatan khalifah setelah Ali wafat dipegang oleh putranya Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan bin Ali yang menjadikan kepemimpiman umat islam menjadi satu kepemimpinan politik dan pada tahun ini disebut tahun am jami’ah.
Pada masa itu, umat Islam telah bersentuhan dengan peradaban Persia dan Bizantium. Oleh karena itu, Muawiyah juga bermaksud meniru cara kepemimpinannya yaitu monarki. Akan tetapi, gelar pemimpin pusat tidak disebut raja. Muawiyah tetap menggunakan khalifah dengan makna konotatif yang diperbaharui. Sedangkan pada zaman sebelumnya khalifah adalah pemmpin masyarakat, sdangkan pada zaman Umayah khalifah adalah pemimpin atau penguasa yang diangkat oleh Allah. Langkah awal dalam rangka memperlancar pengangkatan Yazid sebagai penggantinya adalah yazid bin Muawiyah sebagai putra mahkota.
  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana biografi khalifah Yazid bin Muawiyah ?
  2. Apa saja peristiwa-peristiwa yang terjadi saat khalifah Yazid bin Muawiyah berkuasa?
  3. Daerah mana saja yang berhasil ditaklukkan pada saat pemerintahan khalifah Yazid bin Muawiyah?
  1. Tujuan
  1. Mengetahui biografi khalifah Yazid bin Muawiyah
  2. Mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi saat khalifah Yazid bin Muawiyah berkuasa
  3. Mengetahui daerah yang ditaklukkan pada pemerintahan khalifah Yazid bin Muawiyah


















BAB II
PEMBAHASAN
  1. Biografi khalifah Yazid bin Muawiyah
Yazid bin Muawiyah Abu Kholid al-Amawy dilahirkan pada tahun 50 atau 60 Hijriyyah, ia terlahir gemuk, dagingnya banyak, serta rambutnya banyak. Ibunya bernama Maysun binti bukhdal al-kalibiy.2
Dia tumbuh dalam keadaan serba mewah dan manja. Tatkala dia tumbuh dewasa cenderung melakukan hal  sia-sia dan senang berburu. Dia menjadi kholifah setelah ayahnya meninggal.3
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirimkan surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk kepadanya.4
            Seluruh negri membaiat dirinya kecuali sejumlah kecil orang di Madinah. Yazid berusaha memaksa mereka. Maka Ibnu Umar, Ibnu Abu Bakar dan Ibnu Abbas membaiatnya. Sedangkan Husein dan Abdullah Ibnu Zubair pergi ke Mekkah dan tidak membaiatnya. Keduanya menginginkan kekhilafahan berada di tanganya.
  1. Peristiwa peristiwa yang terjadi pada masa khalifah Yazid bin Muawiyah
Saat pemerintahan yang dipimpin dinasti Bani Umayyah keberhasilan banyak dicapai, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika ia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudaara beberapa kali dan berkelanjutan.5
  1. Pemberontakan syiah
Yaitu pemberontakan yang terus menerus terjadi sepanjang pemerintahan Bani Umayyah. Penyebabnya adalah karena mereka sangat tidak senang terhadap anak-anak Umayyah. Mereka melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan. Dan perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husen bin Ali.6
  1. Tragedi Karbela
Husen bin Ali tidak membaiat Yazid. Pada tahun 680 M, ia pindah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah di Irak yang ingin membaiatnya sebagai khalifah. Mereka tidak mengakui Yazid.
Maka, Husen pun bersama keluarga dan kerabatnya serta jamaahnya berangkat menemui mereka. Beberapa orang yang cukup matang cara berfikirnya menasihatinya Agar dia tidak berangkat ke sana Namun dia tidak mendengarkan nasihat mereka.
Di tengah jalan Husen dicegat oleh pasukan berkuda Ubaidillah bin Ziyad, Gubernur Bashrah dan Kufah. Husen mengalihkan jalan ke Karbela. Di tempat itulah dia ditawari menyerah atau perang. Ternyata Husen memilih perang. Maka, terjadilah perang sengit. Husen dan sahabat-sahabatnya berperang mati-matian hingga akhirnya terbunuh beserta semua sahabat, pengikut serta keluarganya. kemudian kepala Husen dan keluarganya dibawa kepada Yazid. Namun, Yazid menangis atas kejadian tersebut. Dia menghormati Husen dan istri-istri Husen kemudian dia mengembalikan mereka ke Madinah. Dengan peristiwa ini semakin memperlebar pintu perpecahan umat muslimin.
  1. Peristiwa Hurrah dan penghalalan Madinah
Perlawanan orang Syiah tidak padam dengan terbunuhnya Husein. Gerakan mereka bahkan menjadi lebih keras. Kabar tentang Karbela akhirnya samapai ke Madinah. Maka, saat itulah Abdullah ibnu Zubair mengumumkan pencopotan Yazid dari kekhalifahan dan dia membaiat dirinya sebagai khalifah. Penduduk Madinah membaiatnya.
Mendengar berita itu Yazid segera mengirimkan pasukan ke Madinah setelah sebelumnya tidak menjadi fokus perhatiannya. Dia menghalalkan pertumpahan darah di Madinah dengan membunuh ratusan sahabat dan anak-anak mereka hingga akhirnya Madinah takluk.
Pasukan Yazid melanjutkan serangannya ke Mekkah, tempat Abdullah ibnu Zubair melarikan diri. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, saat pengepungan di Mekkah inilah Yazid meninggal dunia(Rabi’ul Awal tahun 683M). Sehingga pasukan Yazid menarik diri ke Syam. Gerakan Abdullah bin Zubair baru bisa di hentikan pada masa kekhalifahan Abdul Malik yaitu tahun 692 M.
  1. Penaklukan-penaklukan di masa pemerintahannya
Ketika ekspansi islam ke Binzantium saat pemerintahan dipegang oleh ayahnya yaitu Muawiyah, tentara muslim dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah dan didampingi oleh Abu Ayub Al-Anshari, Abdulloh bin Zubair, Abdulloh bin Umar, dan Banu Abbas. Serangan demi serangan terus dilancarkan. Meski demikian tampaknya saat itu pasukan Bizantium amat tangguh dan juga didukung oleh medan yang sudah dikenalnya serta dekat dengan ibukota. Dibandingkan dengan tentara islam yang jauh dari basis mereka. Walaupun orang islam telah membangun pangkalan di laut Marmora namun belum bisa menembus benteng istanbul. Akhirnya pada tahun 677 M, Muawiyah memutuskan untuk berdamai.7
Pada masa pemerintahannya hanya terjadi penaklukan di Afrika saja dan tidak melancarklan ekspansi ke tempat lain karena adanya gejolak dalam negri. Di Afrika ‘Uqbah bin Nafi’ melanjutkan penaklukan diwilayah Barat. Dia berhasil menakluka Maghrib secara menyeluruh. Kemudian melanjutkannya ke lautan atlantik. Di riwayatkan bahwa ‘uqbah naik ke sebuah bukit yang berhadapan dengan lautan Atlantik dan berkata,” Wahai Tuhanku, andai bukan karena halangan laut ini pasti aku akan berangkat terus sebagai mujahid di jalan-Mu. Andaikata aku tau bahwa setelah ini ada tanah dan manusia, pastia saya akan mengarunginya.”
Akan tetapi ketika Uqbah dalam perjalana pulang dia disergap dan dibunuh oleh kepala suku Barbar Kusaylah dan kahina. Dengan tewasnya Uqbah dan kalahnya satuan-satuan mereka, maka untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke Bizantium di daerah pantai dan ketanga Kusaylah di daerah pedalaman. Pasukan-pasukan muslimin mengundurkan diri dari Qairawan ke Barqah.8














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa dinasti Bani Umayyah islam banyak mencapai keberhasilan. Namun tidak berarti kondisi politik dalam negeri berlangsung stabil. Ini mulai sangat terlihat ketika Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika ia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan setelahnya akan diserahkan kepada pemilihan umat islam. Pendeklarasian Yazid sebagai mahkota menimbulkan penolakan-penolakan dan akibatnya terjadilah pemberontakan di dalam negeri Seperti pemberontakan kaum Syiah. Apalagi setelah terbunuhnya Sayid Husen bin Ali bin Abi Thalib, gerakan-gerakan oposisi mereka semakin keras. Abdullah bin Zubair setelah mendengar terbunuhnya Husein membina gerakan oposisi dan membaiat dirinya sebagai khalifah. Mengetahui ini Yazid mengirim pasukannya untuk menghabisi gerakan oposisi tersebut. Puncaknya terjadilah pengepungan di Mekkah. Walhasil terjadi pertumpahan darah dan dalam peperangan tersebut Yazid akhirnya terbunuh(Rabi’ul awal 683M).
Selama Yazid menjadi khalifah, ekspansi tidak banyak terjadi dan hanya terjadi di Afrika saja. Di Afrika Uqbah bin Nafi melanjutkan penaklukan diwilayah Barat.dia berhasil menakluka Maghrib secara menyeluruh. Kemudian melanjutkannya ke lautan atlantik.






DAFTAR PUSTAKA

Al-Suyuti , Jalaludddin.2008. Tarih al-Hulafa. Lebanon. Dar Al-kotob al-ilmiyah.
Rahman, Samson. 2003. Sejarah Islam. Jakarta. Akbar Media Eka Sarana.
Yatim, Badrin. 2008. Sejarah peradaban Islam, Jakarta. Rajawali Pers.
Fuadi, Imam, 2011. Sejaraha Peradaban islam, Yogjakarta:Teras.



1 Dedi, Supardi, Sejarah Peradaban Islam, (Pustaka Setia : Bandung, 2008) h. 103

2 Jalaludddin al-Suyuti, Tarih al-Hulafa, (Lebanon: Dar Al-kotob al-ilmiyah,2008), h.131

3 Samson Rahman, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,cet.1,2003), h.192

4 Badrin Yatim, Sejarah peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 45

5 Ibid, h. 45

6 Op. Cit. Samson Rahman, h.192

7 Imam Fuadi, Sejaraha Peradaban islam, (Yogjakarta:Teras,2011), h.75

8 Ibid, h.77

Tidak ada komentar:

Posting Komentar