BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Perintisan dinasti Umayah dilakukan
oleh Muawiyah dengan cara menolak membai’at Ali, berperang melawan
Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara
politik menguntungkan Muawiyah.1
Keberuntungan Muawiyah berikutnya
adalah keberhasilan pihak Khawarij membunuh khalifah Ali. Jabatan
khalifah setelah Ali wafat dipegang oleh putranya Hasan bin Ali
selama beberapa bulan. Akan tetapi, karena tidak didukung oleh
pasukan yang kuat, sedangkan pihak Muawiyah semakin kuat, akhirnya
muawiyah melakukan perjanjian dengan Hasan bin Ali yang menjadikan
kepemimpiman umat islam menjadi satu kepemimpinan politik dan pada
tahun ini disebut tahun am
jami’ah.
Pada masa itu, umat Islam telah
bersentuhan dengan peradaban Persia dan Bizantium. Oleh karena itu,
Muawiyah juga bermaksud meniru cara kepemimpinannya yaitu monarki.
Akan tetapi, gelar pemimpin pusat tidak disebut raja. Muawiyah tetap
menggunakan khalifah dengan makna konotatif yang diperbaharui.
Sedangkan pada zaman sebelumnya khalifah adalah pemmpin masyarakat,
sdangkan pada zaman Umayah khalifah adalah pemimpin atau penguasa
yang diangkat oleh Allah. Langkah awal dalam rangka memperlancar
pengangkatan Yazid sebagai penggantinya adalah yazid bin Muawiyah
sebagai putra mahkota.
- Rumusan Masalah
- Bagaimana biografi khalifah Yazid bin Muawiyah ?
- Apa saja peristiwa-peristiwa yang terjadi saat khalifah Yazid bin Muawiyah berkuasa?
- Daerah mana saja yang berhasil ditaklukkan pada saat pemerintahan khalifah Yazid bin Muawiyah?
- Tujuan
- Mengetahui biografi khalifah Yazid bin Muawiyah
- Mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi saat khalifah Yazid bin Muawiyah berkuasa
- Mengetahui daerah yang ditaklukkan pada pemerintahan khalifah Yazid bin Muawiyah
BAB
II
PEMBAHASAN
- Biografi khalifah Yazid bin Muawiyah
Yazid bin Muawiyah Abu Kholid
al-Amawy dilahirkan pada tahun 50 atau 60 Hijriyyah, ia terlahir
gemuk, dagingnya banyak, serta rambutnya banyak. Ibunya bernama
Maysun binti bukhdal al-kalibiy.2
Dia tumbuh dalam keadaan serba mewah
dan manja. Tatkala dia tumbuh dewasa cenderung melakukan hal
sia-sia dan senang berburu. Dia menjadi kholifah setelah ayahnya
meninggal.3
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah
tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya.
Yazid kemudian mengirimkan surat kepada gubernur Madinah, memintanya
untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara
ini, semua orang terpaksa tunduk kepadanya.4
Seluruh negri membaiat dirinya
kecuali sejumlah kecil orang di Madinah. Yazid berusaha memaksa
mereka. Maka Ibnu Umar, Ibnu Abu Bakar dan Ibnu Abbas membaiatnya.
Sedangkan Husein dan Abdullah Ibnu Zubair pergi ke Mekkah dan tidak
membaiatnya. Keduanya menginginkan kekhilafahan berada di tanganya.
- Peristiwa peristiwa yang terjadi pada masa khalifah Yazid bin Muawiyah
Saat pemerintahan yang dipimpin
dinasti Bani Umayyah keberhasilan banyak dicapai, namun tidak berarti
bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak
mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika ia naik tahta,
yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah
Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi
pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan
munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang
mengakibatkan terjadinya perang saudaara beberapa kali dan
berkelanjutan.5
- Pemberontakan syiah
Yaitu pemberontakan yang terus
menerus terjadi sepanjang pemerintahan Bani Umayyah. Penyebabnya
adalah karena mereka sangat tidak senang terhadap anak-anak Umayyah.
Mereka melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan. Dan perlawanan
terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husen bin Ali.6
- Tragedi Karbela
Husen bin Ali tidak membaiat Yazid.
Pada tahun 680 M, ia pindah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah
di Irak yang ingin membaiatnya sebagai khalifah. Mereka tidak
mengakui Yazid.
Maka, Husen pun bersama keluarga dan
kerabatnya serta jamaahnya berangkat menemui mereka. Beberapa orang
yang cukup matang cara berfikirnya menasihatinya Agar dia tidak
berangkat ke sana Namun dia tidak mendengarkan nasihat mereka.
Di tengah jalan Husen dicegat oleh
pasukan berkuda Ubaidillah bin Ziyad, Gubernur Bashrah dan Kufah.
Husen mengalihkan jalan ke Karbela. Di tempat itulah dia ditawari
menyerah atau perang. Ternyata Husen memilih perang. Maka, terjadilah
perang sengit. Husen dan sahabat-sahabatnya berperang mati-matian
hingga akhirnya terbunuh beserta semua sahabat, pengikut serta
keluarganya. kemudian kepala Husen dan keluarganya dibawa kepada
Yazid. Namun, Yazid menangis atas kejadian tersebut. Dia menghormati
Husen dan istri-istri Husen kemudian dia mengembalikan mereka ke
Madinah. Dengan peristiwa ini semakin memperlebar pintu perpecahan
umat muslimin.
- Peristiwa Hurrah dan penghalalan Madinah
Perlawanan orang Syiah tidak padam
dengan terbunuhnya Husein. Gerakan mereka bahkan menjadi lebih keras.
Kabar tentang Karbela akhirnya samapai ke Madinah. Maka, saat itulah
Abdullah ibnu Zubair mengumumkan pencopotan Yazid dari kekhalifahan
dan dia membaiat dirinya sebagai khalifah. Penduduk Madinah
membaiatnya.
Mendengar berita itu Yazid segera
mengirimkan pasukan ke Madinah setelah sebelumnya tidak menjadi fokus
perhatiannya. Dia menghalalkan pertumpahan darah di Madinah dengan
membunuh ratusan sahabat dan anak-anak mereka hingga akhirnya Madinah
takluk.
Pasukan Yazid melanjutkan serangannya
ke Mekkah, tempat Abdullah ibnu Zubair melarikan diri. Dua pasukan
bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, saat pengepungan
di Mekkah inilah Yazid meninggal dunia(Rabi’ul Awal tahun 683M).
Sehingga pasukan Yazid menarik diri ke Syam. Gerakan Abdullah bin
Zubair baru bisa di hentikan pada masa kekhalifahan Abdul Malik yaitu
tahun 692 M.
- Penaklukan-penaklukan di masa pemerintahannya
Ketika ekspansi islam ke Binzantium
saat pemerintahan dipegang oleh ayahnya yaitu Muawiyah, tentara
muslim dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah dan didampingi oleh Abu Ayub
Al-Anshari, Abdulloh bin Zubair, Abdulloh bin Umar, dan Banu Abbas.
Serangan demi serangan terus dilancarkan. Meski demikian tampaknya
saat itu pasukan Bizantium amat tangguh dan juga didukung oleh medan
yang sudah dikenalnya serta dekat dengan ibukota. Dibandingkan dengan
tentara islam yang jauh dari basis mereka. Walaupun orang islam telah
membangun pangkalan di laut Marmora namun belum bisa menembus benteng
istanbul. Akhirnya pada tahun 677 M, Muawiyah memutuskan untuk
berdamai.7
Pada masa pemerintahannya hanya
terjadi penaklukan di Afrika saja dan tidak melancarklan ekspansi ke
tempat lain karena adanya gejolak dalam negri. Di Afrika ‘Uqbah bin
Nafi’ melanjutkan penaklukan diwilayah Barat. Dia berhasil
menakluka Maghrib secara menyeluruh. Kemudian melanjutkannya ke
lautan atlantik. Di riwayatkan bahwa ‘uqbah naik ke sebuah bukit
yang berhadapan dengan lautan Atlantik dan berkata,” Wahai Tuhanku,
andai bukan karena halangan laut ini pasti aku akan berangkat terus
sebagai mujahid di jalan-Mu. Andaikata aku tau bahwa setelah ini ada
tanah dan manusia, pastia saya akan mengarunginya.”
Akan tetapi ketika Uqbah dalam
perjalana pulang dia disergap dan dibunuh oleh kepala suku Barbar
Kusaylah dan kahina. Dengan tewasnya Uqbah dan kalahnya satuan-satuan
mereka, maka untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke Bizantium di
daerah pantai dan ketanga Kusaylah di daerah pedalaman.
Pasukan-pasukan muslimin mengundurkan diri dari Qairawan ke Barqah.8
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa dinasti Bani Umayyah islam
banyak mencapai keberhasilan. Namun tidak berarti kondisi politik
dalam negeri berlangsung stabil. Ini mulai sangat terlihat ketika
Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika
ia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian
kepemimpinan setelahnya akan diserahkan kepada pemilihan umat islam.
Pendeklarasian Yazid sebagai mahkota menimbulkan penolakan-penolakan
dan akibatnya terjadilah pemberontakan di dalam negeri Seperti
pemberontakan kaum Syiah. Apalagi setelah terbunuhnya Sayid Husen bin
Ali bin Abi Thalib, gerakan-gerakan oposisi mereka semakin keras.
Abdullah bin Zubair setelah mendengar terbunuhnya Husein membina
gerakan oposisi dan membaiat dirinya sebagai khalifah. Mengetahui ini
Yazid mengirim pasukannya untuk menghabisi gerakan oposisi tersebut.
Puncaknya terjadilah pengepungan di Mekkah. Walhasil terjadi
pertumpahan darah dan dalam peperangan tersebut Yazid akhirnya
terbunuh(Rabi’ul awal 683M).
Selama Yazid menjadi khalifah,
ekspansi tidak banyak terjadi dan hanya terjadi di Afrika saja. Di
Afrika Uqbah bin Nafi melanjutkan penaklukan diwilayah Barat.dia
berhasil menakluka Maghrib secara menyeluruh. Kemudian melanjutkannya
ke lautan atlantik.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Suyuti
, Jalaludddin.2008. Tarih
al-Hulafa. Lebanon.
Dar Al-kotob al-ilmiyah.
Rahman,
Samson. 2003. Sejarah
Islam. Jakarta.
Akbar Media Eka Sarana.
Yatim,
Badrin. 2008. Sejarah
peradaban Islam,
Jakarta. Rajawali Pers.
Fuadi,
Imam, 2011. Sejaraha
Peradaban islam,
Yogjakarta:Teras.
1
Dedi, Supardi, Sejarah Peradaban Islam, (Pustaka Setia :
Bandung, 2008) h. 103
2
Jalaludddin al-Suyuti, Tarih al-Hulafa, (Lebanon: Dar
Al-kotob al-ilmiyah,2008), h.131
3
Samson Rahman, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana,cet.1,2003), h.192
4
Badrin Yatim, Sejarah peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2008), h. 45
5
Ibid, h. 45
6
Op. Cit. Samson Rahman, h.192
7
Imam Fuadi, Sejaraha Peradaban islam,
(Yogjakarta:Teras,2011), h.75
8
Ibid, h.77
Tidak ada komentar:
Posting Komentar