BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Sebagai suatu kegiatan yang professional dan ilmiah, pelaksanaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena. Teori merupakan hal yang diperlukan untuk mengorganisasikan kejadian yang terpisah-pisahdan dihadapi oleh konselor.
Teori dalam konseling merupakan jalan yang sistematis untuk melihat proses pemberian bantuan. Teori juga merupakan alat untuk mengadakan abstraksi yang dilakukan oleh konselor yang memberikan arah apabila konselor mengadakan eksplorasi mengenai keruwetan dari klien. Teori mempunyai tujuan tunggal, yaitu membuat organisasi mengenai informasi dan data yang akan lebih berguna, lebih komunikatif, dan lebih praktis.
2) Rumusan Masalah
a) Apa saja yang termasuk teori-teori tentang konseling?
b) Bagaimana konsep pokok teori tersebut?
c) Bagaimana proses dan teknik teori tersebut?
3) Tujuan Pembahasan
a) Mengetahui teori-teori konseling.
b) Mengetahui konsep pokok teori-teori konseling.
c) Mengetahui bagaimana proses dan teknikdari teori-teori konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI-TEORI KONSELING
1. Teori Konseling Sifat dan Faktor (“Trait & Factor”)
Beberapa tokoh teori sifat dan faktor adalah Walter Bingham, John Darley, Donald G, Paterson dan E. G. Williamson. Tetapi tokoh yang paling menonjol dan terkenal ialah Williamson karena pandangan dan konsepnya telah banyak dipublikasikan dalam berbagai artikel dalam jurnal dan buku-buku. Teori sifat dan factor sering pula disebut sebagai konseling direktif atau konseling yang berpusat pada konselor.
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu denganyang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan tempramen. Telah banyak diusahakan untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah:
a. Mengukur dan menilai cirri-ciri seseorang dengan tes psikologis.
b. Mendefinisikan atau menggambarkan diri seseorang.
c. Membantu memahami diri dan lingkungannya.
d. Memprediksi keberhasilan yang mungkin dica[pai dimasa mendatang.
Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Menurut Williamson maksud konseling adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Tugas konseling sifat dan factor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan tujuan-tujuan hidup dan karir. Konseling dilaksanakan dengan membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan, keterbatasan diri, dan membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian. Dalam hubungan konseling individu diharapkan mampu menghadapi, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalahnya.
Asumsi pokok yang mendasari teori konseling sifat dan faktor adalah:
1) Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisasikan secara unik, dank arena kemampuan kualitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik tersebut.
2) Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan prilaku kerja tertentu. Oleh karena itu, maka identifikasi karakteristik para pekerja yang berhasil merupakan suatu informasi yang berguna dalam membantu individu memilih karir.
3) Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda Dan dalam hal ini dapat ditentukan. Individu akanbelajar lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4) Baik siswa maupun konselor hendaknya mendiagnosa potensi siswa untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.
5) Setiap orang mempunyai kecakapan dan keinginan untuk mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.
Peranan konselor menurut teori sifat dan faktor adalah memberitahukan konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui hasil testing. Berdasarkan hasil testing pula ia mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli. Pendekatan teori ini sering disebut kognitif rasional karena peranan konsrlor dalam konseling ialah memberitahukan, member informasi dan m,engarahkan konseli.
Teknik konseling sifatnya khusus bagi setiap individu dan masalahnya. Setiap teknik hanya dapat digunakana bagi m,asalah dan klien secara khusus, Diantaranya:
a) Penggunaan hubungan intim (rapport), konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang menagncam konseli.
b) Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya.
c) Pemberian nasihat dan perencanaan program kegiatan, ada tiga metode pemnberian nasihat yang dapat digunakan oleh konselor, yaitu:
• Nasihat langsung (direct advising), dimana konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
• Metode persuasive, dengan menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas.
• Metode penjelasan, konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d) menunjukkan kepada petugas lain atau referral, jika konselor merasa tidak mampu menangani masalah konseli, maka dia harus merujuk konseli kepada pihak lain yang dipandang lebih kompeten untuk membantu konseli.
Tujuan umum konseling adalah memfasilitasi perkembangan secara optimal pada semua aspek kehidupan manusia. Konseling mendukung individu dalam kemajuan bertahap pemahaman diri dan kelola diri. Teknik pokoknya adalah mendorong konformitas, mengubah lingkungan, memilih lingkungan pantas, belajar keterampilan perlu, dan mengubah sikap. Prosedur konseling dan keaktifan konselor berada dalam tahap-tahap:
a. Analisis, yang melibatkan pengumpulan data luas guna pemahaman klien.
b. Sintesis, yaitu merangkum dan mengorganisasikan data untuk menetapkan kelebihan dan kelemahan klien.
c. Diagnosis, yaitu kesimpulan mengenai penyebab masalah dan karakteristiknya.
d. Prognosis, prediksi konselor mengenai perkembangan ke depan konseli atau implikasi dari suatu diagnosis.
e. Tritmen atau konseling adalah langkah yang ditempuh konselor bersama konseli untuk melakukan penyesuaian dan penyesuaian kembali dan tindak lanjut mencakup sembarang aktivitas konselor untuk membantu konseli menghadapi masalah baru termasuk evaluasi terhadap langkah-l;angkah yang ditempuh konseli dan konselor.
2. Teori Konseling Rational-Emotive
Tokoh teori ini adalah Albert Ellis. Para ahli psikologis klinis sering mengkhususkan diri dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga. Pada mulanya Ellis mendapat pendidikan dalam psikoanalisa, akan tetapi dalam pengalaman prakteknya ia merasa kurang meyakini psikoanalisa yang dianggap ortodoks. Oleh karena itu berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive theraphy (RET) atau terapi rasional emosi.
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam praktenya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang.
Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep bahwa banyak prilaku emosional individu yang berpangkal pada self talk (emosi diri) atau internalisasi kalimat-kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif.
Tujuan utama terapi rasional emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya. Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara berpikir, merasa, dan berprilaku sehingga ia tak lagi mengalami gangguan emosional dimasa yang akan datang. Terapi ini juga bertujuan menghilangkan kecemasan, ketakutan, kehawatiran, ketidakyakinan diri, mencapai prilaku social, kebahagiaan dan aktualisasi diri. Prosedur konseling dan keaktifan konselor dilakukan dalam tahapan pengembangan hubungan, kelola kognisi, kelola emosi dan kelola tindakan yang dimana konselor sangat aktif mengajar konseli.
Secara lebih khusus Ellis menyebutkan bahwa dengan terapi rasional-emotif akan tercapai pribadi yang ditandai dengan:
a. Minat kepada diri sendiri.
b. Minat sosial.
c. Pengarahan diri.
d. Toleransi terhadap lain.
e. Fleksibelitas.
f. Menerima ketidakpastian.
g. Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya.
h. Berpikir ilmiah.
i. Penerimaan diri.
j. Berani mengambil resiko.
k. “non utopianism” yaitu menerima kenyataan.
3. Teori Konseling Behavioral
Yang dapat digolongkan sebagai tokoh-tokoh dan banyak memberikan informasi mengenai konseling behavioral antara lain: John D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosford, Bandura, Wolpe dan sebagainya. Dalam proses behavioral, prilaku manusia merupakan hasil belajar. Sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya proseskonseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah prilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Menurut Krumboltz dan Thoresen mengatakan bahwa konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini adalaha atas pertimbangan bahwa konselor memabantu orang (klien) belajar atau mengubah prilaku. Konser berperan membantu dalam proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat mengubah prilakunya serta memecahkan masalahnya.
Tujuan konseling harus memperhatikan kriteria berikut:
a. Tujuan harus diinginkan oleh klien.
b. Konselor harus berkeinginan untuk membantu klien mencapai tujuan.
c. Tujuan harus mempunyai kemungkinan untuk dinilai pencapaiannya oleh klien.
Menurut Corey ada tiga fungsi tujuan dalam konseling behavioral yaitu:
1) Sebagai refleksi masalah klien dan dengan demikian sebagai arah bagi konseling.
2) Sebagai dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling.
3) Sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling.
Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respo-respon yang lama yang merusak diri dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Terapi ini juga bertujuan untuk memperoleh prilaku baru, mengeleminasi prilaku yang maladaftif dan memperkuat serta mempertahankan prilaku yang diinginkan.
Tujuan lain dari konseling adalah memecahkan apapun masalah (dalam batasan etika) yang dibawa oleh konseli pada konselor. Teknik pokok adalah modifikasi prilaku seperti teknik-teknik penguatan, modeling social, teknik-teknik desensitisasi. Klientil konseling behavioral adalah individu-individu yang dapat memikirkan dan memerhatikan kejadian didalam lingkungannya. Prosedur konseling dan keaktifan konselor diramu dala tahap-tahap: penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi dan evaluasi prilaku. Didalamnya hangat dan bersahabat namun sangat aktif.
Walaupun pendekatan behavioral berbeda-beda, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai keadaan yang umum:
a) Lebih menekankan pengaruh pada waktu sekarang daripada penentu historis mengenai prilaku.
b) Menekankan pada observasi perubahan prilaku yang tampak sebagai criteria evaluasi dari treatment.
c) Menentukan tujuan treatmentsecara kongkrit, objektif, dan terapi reflikasi.
d) Mengembangkan basic research sebagai sumber hipotesis tentang treatment dan teknik terapi.
e) Tentukan masalah dalam terapi secara spesifik maka treatment dan pengukuran dapat dilaksanakan.
4. Teori Konseling Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama dan pendiri psikoanalisa ialah Sigmund Freud, sebagai orang pertama yang mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadian. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur dan sebab-sebab gangguan jiwa.
Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga sistem, yaitu: id,ego, dan super ego. Ketika sistem ini mempunyai fungsi, sifat, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri.
Id
Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem kepribadian yang asli. Apabila id tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka perlu system lain yang benar-benar dapat menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif atau nyata.
Ego
Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organism untuk berhubungan dengan dunia kenyataan. Perbedaan pokok antara id dengan ego yaitu kalau id mengenal bayangan dunia subyektif, sedangkan ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada didalam subyektif dan sesuatu yang ada di dunia obyektif.
Super ego
Super ego merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita mayarakat yang ada di dalam kepribadian individu. Super ego cenderung menentang id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.
Funsi super ego dalam hubungannya dengan funsi id dan ego adalah:
a) Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentukan oleh masyarakat.
b) Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada realitas.
c) Mengejar kesempurnaan.
Tujuan konseling psikoanalitik adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien. Konselor terutama berkenaan dengan membantu klien dalam memcapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang leboih efektif, dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara realistis. Satu karakteristik konseling psikoanalisa adalah bahwa terapi atau analisa bersikap anonym (tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisa.
Disamping itu tujuan konseling adalah rekonstruksi dan reorientasi kepribadian. Teknik pokok adalah asosiasi bebas, pemanfaatan mimpi, analisis mimpi, transferensi, interpretasi, dan hypnosis.
5. Teori Konseling Psikologi Individual
Individual psychology atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam memahami individu dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Konsep utama psikologi individual adalah bahwa prilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (harga diri kurang). Perasaan lemah dan tidak berdaya timbul dan berkembang karena pengalaman hidup anak bersama orang dewasa atau pandangan kekurangan dalam organ tubuh, Adler mempercayai prinsip fundamental motivasi dengan kompensasi terhadap perasaan rendah diri, dapat menjelaskan hamper seluruh prilaku manusia.
Kompleks rasa rendah diri menurut Adler, berasal dari tiga bentuk sumber yaitu:
a. Kekurangan dari organ tubuh.
b. Anak yang dimanja.
c. Anak yang mendapat penolakkan.
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih saying terhadap orang lain dan meningkatkan kegiatan.
Teknik konseling yang digunakan oleh konselor pengnut Adler disebut teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan konselor. Dengan empati, konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah klien dalam dirinya. Atas dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk memperbaiki gaya hidup dan memecahkan masalah klien.
6. Teori Konseling Analisis Transaksional
Eric Berne dianggap sebagai pionir yang menerapkan teori analisa transaksional dalam psikoterapi. Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, Tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai fungsi tujuan tertentu.
Berne membagi psikoterapi konvensional menjadi dua kelompok yaitu: pertama, kelompok yang melibatkan sugesti, dukungan kembali (reassurance), dan fungsi parental lainnya.dan kedua, adalah kelompok yang melibatkan pendekatan “rasional”, dengan menggunakan konfrontasi dan interpretasi seperti terapi non-direktif dan psikoanalisa.
Tujuan utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi dan membantu individu untuk hidup dalam ego state dewasa dengan ego lainnya berfungsi secara tetap. Tujuan konseling adalah membantu klien dalam memprogram pribadinya agar dapat membuat ego state berfungsi pada saat tepat. Tetapi analisis transaksional membuat orang dapat menganalisis transaksi dirinya sendiri. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi orang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan.
7. Teori Konseling “Client-Centered” (Berpusat Pada Klien)
Konseling yang berpusat pada klien sering pula disebut sebagai konseling teori diri (selft teory), konseling non-directif dan konseling rogerian. Carl R. Roger dipandang sebagai pelopor dan tokoh konseling tersebut. Menurut Rogers konseling dan psikoterapi tidak mempunyai perbedaan. Konseling yang berpusat pada klien berkembang dengan pesat di Amerika Serikat dan diterima sebagai konsep, dan alat baru dalam terapi yang diterapkan tidak hanya bagi orang dewasa, akan tetapi juga bagi remaja dan anak-anak.
Konsep dasar yang mendasari konseling berpusat pada klien adalah hal yang menyangkut konsep-konsep yang mengenai diri (selft), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan. Menurut Rogers konstruk inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Konseling yang berpusat pada klien memusatkan pada pengalaman individual. Dalam proses disorganisasi dan reorganisasi diri, konseling berupaya untuk meminimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri. Tujuan konseling adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek dari sebelumnya terganggu. Disamping itu konseling bertujuan membantu klien agar dapat bergerak kearah keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar kepada dirinya, keinginan untuk menjadi pribadi dan meningkatkan spontanitas hidup.konselor yang efektif dalam konseling yang berpusat pada klien ialah seorang yang dapat mengembangkan sikap dalam organisasi pribadinya, dan dapat menerapkan secara konsisten dengan teknik konseling yang digunakan.
8. Teori Konseling atau Terapi Gestalt
Terapi Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S. Perls (1989-1970). Teori ini dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu psikoanalisis terutama yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, fenomenolohi eksistensialisme Eropa dan psikologi Gestalt.
Tetapi Gestalt mengemukakan teori mengenai struktur dan perkembangan kepribadian yang mendasari terapinya serta serangkaian eksperimen yang dapat dipergunakan langsung oleh pembacanya. Menurut Perls, terapi Gestalt sifatnya eksistensial dan bersesuaian dengan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan dan alam semesta.
Tujuan utama konseling Gestalt adalah untuk meningkatkan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling Gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (selft support).
Adapun teknik-teknik yang biasa digunakan dalam konseling Gestalt adalah antara lain:
1) Enhancing awareness, yaitu klien dibantu untuk berada pada pengalamannya sekarang secara sadar.
2) Personality pronouns, yaitu klien diminta untuk mempribadikan pikirannya untuk meningkatkan kesadaran pribadinya.
3) Changing question to statements, yaitu mendorong klien untuk menggunakan pernyataan-pernyataan dari pada pertanyaan yang mendorong untuk mengekspresikan dirinya dan bertanggung jawab bagi komunikasinya.
4) Assuming responsibility, yaitu klien diminta untuk mengalihkan penggunaan kata “won’t” untuk “can’t” atau tidak ingin atau tidak dapat.
5) Asking how and what, atau bertanya bagaimana dan apa , bertanya mengapa dapat lebih membawa kearah aktualisasi daripada daripada mengalami dan memahami.
6) Sharing hunches, yaitu mendorong klien untuk mengekplorasi dari dengan menanamkan tilikan seperti I see atau I imagine atau saya lihat, atau saya dapat bayangkan.
7) Bringing the past into the now, yaitu membantu klien agar mengalami pengalaman-pengalaman masa lalu dalam situasi sekarang.
8) Expressing resentments and appreciations, yaitu membantu klien untuk mengidentifikasi dan menyatakan keadaan dan penghargaan dirinya.
9) Using body expression, mengamati ekspresi badan klien dan memusatkan perhatian untuk membantu kesadaran individu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori-teori konseling diantaranya:
1) Teori Konseling Sifat dan Faktor (“Trait & Factor”)
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu denganyang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan tempramen. Telah banyak diusahakan untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat.
2) Teori Konseling Rational-Emotive
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran.
3) Teori Konseling Behavioral
Menurut Krumboltz dan Thoresen mengatakan bahwa konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu.
4) Teori Konseling Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur dan sebab-sebab gangguan jiwa. Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga sistem, yaitu: id,ego, dan super ego. Ketika sistem ini mempunyai fungsi, sifat, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri.
5) Teori Konseling Psikologi Individual
Konsep utama psikologi individual adalah bahwa prilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (harga diri kurang).
6) Teori Konseling Analisis Transaksional
Tujuan utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi dan membantu individu untuk hidup dalam ego state dewasa dengan ego lainnya berfungsi secara tetap. Tujuan konseling adalah membantu klien dalam memprogram pribadinya agar dapat membuat ego state berfungsi pada saat tepat.
7) Teori Konseling “Client-Centered” (Berpusat Pada Klien)
Konsep dasar yang mendasari konseling berpusat pada klien adalah hal yang menyangkut konsep-konsep yang mengenai diri (selft), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.
8) Teori Konseling atau Terapi Gestalt
Tujuan utama konseling Gestalt adalah untuk meningkatkan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling Gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (selft support).
DAFTAR PUSTAKA
Mappiare, Andi. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Surya, Mohammad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Sebagai suatu kegiatan yang professional dan ilmiah, pelaksanaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena. Teori merupakan hal yang diperlukan untuk mengorganisasikan kejadian yang terpisah-pisahdan dihadapi oleh konselor.
Teori dalam konseling merupakan jalan yang sistematis untuk melihat proses pemberian bantuan. Teori juga merupakan alat untuk mengadakan abstraksi yang dilakukan oleh konselor yang memberikan arah apabila konselor mengadakan eksplorasi mengenai keruwetan dari klien. Teori mempunyai tujuan tunggal, yaitu membuat organisasi mengenai informasi dan data yang akan lebih berguna, lebih komunikatif, dan lebih praktis.
2) Rumusan Masalah
a) Apa saja yang termasuk teori-teori tentang konseling?
b) Bagaimana konsep pokok teori tersebut?
c) Bagaimana proses dan teknik teori tersebut?
3) Tujuan Pembahasan
a) Mengetahui teori-teori konseling.
b) Mengetahui konsep pokok teori-teori konseling.
c) Mengetahui bagaimana proses dan teknikdari teori-teori konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI-TEORI KONSELING
1. Teori Konseling Sifat dan Faktor (“Trait & Factor”)
Beberapa tokoh teori sifat dan faktor adalah Walter Bingham, John Darley, Donald G, Paterson dan E. G. Williamson. Tetapi tokoh yang paling menonjol dan terkenal ialah Williamson karena pandangan dan konsepnya telah banyak dipublikasikan dalam berbagai artikel dalam jurnal dan buku-buku. Teori sifat dan factor sering pula disebut sebagai konseling direktif atau konseling yang berpusat pada konselor.
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu denganyang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan tempramen. Telah banyak diusahakan untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah:
a. Mengukur dan menilai cirri-ciri seseorang dengan tes psikologis.
b. Mendefinisikan atau menggambarkan diri seseorang.
c. Membantu memahami diri dan lingkungannya.
d. Memprediksi keberhasilan yang mungkin dica[pai dimasa mendatang.
Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Menurut Williamson maksud konseling adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Tugas konseling sifat dan factor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan tujuan-tujuan hidup dan karir. Konseling dilaksanakan dengan membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan, keterbatasan diri, dan membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian. Dalam hubungan konseling individu diharapkan mampu menghadapi, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalahnya.
Asumsi pokok yang mendasari teori konseling sifat dan faktor adalah:
1) Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisasikan secara unik, dank arena kemampuan kualitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik tersebut.
2) Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan prilaku kerja tertentu. Oleh karena itu, maka identifikasi karakteristik para pekerja yang berhasil merupakan suatu informasi yang berguna dalam membantu individu memilih karir.
3) Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda Dan dalam hal ini dapat ditentukan. Individu akanbelajar lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4) Baik siswa maupun konselor hendaknya mendiagnosa potensi siswa untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.
5) Setiap orang mempunyai kecakapan dan keinginan untuk mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.
Peranan konselor menurut teori sifat dan faktor adalah memberitahukan konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui hasil testing. Berdasarkan hasil testing pula ia mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli. Pendekatan teori ini sering disebut kognitif rasional karena peranan konsrlor dalam konseling ialah memberitahukan, member informasi dan m,engarahkan konseli.
Teknik konseling sifatnya khusus bagi setiap individu dan masalahnya. Setiap teknik hanya dapat digunakana bagi m,asalah dan klien secara khusus, Diantaranya:
a) Penggunaan hubungan intim (rapport), konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang menagncam konseli.
b) Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya.
c) Pemberian nasihat dan perencanaan program kegiatan, ada tiga metode pemnberian nasihat yang dapat digunakan oleh konselor, yaitu:
• Nasihat langsung (direct advising), dimana konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
• Metode persuasive, dengan menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas.
• Metode penjelasan, konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d) menunjukkan kepada petugas lain atau referral, jika konselor merasa tidak mampu menangani masalah konseli, maka dia harus merujuk konseli kepada pihak lain yang dipandang lebih kompeten untuk membantu konseli.
Tujuan umum konseling adalah memfasilitasi perkembangan secara optimal pada semua aspek kehidupan manusia. Konseling mendukung individu dalam kemajuan bertahap pemahaman diri dan kelola diri. Teknik pokoknya adalah mendorong konformitas, mengubah lingkungan, memilih lingkungan pantas, belajar keterampilan perlu, dan mengubah sikap. Prosedur konseling dan keaktifan konselor berada dalam tahap-tahap:
a. Analisis, yang melibatkan pengumpulan data luas guna pemahaman klien.
b. Sintesis, yaitu merangkum dan mengorganisasikan data untuk menetapkan kelebihan dan kelemahan klien.
c. Diagnosis, yaitu kesimpulan mengenai penyebab masalah dan karakteristiknya.
d. Prognosis, prediksi konselor mengenai perkembangan ke depan konseli atau implikasi dari suatu diagnosis.
e. Tritmen atau konseling adalah langkah yang ditempuh konselor bersama konseli untuk melakukan penyesuaian dan penyesuaian kembali dan tindak lanjut mencakup sembarang aktivitas konselor untuk membantu konseli menghadapi masalah baru termasuk evaluasi terhadap langkah-l;angkah yang ditempuh konseli dan konselor.
2. Teori Konseling Rational-Emotive
Tokoh teori ini adalah Albert Ellis. Para ahli psikologis klinis sering mengkhususkan diri dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga. Pada mulanya Ellis mendapat pendidikan dalam psikoanalisa, akan tetapi dalam pengalaman prakteknya ia merasa kurang meyakini psikoanalisa yang dianggap ortodoks. Oleh karena itu berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive theraphy (RET) atau terapi rasional emosi.
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam praktenya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang.
Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep bahwa banyak prilaku emosional individu yang berpangkal pada self talk (emosi diri) atau internalisasi kalimat-kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif.
Tujuan utama terapi rasional emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya. Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara berpikir, merasa, dan berprilaku sehingga ia tak lagi mengalami gangguan emosional dimasa yang akan datang. Terapi ini juga bertujuan menghilangkan kecemasan, ketakutan, kehawatiran, ketidakyakinan diri, mencapai prilaku social, kebahagiaan dan aktualisasi diri. Prosedur konseling dan keaktifan konselor dilakukan dalam tahapan pengembangan hubungan, kelola kognisi, kelola emosi dan kelola tindakan yang dimana konselor sangat aktif mengajar konseli.
Secara lebih khusus Ellis menyebutkan bahwa dengan terapi rasional-emotif akan tercapai pribadi yang ditandai dengan:
a. Minat kepada diri sendiri.
b. Minat sosial.
c. Pengarahan diri.
d. Toleransi terhadap lain.
e. Fleksibelitas.
f. Menerima ketidakpastian.
g. Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya.
h. Berpikir ilmiah.
i. Penerimaan diri.
j. Berani mengambil resiko.
k. “non utopianism” yaitu menerima kenyataan.
3. Teori Konseling Behavioral
Yang dapat digolongkan sebagai tokoh-tokoh dan banyak memberikan informasi mengenai konseling behavioral antara lain: John D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosford, Bandura, Wolpe dan sebagainya. Dalam proses behavioral, prilaku manusia merupakan hasil belajar. Sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya proseskonseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah prilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Menurut Krumboltz dan Thoresen mengatakan bahwa konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini adalaha atas pertimbangan bahwa konselor memabantu orang (klien) belajar atau mengubah prilaku. Konser berperan membantu dalam proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat mengubah prilakunya serta memecahkan masalahnya.
Tujuan konseling harus memperhatikan kriteria berikut:
a. Tujuan harus diinginkan oleh klien.
b. Konselor harus berkeinginan untuk membantu klien mencapai tujuan.
c. Tujuan harus mempunyai kemungkinan untuk dinilai pencapaiannya oleh klien.
Menurut Corey ada tiga fungsi tujuan dalam konseling behavioral yaitu:
1) Sebagai refleksi masalah klien dan dengan demikian sebagai arah bagi konseling.
2) Sebagai dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling.
3) Sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling.
Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respo-respon yang lama yang merusak diri dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Terapi ini juga bertujuan untuk memperoleh prilaku baru, mengeleminasi prilaku yang maladaftif dan memperkuat serta mempertahankan prilaku yang diinginkan.
Tujuan lain dari konseling adalah memecahkan apapun masalah (dalam batasan etika) yang dibawa oleh konseli pada konselor. Teknik pokok adalah modifikasi prilaku seperti teknik-teknik penguatan, modeling social, teknik-teknik desensitisasi. Klientil konseling behavioral adalah individu-individu yang dapat memikirkan dan memerhatikan kejadian didalam lingkungannya. Prosedur konseling dan keaktifan konselor diramu dala tahap-tahap: penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi dan evaluasi prilaku. Didalamnya hangat dan bersahabat namun sangat aktif.
Walaupun pendekatan behavioral berbeda-beda, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai keadaan yang umum:
a) Lebih menekankan pengaruh pada waktu sekarang daripada penentu historis mengenai prilaku.
b) Menekankan pada observasi perubahan prilaku yang tampak sebagai criteria evaluasi dari treatment.
c) Menentukan tujuan treatmentsecara kongkrit, objektif, dan terapi reflikasi.
d) Mengembangkan basic research sebagai sumber hipotesis tentang treatment dan teknik terapi.
e) Tentukan masalah dalam terapi secara spesifik maka treatment dan pengukuran dapat dilaksanakan.
4. Teori Konseling Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama dan pendiri psikoanalisa ialah Sigmund Freud, sebagai orang pertama yang mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadian. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur dan sebab-sebab gangguan jiwa.
Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga sistem, yaitu: id,ego, dan super ego. Ketika sistem ini mempunyai fungsi, sifat, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri.
Id
Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem kepribadian yang asli. Apabila id tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka perlu system lain yang benar-benar dapat menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif atau nyata.
Ego
Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organism untuk berhubungan dengan dunia kenyataan. Perbedaan pokok antara id dengan ego yaitu kalau id mengenal bayangan dunia subyektif, sedangkan ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada didalam subyektif dan sesuatu yang ada di dunia obyektif.
Super ego
Super ego merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita mayarakat yang ada di dalam kepribadian individu. Super ego cenderung menentang id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.
Funsi super ego dalam hubungannya dengan funsi id dan ego adalah:
a) Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentukan oleh masyarakat.
b) Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada realitas.
c) Mengejar kesempurnaan.
Tujuan konseling psikoanalitik adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien. Konselor terutama berkenaan dengan membantu klien dalam memcapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang leboih efektif, dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara realistis. Satu karakteristik konseling psikoanalisa adalah bahwa terapi atau analisa bersikap anonym (tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisa.
Disamping itu tujuan konseling adalah rekonstruksi dan reorientasi kepribadian. Teknik pokok adalah asosiasi bebas, pemanfaatan mimpi, analisis mimpi, transferensi, interpretasi, dan hypnosis.
5. Teori Konseling Psikologi Individual
Individual psychology atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam memahami individu dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Konsep utama psikologi individual adalah bahwa prilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (harga diri kurang). Perasaan lemah dan tidak berdaya timbul dan berkembang karena pengalaman hidup anak bersama orang dewasa atau pandangan kekurangan dalam organ tubuh, Adler mempercayai prinsip fundamental motivasi dengan kompensasi terhadap perasaan rendah diri, dapat menjelaskan hamper seluruh prilaku manusia.
Kompleks rasa rendah diri menurut Adler, berasal dari tiga bentuk sumber yaitu:
a. Kekurangan dari organ tubuh.
b. Anak yang dimanja.
c. Anak yang mendapat penolakkan.
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih saying terhadap orang lain dan meningkatkan kegiatan.
Teknik konseling yang digunakan oleh konselor pengnut Adler disebut teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan konselor. Dengan empati, konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah klien dalam dirinya. Atas dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk memperbaiki gaya hidup dan memecahkan masalah klien.
6. Teori Konseling Analisis Transaksional
Eric Berne dianggap sebagai pionir yang menerapkan teori analisa transaksional dalam psikoterapi. Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, Tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai fungsi tujuan tertentu.
Berne membagi psikoterapi konvensional menjadi dua kelompok yaitu: pertama, kelompok yang melibatkan sugesti, dukungan kembali (reassurance), dan fungsi parental lainnya.dan kedua, adalah kelompok yang melibatkan pendekatan “rasional”, dengan menggunakan konfrontasi dan interpretasi seperti terapi non-direktif dan psikoanalisa.
Tujuan utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi dan membantu individu untuk hidup dalam ego state dewasa dengan ego lainnya berfungsi secara tetap. Tujuan konseling adalah membantu klien dalam memprogram pribadinya agar dapat membuat ego state berfungsi pada saat tepat. Tetapi analisis transaksional membuat orang dapat menganalisis transaksi dirinya sendiri. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi orang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan.
7. Teori Konseling “Client-Centered” (Berpusat Pada Klien)
Konseling yang berpusat pada klien sering pula disebut sebagai konseling teori diri (selft teory), konseling non-directif dan konseling rogerian. Carl R. Roger dipandang sebagai pelopor dan tokoh konseling tersebut. Menurut Rogers konseling dan psikoterapi tidak mempunyai perbedaan. Konseling yang berpusat pada klien berkembang dengan pesat di Amerika Serikat dan diterima sebagai konsep, dan alat baru dalam terapi yang diterapkan tidak hanya bagi orang dewasa, akan tetapi juga bagi remaja dan anak-anak.
Konsep dasar yang mendasari konseling berpusat pada klien adalah hal yang menyangkut konsep-konsep yang mengenai diri (selft), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan. Menurut Rogers konstruk inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Konseling yang berpusat pada klien memusatkan pada pengalaman individual. Dalam proses disorganisasi dan reorganisasi diri, konseling berupaya untuk meminimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri. Tujuan konseling adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek dari sebelumnya terganggu. Disamping itu konseling bertujuan membantu klien agar dapat bergerak kearah keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar kepada dirinya, keinginan untuk menjadi pribadi dan meningkatkan spontanitas hidup.konselor yang efektif dalam konseling yang berpusat pada klien ialah seorang yang dapat mengembangkan sikap dalam organisasi pribadinya, dan dapat menerapkan secara konsisten dengan teknik konseling yang digunakan.
8. Teori Konseling atau Terapi Gestalt
Terapi Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S. Perls (1989-1970). Teori ini dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu psikoanalisis terutama yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, fenomenolohi eksistensialisme Eropa dan psikologi Gestalt.
Tetapi Gestalt mengemukakan teori mengenai struktur dan perkembangan kepribadian yang mendasari terapinya serta serangkaian eksperimen yang dapat dipergunakan langsung oleh pembacanya. Menurut Perls, terapi Gestalt sifatnya eksistensial dan bersesuaian dengan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan dan alam semesta.
Tujuan utama konseling Gestalt adalah untuk meningkatkan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling Gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (selft support).
Adapun teknik-teknik yang biasa digunakan dalam konseling Gestalt adalah antara lain:
1) Enhancing awareness, yaitu klien dibantu untuk berada pada pengalamannya sekarang secara sadar.
2) Personality pronouns, yaitu klien diminta untuk mempribadikan pikirannya untuk meningkatkan kesadaran pribadinya.
3) Changing question to statements, yaitu mendorong klien untuk menggunakan pernyataan-pernyataan dari pada pertanyaan yang mendorong untuk mengekspresikan dirinya dan bertanggung jawab bagi komunikasinya.
4) Assuming responsibility, yaitu klien diminta untuk mengalihkan penggunaan kata “won’t” untuk “can’t” atau tidak ingin atau tidak dapat.
5) Asking how and what, atau bertanya bagaimana dan apa , bertanya mengapa dapat lebih membawa kearah aktualisasi daripada daripada mengalami dan memahami.
6) Sharing hunches, yaitu mendorong klien untuk mengekplorasi dari dengan menanamkan tilikan seperti I see atau I imagine atau saya lihat, atau saya dapat bayangkan.
7) Bringing the past into the now, yaitu membantu klien agar mengalami pengalaman-pengalaman masa lalu dalam situasi sekarang.
8) Expressing resentments and appreciations, yaitu membantu klien untuk mengidentifikasi dan menyatakan keadaan dan penghargaan dirinya.
9) Using body expression, mengamati ekspresi badan klien dan memusatkan perhatian untuk membantu kesadaran individu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori-teori konseling diantaranya:
1) Teori Konseling Sifat dan Faktor (“Trait & Factor”)
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu denganyang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan tempramen. Telah banyak diusahakan untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat.
2) Teori Konseling Rational-Emotive
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran.
3) Teori Konseling Behavioral
Menurut Krumboltz dan Thoresen mengatakan bahwa konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu.
4) Teori Konseling Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur dan sebab-sebab gangguan jiwa. Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga sistem, yaitu: id,ego, dan super ego. Ketika sistem ini mempunyai fungsi, sifat, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri.
5) Teori Konseling Psikologi Individual
Konsep utama psikologi individual adalah bahwa prilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (harga diri kurang).
6) Teori Konseling Analisis Transaksional
Tujuan utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi dan membantu individu untuk hidup dalam ego state dewasa dengan ego lainnya berfungsi secara tetap. Tujuan konseling adalah membantu klien dalam memprogram pribadinya agar dapat membuat ego state berfungsi pada saat tepat.
7) Teori Konseling “Client-Centered” (Berpusat Pada Klien)
Konsep dasar yang mendasari konseling berpusat pada klien adalah hal yang menyangkut konsep-konsep yang mengenai diri (selft), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.
8) Teori Konseling atau Terapi Gestalt
Tujuan utama konseling Gestalt adalah untuk meningkatkan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling Gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (selft support).
DAFTAR PUSTAKA
Mappiare, Andi. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Surya, Mohammad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar