Sabtu, 01 Maret 2014

TOKOH DAN POKOK PIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH


TOKOH DAN POKOK PIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA BANI UMAYYAH


  1. PENDAHULUAN
قَالَ اللهُ تَعَالى: وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَآءِ هَؤُلآءِ إِن كُنتُم صَادِقِينَ {31}
قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَآ إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ {32}
قَالَ يَآءَادَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ فَلَمَّآ أَنبَأَهُمْ بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ{33}
Artinya: “ Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
Benturan firqah-firqah di kalangan ummat Islam, khususnya dalam bidang politik, berakhir dengan kemenangan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang memproklamirkan bani Umayyah pada tahun 41 H/661 M , sebagai pemimpin Daulah Islamiyah. Dengan caranya sendiri, Muawiyah dapat menduduki jabatan khalifah dan menjadikan sebagai hak keturunannya. Muawiyah termasuk orang yang berhasil dalam memadukan sistem politik musyawaroh dengan sistem monarki. Sesudah Negara sudah dirasa cukup aman, barulah ia membangun dan menata system pemerintahan, memperkuat kedudukan bangsa Arab diantara bangsa-bangsa lain yang dikuasai, memperlancar dan memajukan ekonomi perdagangan dan mengembangkan bidang kebudayaan.
Salah satu aspek dari kebudayaannya adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Jika pada masa Nabi dan Khulafa ur-Rasyidin perhatiannya terpusat pada usaha untuk memahami Al-Qur'an dan Al-Hadits, maka sesudah itu, sesuai dengan kebutuhn zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan oleh bangsa-bangsa sebelum munculnya Islam.






  1. PEMBAHASAN
  1. POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE DINASTI UMAYYAH
Secara garis besar, menurut Harun Nasution sejarah Islam itu terbagi ke dalam tiga periode. Yaitu: periode Klasik, Pertengahan dan Modern. Sedangkan untuk perincian dari masing-masing periode di atas adalah: Periode Nabi Muhammad SAW (571-632 M), Periode Khulafa ar Rasyidin (632-661 M), Periode kekuasaan Daulah Umayyah (661-750 M), Periode kekuasaan Abbasiyah (750-1250 M) dan Periode jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250-sekarang)1.
Pada dinasti Umayyah, daerah Islam lebih diperluas lagi sampai ke timur dan barat. Begitu juga dengan daerah selatan, yang merupakan daerah tambahan dari daerah Islam di zaman Khulafa ur-Rasyidin yaitu: Hijaz, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir. Seiring dengan perluasan daerah Islam, pendidikan pada priode Danasti Umayyah telah dikembangkan menjadi beberapa lembaga, seperti: Kuttab, Masjid, Majelis Sastra dan masih banyak lagi. Dengan materi dan metode yang berbeda, sesuai dengan tingkatan dan jenisnya. Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang ilmu tertentu.2
Periode Dinasti Umayyah pada bidang pendidikan, adalah menekankan ciri ilmiah pada Masjid, sehingga menjadi pusat perkembangan ilmu dan pengetahuan dalam masyarakat Islam. Melalui penekanan ini, diajarkan beberapa macam ilmu, diantaranya syair, sastra dan ilmu lainnya. Dengan demikian, periode antara permulaan abad ke dua hijrah sampai akhir abad ketiga hijrah merupakan zaman pendidikan Masjid yang paling cemerlang.
Nampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah ini hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar Rasyiddin. Hanya saja ada sisi perbedaan perkembangannya. Perhatian para Khulafa di bidang pendidikan tampaknya kurang memperhatikan perkembangannya, sehingga kurang maksimal, dan berjalan tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam, dikarenakan pada masa itu masih diwarnai oleh kepentingan politis dan golongan tertentu saja, serta kefanatikan yang masih mendarah daging di dalam jiwanya.
Walaupun demikian, pada periode Dinasti Umayyah ini dapat disaksikan adanya gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, tetapi penerjemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu yang mempunyai kepentingan praktis saja, seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni bangunan. Menurut Franz Rosenthal orang yang pertama kali melakukan penerjemahan ini adalah Khalid ibn Yazid cucu dari Muawwiyah.
Selain kemajuan yang sudah dipaparkan di atas, ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Bani Umayyah ini adalah:
  1. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Hadist, dan Fiqih. Proses pembukuan Hadist dimulai pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadits mengalami perkembangan pesat, meskipun dulu pada masa Rasulullah sudah ada sebagian sahabat nabi yang mencatat beberapa hadits yang diterimanya, namun belum ada perintah dari nabi untuk dibukukan. Ide cemerlang Khalifah Umar bin Abdul Aziz ini didasari karena pada waktu itu banyak sekali hadits-hadits maudhu' yang tersebar, dihawatirkan akan tercampur dengan hadits shahih atau yang lainnya.
  2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Salah satu tokohnya adalah Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah masa lalu.
  3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
  4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.3

  1. Lembaga-lembaga Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah
  1. KUTTAB
Kuttab atau disebut juga Maktab berasal dari fi'il madhi "kataba" yang berarti menulis atau tempat menulis. Jadi, Kuttab diartikan sebagai tempat belajar menulis, khususnya bagi anak-anak yang baru belajar menulis dan membaca, serta menghafal Al Quran, dan belajar pokok-pokok ajaran Islam.4
Adapun metode yang digunakan oleh pendidik yaitu dengan cara mengajarkan Al Quran kepada mereka, sekaligus belajar menulis dan tata bahasa. Perhatian mereka bukan hanya berpusat pada mengajarkan Al Quran semata, akan tetapi juga perhatian pada penekanan memahami isi kandungan Al-Qur'annya. Al Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari. Disamping belajar menulis dan membaca, murid-murid juga mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita Nabi, hadist dan ajaran-ajaran agama yang lainnya.5
Kalau kita lihat dalam sejarah pendidikan Islam, kuttab terbagi menjadi dua, yaitu:
  1. Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada baca tulis.
  2. Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al Quran dan dasar-dasar keagamaan.
Peserta didik dalam Kuttab juga tidak dibatasi, baik miskin ataupun kaya. Para guru tidak membedakan murid-murid mereka, bahkan ada sebagian anak miskin yang belajar di Kuttab, yang memperoleh pakaian dan makanan secara cuma-cuma. Anak-anak perempuan pun memperoleh hak yang sama dengan anak-anak laki-laki dalam proses belajar mengajar.6
  1. Masjid
Setelah mereka menyelesaikan pendidikanya di kuttab, mereka akan melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya (tingkat menengah) yang dilakukan di masjid. Peranan Masjid sebagai central education dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin merasakan dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan. Pelajaran yang diajarkan juga masih seputar Al Quran, namun ada sedikit tambahan mata pelajaran seperti Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan. Masjid juga dijadikan sebagai pusat aktifitas ilmiah seperti membuat sya’ir, diskusi dan lain-lain.7
  1. Bamaristan
yaitu rumah sakit tempat berobat dan merawat orang, serta tempat studi kedokteran. Cucu Muawiyah Khalid ibn Yazid sangat tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para sarjana yunani yang ada di Mesir untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam bahasa arab. Hal ini menjadi terjemahan pertama dalam sejarah sehingga al Walid ibn Abdul Malik memberikan perhatian terhadap bamaristan.8
  1. pendidikan perpustakaan
pemerintah dinasti umayyah mendirikan sebuah perpustakaan yang sangat besar di Cordova pada masa ke-khalifahan Al Hakam ibn Nasir.
  1. Pendidikan Istana
  2. Pendidikan Badi'ah
  3. Majelis Sastra.
  4. Pendidikan keluarga
Pendidikan islam menganut paham pendidikan seumur hidup sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
Yang artinya “tuntunlah ilmu sejak dari buayan hingga liang lahat”. Oleh karena itu pendidikan islam dimulai sejak dalam keluarga. Pergaulan anak dengan seisi rummah dan teman-teman sepermainan merupakan pengalaman yang sangat menilai dan berkesan dalam jiwanya. 9
Meskipun pada periode dinasti Umayyah terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri dan sekaligus memperluas daerah kerajaan, dan tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi di sana banyak melahirkan sejumlah ilmuwan ternama dari berbagai cabang ilmu, Dibidang ilmu fiqih secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok aliran yaitu aliran ahli al-Ra’yu dan aliran al hadist. Nampaknya disiplin ilmu fiqh menunjukkan perkembangan yang sangat berarti. Periode ini telah melahirkan sejumlah mujtahid fiqih. Terbukti ketika akhir masa Umayyah telah lahir tokoh mazhab yakni Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibn Anas di Madinah, sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad ibn Hanbal lahir pada masa dinasti Abbasyiyah.

  1. TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN PADA MASA BANI UMAYYAH
Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-masing seperti dalam bidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli bahasa/sastra.
  1. Ulama-ulama tabi’in ahli tafsir, yaitu: Mujahid, ‘Athak bin Abu Rabah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Masruq bin Al-Ajda’, Qatadah. Pada masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan Nasrani memeluk agama Islam. Di antara mereka yang termasyhur: Ka’bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij.
  2. Ulama-ulama Hadist: Kitab bacaan satu-satunya ialah al-Qur’an. Sedangkan hadis-hadis belumlah dibukukan. Hadis-hadis hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut. Dari mulut guru ke mulut muridnya, yaitu dari hafalan uru diberikannya kepada murid, sehingga menjdi hafalan murid pula dan begitulah seterusnya. Setengah sahabat dan pelajar-pelajar ada yang mencatat hadist-hadist itu dalam buku catatannya, tetapi belumlah berupa buku menurut istillah kita sekarang. Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ialah: Abu Hurairah (5374 hadist), ‘Aisyah (2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin Abdullah (±1500 hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist).
  3. Ulama-ulama ahli Fiqh: Ulama-ulama tabi’in Fiqih pada masa bani Umayyah diantaranya adalah:, Syuriah bin Al-Harits, ‘alqamah bin Qais, Masuruq Al-Ajda’,Al-Aswad bin Yazid kemudian diikuti oleh murid-murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun 95 H) dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by (wafat tahun 104 H). sesudah itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn 120 H), guru dari Abu Hanafiah.
  4. Ahli bahasa/sastra: Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih yang karya tulisnya Al-Kitab, menjadi pegangan dalam soal berbahasa arab. Sejalan dengan itu, perhatian pada syair Arab jahiliahpun muncul kembali sehingga bidang sastra arab mengalami kemajuan. Di zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin Abu Rabiah (w.719), Jamil al-uzri (w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w.732), Jarir (w.792), dan Al akhtal (w.710). sebegitu jauh kelihatannya kemajuan yang dicapai Bani Umayyah terpusat pada bidang ekspansi wilayah, bahasa dan sastra arab, serta pembangunan fisik. Sesungguhnya dimasa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. Dalam bidang yang pertama umpamanya dijumpai ulama-ulama seperti Hasan al-Basri, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Ata. Pusat kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak. Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 794/709) adalah seorang orator dan penyair yang berpikir tajam. Ia adalah orang pertama yang menerjemahkan buku-buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia.10
  5. Khalid bin Yazid, salah satu cucu Muawiyah, beliau sangat tertarik pada ilmu kimia dan ilmu kedokteran. Ia siap menyediakan sejumlah hartanya untuk para sarjana Yunani yang bermukim di Mesir untuk menerjemahkan buku-buku kimia dan kedokteran ke dalam Bahasa Arab. Berkat Usaha beliau seperti itu, sehingga tercatat sebagai terjemahan pertama dalam sejarah.
  6. Al-Walid bin Abdul Malik, beliau mendirikan Bimaristan, yaitu rumah sakit sebagai tempat berobat dan perawatan orang-orang sakit , serta sebagai tempat studi kedokteran pada tahun 884 M. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan para ulama secara resmi untuk membukukan hadits-hadits nabi, serta beliau bersahabat dengan Ibn Abjar, seorang dokter dari Iskandariyah, yang kemudian menjadi dokter pribadinya. Sehingga memengaruhi terhadap pandangan kepemerintahannya terhadap ilmu kedokteran.
  7. Yahya Al-Dimasyqi, seorang ilmuwan yang berasal dari non muslim serta penganut Kristen yang sangat fanatik, berusaha mempertahankan aqidahnya. Dengan metode logikanya itu, ia mempertahankan Al-Masih sebagai oknum Tuhan yang kedua. Sikap ini mendorong ummat Islam untuk menyelidiki keyakinan dan mempelajari logika mereka, agar bias mempertahankan aqidah Islamnya, sekaligus mematahkan hujjah golongan mereka pengikut Yahya Al-Dimayqi. Karena pembicaraan mereka sudah berkembang menyinggung soal qadar dan sifat-sifat Tuhan.
  8. Abdul Malik bin Marwan, beliau mewajibkan bahasa Arab menjadi bahasa resmi Negara, sehingga semua perintah dan peraturan serta komunikasi secara resmi memakai bahasa Arab. Akibatnya bahasa Arab mau tidak mau harus dipelajari. Dari situlah tumbuh ilmu qowaid dan ilmu lain sebagai penunjang untuk mempelajari bahasa Arab. Bahasa Arab juga merupakan bahasa resmi di sejumlah Negara-negara seperti Irak, Syiria, Mesir, Libanon, Libia, Tunisia, Aljazair, Maroko, Yaman, dan sekitarnya.
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun, ummat Islam pada saat itu terbagi dari dua golongan, yakni bangsa Arab dan Ajam. Dari masa Rasulullah, kebanyakan yang berilmu itu berasal dari bangsa Arab. Tetapi setelah para ulama dari kalangan sahabat menyebarkan ilmunya ke daerah-daerah semenanjung Arab, bangsa Arab dan Ajam bersama-sama menggali ilmu, sehingga pada generasi berikutnya, pemegang peranan dalam bidang ilmu pengetahuan adalah bangsa Ajam. Karena bangsa Arab disibukkan dalam pimpinan pemerintahan. Seperti contohnya dalam bidang ilmu nahwu adalah Sibawaihi, al-Farisi, al-Zujaj, mereka semua dari bangsa Ajam. Dari Ahli Hadits ada al-Zuhry, Abu Zubair Muhammad bin Muslim bin Idris, atau yang termasyhur di kalangan ummat Islam adalah Bukhary dan Muslim. Dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya yang terlahir dari bangsa Ajam.11














  1. PENUTUP/KESIMPULAN
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu. Setelah sistem Monarki diberlakukan, maka secara otomatis pemilihan raja didasarkan atas garis keturunan. Ini mengakibatkan munculnya pendidikan istana. Untuk mengimbangi dengan tantangan dari Negara Barat, maka pemerintah tidak hanya memfokuskan pelajaran terhadap pelajaran agama Islam saja. Akan tetapi, pemerintah pada saat itu telah memeulia kegiatan penterjemahan terhadap buku-buku yang dikarang oleh orang barat.












  1. DAFTAR BACAAN
Zuhairini, 1992. Sea rah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan Langgulung, 1980, Pendidikan Islam Menghadapi Abad-21, Jakarta: Pustaka Al Husna.
Suwedi, 2004. Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yunus Mahmud, 1981. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hida Karya Agung.
Bustami A. Ghani, 1993.Terjemahan Tarbiyah Al Islamiyah, Jakarta: Bulan Bintang.
http://karyaulama.blogspot.com/2008/04/pola-pendidikan-Islam-periode-dinasti.html












1 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, h.7

2 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad-21, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1980,
h.17

3 Suwedi, Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h.16

4 Mahmud. Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hida Karya Agung, 1981, h.39

5 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, op cit, h.47

6 Bustami A. Ghani, Terjemahan Tarbiyah Al Islamiyah, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, h.38

7 Bustami A.Ghani, Terjemah Tarbiyah Islamiyah, op cit, h.56

8 Musyrifah. Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Interpratama offset, h.39

9 http://karyaulama.blogspot.com/2008/04/pola-pendidikan-Islam-periode-dinasti.html

10 Hasan Langgulung, op cit, h. 18-19

11 Musyrifah. Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Interpratama offset, h.39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar