TOKOH
DAN POKOK PIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
PADA
MASA BANI UMAYYAH
- PENDAHULUAN
قَالَ
اللهُ تَعَالى:
وَعَلَّمَ
ءَادَمَ الأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ
عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ
أَنبِئُونِي بِأَسْمَآءِ هَؤُلآءِ إِن
كُنتُم صَادِقِينَ {31}
قَالُوا
سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَآ إِلاَّ
مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ
الْحَكِيمُ {32}
قَالَ
يَآءَادَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ
فَلَمَّآ أَنبَأَهُمْ بِأَسْمَآئِهِمْ
قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّي
أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ
تَكْتُمُونَ{33}
Artinya: “
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar. Mereka menjawab: "Maha Suci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau
ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana. Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama
benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan
kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
Benturan
firqah-firqah di kalangan ummat Islam, khususnya dalam bidang
politik, berakhir dengan kemenangan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang
memproklamirkan bani Umayyah
pada tahun 41 H/661 M
, sebagai pemimpin Daulah Islamiyah. Dengan
caranya sendiri, Muawiyah dapat menduduki jabatan khalifah dan
menjadikan sebagai hak keturunannya. Muawiyah termasuk orang yang
berhasil dalam memadukan sistem politik musyawaroh dengan sistem
monarki. Sesudah Negara sudah dirasa cukup aman, barulah ia membangun
dan menata system pemerintahan, memperkuat kedudukan bangsa Arab
diantara bangsa-bangsa lain yang dikuasai, memperlancar dan memajukan
ekonomi perdagangan dan mengembangkan bidang kebudayaan.
Salah satu aspek dari kebudayaannya
adalah mengembangkan ilmu pengetahuan. Jika pada masa Nabi dan
Khulafa ur-Rasyidin perhatiannya terpusat pada usaha untuk memahami
Al-Qur'an dan Al-Hadits, maka sesudah itu, sesuai dengan kebutuhn
zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan oleh bangsa-bangsa
sebelum munculnya Islam.
- PEMBAHASAN
- POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE DINASTI UMAYYAH
Secara garis besar, menurut Harun
Nasution sejarah Islam itu terbagi ke dalam tiga periode. Yaitu:
periode Klasik, Pertengahan dan Modern. Sedangkan untuk perincian
dari masing-masing periode di atas adalah: Periode Nabi Muhammad SAW
(571-632 M), Periode Khulafa ar Rasyidin (632-661 M), Periode
kekuasaan Daulah Umayyah (661-750 M), Periode kekuasaan Abbasiyah
(750-1250 M) dan Periode jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad
(1250-sekarang)1.
Pada dinasti Umayyah, daerah Islam
lebih diperluas lagi sampai ke timur dan barat. Begitu juga dengan
daerah selatan, yang merupakan daerah tambahan dari daerah Islam di
zaman Khulafa ur-Rasyidin yaitu: Hijaz, Syiria, Iraq, Persia dan
Mesir. Seiring dengan perluasan daerah Islam, pendidikan pada priode
Danasti Umayyah telah dikembangkan menjadi beberapa lembaga, seperti:
Kuttab, Masjid, Majelis Sastra dan masih banyak lagi. Dengan materi
dan metode yang berbeda, sesuai dengan tingkatan dan jenisnya.
Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang ilmu
tertentu.2
Periode Dinasti Umayyah pada bidang
pendidikan, adalah menekankan ciri ilmiah pada Masjid, sehingga
menjadi pusat perkembangan ilmu dan pengetahuan dalam masyarakat
Islam. Melalui penekanan ini, diajarkan beberapa macam ilmu,
diantaranya syair, sastra dan ilmu lainnya. Dengan demikian, periode
antara permulaan abad ke dua hijrah sampai akhir abad ketiga hijrah
merupakan zaman pendidikan Masjid yang paling cemerlang.
Nampaknya pendidikan Islam pada masa
periode Dinasti Umayyah ini hampir sama dengan pendidikan pada masa
Khulafa ar Rasyiddin. Hanya saja ada sisi perbedaan perkembangannya.
Perhatian para Khulafa di bidang pendidikan tampaknya kurang
memperhatikan perkembangannya, sehingga kurang maksimal, dan berjalan
tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang memiliki
pengetahuan yang mendalam, dikarenakan pada masa itu masih diwarnai
oleh kepentingan politis dan golongan tertentu saja, serta
kefanatikan yang masih mendarah daging di dalam jiwanya.
Walaupun demikian, pada periode
Dinasti Umayyah ini dapat disaksikan adanya gerakan penerjemahan
ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, tetapi penerjemahan
itu terbatas pada ilmu-ilmu yang mempunyai kepentingan praktis saja,
seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni bangunan.
Menurut Franz Rosenthal orang yang pertama kali melakukan
penerjemahan ini adalah Khalid ibn Yazid cucu dari Muawwiyah.
Selain kemajuan yang sudah dipaparkan
di atas, ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Bani
Umayyah ini adalah:
- Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Hadist, dan Fiqih. Proses pembukuan Hadist dimulai pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadits mengalami perkembangan pesat, meskipun dulu pada masa Rasulullah sudah ada sebagian sahabat nabi yang mencatat beberapa hadits yang diterimanya, namun belum ada perintah dari nabi untuk dibukukan. Ide cemerlang Khalifah Umar bin Abdul Aziz ini didasari karena pada waktu itu banyak sekali hadits-hadits maudhu' yang tersebar, dihawatirkan akan tercampur dengan hadits shahih atau yang lainnya.
- Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Salah satu tokohnya adalah Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah masa lalu.
- Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.
- Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.3
- Lembaga-lembaga Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah
- KUTTAB
Kuttab atau disebut juga Maktab
berasal dari fi'il
madhi "kataba"
yang berarti menulis atau tempat menulis. Jadi, Kuttab diartikan
sebagai tempat belajar menulis, khususnya bagi anak-anak yang baru
belajar menulis dan membaca, serta menghafal Al Quran, dan belajar
pokok-pokok ajaran Islam.4
Adapun metode yang digunakan oleh
pendidik yaitu dengan cara mengajarkan Al Quran kepada mereka,
sekaligus belajar menulis dan tata bahasa. Perhatian mereka bukan
hanya berpusat pada mengajarkan Al Quran semata, akan tetapi juga
perhatian pada penekanan memahami isi kandungan Al-Qur'annya. Al
Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian
dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari. Disamping
belajar menulis dan membaca, murid-murid juga mempelajari tata bahasa
Arab, cerita-cerita Nabi, hadist dan ajaran-ajaran agama yang
lainnya.5
Kalau kita lihat dalam sejarah
pendidikan Islam, kuttab
terbagi menjadi dua, yaitu:
- Kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada baca tulis.
- Kuttab tempat pendidikan yang mengajarkan Al Quran dan dasar-dasar keagamaan.
Peserta didik dalam Kuttab
juga tidak dibatasi, baik miskin ataupun kaya. Para guru tidak
membedakan murid-murid mereka, bahkan ada sebagian anak miskin yang
belajar di Kuttab, yang memperoleh pakaian dan makanan secara
cuma-cuma. Anak-anak perempuan pun memperoleh hak yang sama dengan
anak-anak laki-laki dalam proses belajar mengajar.6
- Masjid
Setelah mereka menyelesaikan
pendidikanya di kuttab,
mereka akan melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya (tingkat
menengah) yang dilakukan di masjid. Peranan Masjid sebagai central
education dan
pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin
merasakan dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada
orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan. Pelajaran yang diajarkan
juga masih seputar Al Quran, namun ada sedikit tambahan mata
pelajaran seperti Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan
kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu
perbintangan. Masjid juga dijadikan sebagai pusat aktifitas ilmiah
seperti membuat sya’ir, diskusi dan lain-lain.7
- Bamaristan
yaitu rumah sakit tempat berobat dan
merawat orang, serta tempat studi kedokteran. Cucu Muawiyah Khalid
ibn Yazid sangat tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran. Ia
menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para sarjana yunani yang
ada di Mesir untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam
bahasa arab. Hal ini menjadi terjemahan pertama dalam sejarah
sehingga al Walid ibn Abdul Malik memberikan perhatian terhadap
bamaristan.8
- pendidikan perpustakaan
pemerintah dinasti umayyah mendirikan
sebuah perpustakaan yang sangat besar di Cordova pada masa
ke-khalifahan Al Hakam ibn Nasir.
- Pendidikan Istana
- Pendidikan Badi'ah
- Majelis Sastra.
- Pendidikan keluarga
Pendidikan islam menganut paham
pendidikan seumur hidup sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
Yang artinya “tuntunlah ilmu sejak
dari buayan hingga liang lahat”. Oleh karena itu pendidikan islam
dimulai sejak dalam keluarga. Pergaulan anak dengan seisi rummah dan
teman-teman sepermainan merupakan pengalaman yang sangat menilai dan
berkesan dalam jiwanya. 9
Meskipun pada periode dinasti Umayyah
terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri dan sekaligus
memperluas daerah kerajaan, dan tidak terlalu banyak memusatkan
perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi di sana banyak
melahirkan sejumlah ilmuwan ternama dari berbagai cabang ilmu,
Dibidang ilmu fiqih secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua
kelompok aliran yaitu aliran ahli al-Ra’yu dan aliran al hadist.
Nampaknya disiplin ilmu fiqh menunjukkan perkembangan yang sangat
berarti. Periode ini telah melahirkan sejumlah mujtahid fiqih.
Terbukti ketika akhir masa Umayyah telah lahir tokoh mazhab yakni
Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibn Anas di Madinah,
sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad ibn Hanbal lahir pada masa
dinasti Abbasyiyah.
- TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN PADA MASA BANI UMAYYAH
Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani
Umayyah terdiri dari ulama-ulama yang menguasai bidangnya
masing-masing seperti dalam bidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain
para ulama juga ada ahli bahasa/sastra.
- Ulama-ulama tabi’in ahli tafsir, yaitu: Mujahid, ‘Athak bin Abu Rabah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Masruq bin Al-Ajda’, Qatadah. Pada masa tabi’in tafsir Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat, karena banyak orang-orang Yahudi dan Nasrani memeluk agama Islam. Di antara mereka yang termasyhur: Ka’bul Ahbar, Wahab bin Munabbih, Abdullah bin Salam, Ibnu Juraij.
- Ulama-ulama Hadist: Kitab bacaan satu-satunya ialah al-Qur’an. Sedangkan hadis-hadis belumlah dibukukan. Hadis-hadis hanya diriwayatkan dari mulut ke mulut. Dari mulut guru ke mulut muridnya, yaitu dari hafalan uru diberikannya kepada murid, sehingga menjdi hafalan murid pula dan begitulah seterusnya. Setengah sahabat dan pelajar-pelajar ada yang mencatat hadist-hadist itu dalam buku catatannya, tetapi belumlah berupa buku menurut istillah kita sekarang. Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ialah: Abu Hurairah (5374 hadist), ‘Aisyah (2210 hadist), Abdullah bin Umar (± 2210 hadist), Abdullah bin Abbas (± 1500 hadist), Jabir bin Abdullah (±1500 hadist), Anas bin Malik (±2210 hadist).
- Ulama-ulama ahli Fiqh: Ulama-ulama tabi’in Fiqih pada masa bani Umayyah diantaranya adalah:, Syuriah bin Al-Harits, ‘alqamah bin Qais, Masuruq Al-Ajda’,Al-Aswad bin Yazid kemudian diikuti oleh murid-murid mereka, yaitu: Ibrahim An-Nakh’l (wafat tahun 95 H) dan ‘Amir bin Syurahbil As Sya’by (wafat tahun 104 H). sesudah itu digantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman (wafat tahubn 120 H), guru dari Abu Hanafiah.
- Ahli bahasa/sastra: Seorang ahli bahasa seperti Sibawaih yang karya tulisnya Al-Kitab, menjadi pegangan dalam soal berbahasa arab. Sejalan dengan itu, perhatian pada syair Arab jahiliahpun muncul kembali sehingga bidang sastra arab mengalami kemajuan. Di zaman ini muncul penyair-penyair seperti Umar bin Abu Rabiah (w.719), Jamil al-uzri (w.701), Qys bin Mulawwah (w.699) yang dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w.732), Jarir (w.792), dan Al akhtal (w.710). sebegitu jauh kelihatannya kemajuan yang dicapai Bani Umayyah terpusat pada bidang ekspansi wilayah, bahasa dan sastra arab, serta pembangunan fisik. Sesungguhnya dimasa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat. Dalam bidang yang pertama umpamanya dijumpai ulama-ulama seperti Hasan al-Basri, Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Ata. Pusat kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak. Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah (w. 794/709) adalah seorang orator dan penyair yang berpikir tajam. Ia adalah orang pertama yang menerjemahkan buku-buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia.10
- Khalid bin Yazid, salah satu cucu Muawiyah, beliau sangat tertarik pada ilmu kimia dan ilmu kedokteran. Ia siap menyediakan sejumlah hartanya untuk para sarjana Yunani yang bermukim di Mesir untuk menerjemahkan buku-buku kimia dan kedokteran ke dalam Bahasa Arab. Berkat Usaha beliau seperti itu, sehingga tercatat sebagai terjemahan pertama dalam sejarah.
- Al-Walid bin Abdul Malik, beliau mendirikan Bimaristan, yaitu rumah sakit sebagai tempat berobat dan perawatan orang-orang sakit , serta sebagai tempat studi kedokteran pada tahun 884 M. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan para ulama secara resmi untuk membukukan hadits-hadits nabi, serta beliau bersahabat dengan Ibn Abjar, seorang dokter dari Iskandariyah, yang kemudian menjadi dokter pribadinya. Sehingga memengaruhi terhadap pandangan kepemerintahannya terhadap ilmu kedokteran.
- Yahya Al-Dimasyqi, seorang ilmuwan yang berasal dari non muslim serta penganut Kristen yang sangat fanatik, berusaha mempertahankan aqidahnya. Dengan metode logikanya itu, ia mempertahankan Al-Masih sebagai oknum Tuhan yang kedua. Sikap ini mendorong ummat Islam untuk menyelidiki keyakinan dan mempelajari logika mereka, agar bias mempertahankan aqidah Islamnya, sekaligus mematahkan hujjah golongan mereka pengikut Yahya Al-Dimayqi. Karena pembicaraan mereka sudah berkembang menyinggung soal qadar dan sifat-sifat Tuhan.
- Abdul Malik bin Marwan, beliau mewajibkan bahasa Arab menjadi bahasa resmi Negara, sehingga semua perintah dan peraturan serta komunikasi secara resmi memakai bahasa Arab. Akibatnya bahasa Arab mau tidak mau harus dipelajari. Dari situlah tumbuh ilmu qowaid dan ilmu lain sebagai penunjang untuk mempelajari bahasa Arab. Bahasa Arab juga merupakan bahasa resmi di sejumlah Negara-negara seperti Irak, Syiria, Mesir, Libanon, Libia, Tunisia, Aljazair, Maroko, Yaman, dan sekitarnya.
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun, ummat
Islam pada saat itu terbagi dari dua golongan, yakni bangsa Arab dan
Ajam. Dari masa Rasulullah, kebanyakan yang berilmu itu berasal dari
bangsa Arab. Tetapi setelah para ulama dari kalangan sahabat
menyebarkan ilmunya ke daerah-daerah semenanjung Arab, bangsa Arab
dan Ajam bersama-sama menggali ilmu, sehingga pada generasi
berikutnya, pemegang peranan dalam bidang ilmu pengetahuan adalah
bangsa Ajam. Karena bangsa Arab disibukkan dalam pimpinan
pemerintahan. Seperti contohnya dalam bidang ilmu nahwu adalah
Sibawaihi, al-Farisi, al-Zujaj, mereka semua dari bangsa Ajam. Dari
Ahli Hadits ada al-Zuhry, Abu Zubair Muhammad bin Muslim bin Idris,
atau yang termasyhur di kalangan ummat Islam adalah Bukhary dan
Muslim. Dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan muslim lainnya yang
terlahir dari bangsa Ajam.11
- PENUTUP/KESIMPULAN
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh
perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat
terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal
ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasi ilmu. Setelah sistem Monarki diberlakukan, maka
secara otomatis pemilihan raja didasarkan atas garis keturunan. Ini
mengakibatkan munculnya pendidikan istana. Untuk mengimbangi dengan
tantangan dari Negara Barat, maka pemerintah tidak hanya memfokuskan
pelajaran terhadap pelajaran agama Islam saja. Akan tetapi,
pemerintah pada saat itu telah memeulia kegiatan penterjemahan
terhadap buku-buku yang dikarang oleh orang barat.
- DAFTAR BACAAN
Zuhairini,
1992. Sea rah
Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan Langgulung, 1980, Pendidikan
Islam Menghadapi Abad-21,
Jakarta: Pustaka Al Husna.
Suwedi, 2004. Sejarah
Pemikiran Pendidikan Islam,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yunus Mahmud, 1981. Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta:
PT. Hida Karya Agung.
Bustami A. Ghani, 1993.Terjemahan
Tarbiyah Al
Islamiyah, Jakarta:
Bulan Bintang.
http://karyaulama.blogspot.com/2008/04/pola-pendidikan-Islam-periode-dinasti.html
3
Suwedi, Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, h.16
5
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, op cit, h.47
6
Bustami A. Ghani, Terjemahan Tarbiyah Al Islamiyah, Jakarta:
Bulan Bintang, 1993, h.38
7
Bustami A.Ghani, Terjemah Tarbiyah Islamiyah, op cit, h.56
8 Musyrifah.
Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Interpratama offset,
h.39
9 http://karyaulama.blogspot.com/2008/04/pola-pendidikan-Islam-periode-dinasti.html
10
Hasan Langgulung, op cit, h. 18-19
11 Musyrifah.
Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Interpratama offset,
h.39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar