SISTEM
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
KHALIFAH
UTSMAN BIN AFFAN
- PENDAHULUAN
Nama lengkapnya
adalah Utsman bin Abil Ash bin Umaiyah. Beliau masuk Islam atas
seruan Abu Bakar. Utsman diangkat sebagai khalifah hasil dari
pemilihan panitia enam yang ditunjuk oleh Khalifah
Umar bin Khatab menjelang beliau akan meninggal. Panitia
yang enam adalah Utsman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin
Awwam, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin ‘Auf.
Khalifah Utsman
memerintahkan kepada tim untuk penyalinan al-Qur’an, adapun tim
tersebut adalah Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash,
dan Abdurrahman bin Harits.
Bila terjadi
pertikaian bacaan, maka harus diambil pedoman kepada dialek suku
Quraisy, sebab Al-Qur’an ini diturunkan menurut dialek mereka
sesuai dengan lisan Quraisy. Zaid bin Tsabit bukan orang Quraisy
sedangkan ketiganya adalah orang Quraisy.1Kholifah
Utsman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang ada, namun begitu
ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi di masa ini yang
berpengaruh bagi pendidikan Islam, yaitu mengumpulkan tulisan
ayat-ayat Al-qur’an. Penyalinan ini terjadi karena adanya
perselisihan dalam bacaan.2
أَمَّنْ
هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا
وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ
أُولُو الْأَلْبَاب
“(Apakah kamu orang musyrik yang
lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan
sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Apakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat
menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar : 9).
Tidak banyak yang
dilakukan khalifah Utsman bin Affan. Tetapi beliau melakukan sebuah
gagasan baru yang dapat kita nikmati saat ini.
- PEMBAHASAN
- PENDIDIK
Yang menjadi pendidik di zaman
Khulafaur Rasyidin antara lain adalah Abdullah ibn Umar, Abdu
Hurairah , Ibnu Abas, Siti Aisyah , Anas bin Malik, Zaid Ibn Tsabit,
Abu Dzar al-Ghifari dan para ulama.3
Dari penjelasan
tersebut dapat terlihat bahwa masih adanya peranan beberapa sahabat
dan para ulama. Tetapi ada yang berbeda dari pendidik pada masa
Utsman ini.
Para sahabat yang berpengaruh dan
dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah
di masa Khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar di
daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar
pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.4
Tugas mendidik dan mengajar umat pada
masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak
mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri
melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.
Jadi pada masa Khalifah ini guru-guru atau pendidik mengajar tidak
mengharapkan imbalan melainkan keikhlasan dan juga kualifikasi
kemampuan. Berbeda sekali dengan zaman sekarang yang terkadang
sebagian guru lebih mementingkan upah daripada kualitas dirinya.
Selain itu adanya kesadaran dari pada guru untuk mengamalkan dan
mengajarkan ilmunya meskipun tidak adanya tuntutan dari pemerintah.
Dari dimensi sosial budaya, ilmu
pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam5
Dengan adanya perluasan wilayah, maka
banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan
mengajarkan agama Islam.Selain itu, adanya pertukaran pemikiran
antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu
pengetahuan berkembang dengan baik. Terobosan
yang dilakukan Khalifah Utsman ini membuat pendidik dapat memperluas
wilayah mengajar mereka tidak hanya di Mekkah dan Madinah saja.
Menurut slide
share.net ada beberapa tenaga pendidik diantaranya :
- Para Khalifah itu sendiri
- Para sahabat besar, antara lain :
- Abdullah bin Umar
- Abu Hurairah
- Abdullah bin Abbas
- Aisyah
- Anas bin Malik
- Zaid bin Tsabit
- Abdullah bin Mas’ud
Berarti menurut
pendapat kelompok kami peran para sahabat besar pun turut
memeperkuat pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin tersebut.
- PESERTA DIDIK
- Orang dewasa dan atau orang tua yang baru masuk Islam
- Anak – anak, baik orang tuanya telah lama memeluk Islam ataupun yang baru memeluk Islam.
- Orang dewasa dan atau orang tua yang telah lama memeluk Islam.
Para
muallaf juga dapat atau berhak mendapat pendidikan karena selain
mereka masih baru dalam beragama Islam mereka juga tentu masih
memerlukan bimbingan dari para guru. Terlihat pula baik mereka yang
sudah lama dan paham akan agama Islam ataupun baru dan belum paham
akan agama Islam berhak mendapat pendidikan dan dapat dipahami bahwa
menuntut ilmu itu hendaknya sepanjang hayat, tidak hanya hingga kita
sudah menguasai ilmu atau sudah lulus dari lembaga pendidikan
tersebut. Karena seyogyanya hidup adalah belajar. Tanpa belajar tanpa
mencari tahu, tanpa ilmu kita akan buta. Jika dalam hadits disebutkan
bahwa “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat. Maka dari
itu batas kita untuk tidak belajar adalah akhir hayat kita.
Terobosan yang
dilakukan Khalifah Utsman ini mempermudah peserta didik yang berada
diluar Madinah untuk menuntut ilmu, juga memperluas wilayah
penyebaran Islam. Sehingga mereka yang jauh dari kota Madinah dan
Mekkah tidak harus jauh-jauh pergi ke kota Madinah dan Mekkah.
Ada pendapat lain
dari slide share.net
Peserta didik
yaitu :
- Umum
Membentuk sikap
mental keagamaan, seluruh umat Islam yang ada di Makkah dan Madinah
- Khusus
Membentuk ahli
ilmu agama, hanya sebagian kecil saja
Menurut slide
share.net peserta didik ada dua yaitu umum dan khusus.
Umum ditujukan
agar terbentuknya sikap mental keagamaan diantara yang mengikuti
yaitu umat Islam yang ada di Makkah dan Madinah. Sedangkan yang
khusus ditujukan agar membentuk ahli agama. Pembagian peserta didik
ini lebih sedikit dibandingkan dengan pendapat Bapak Samsul Nizar
diatas, tetapi mencakup apa yang di sampaikan Bapak Samsul Nizar.
Hanya tambahan yang disampaikan slide share.net ada tujuan. Untuk
peserta didik khusus diantaranya meliputi tingkatan yang lebih sudah
paham agama ingin memperdalam kembali.
Khalifah Utsman bin Affan sudah
merasa cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan, namun begitu ada
satu usaha yang cemerlang yang telah terjadi di masa ini yang
disumbangkan untuk umat Islam, dan sangat berpengaruh luar biasa bagi
pendidikan Islam, yaitu untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat
al-Qur’an7.
Pengkodifikasi al-Quran pada masa
khalifah Utsman dilakukan karena terjadi perbedaan pendapat tentang
bacaan al-Quran (qiraat
al-Quran),
yang menimbulkan percekcokan antara guru dan muridnya.
Panitia pengkodifikasian al-Quran
yang dibentuk oleh khalifah Utsman bin Affan ini pertama-tama
melakukan pengecekan ulang dengan meneliti mushaf yang sudah disimpan
di rumah Hafsah dan membandingkannya dengan mushaf-mushaf yang lain.
Ketika itu terdapat empat mushaf al-Quran yang merupakan catatan
pribadi.
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh
Ali bin Abi Thalib, terdiri atas 111 surah. Surah pertama adalah
surah al-Baqarah dan surah terakhir adalah surah al-Muawidzatain.
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh
Ubay bin Ka’ab, terdiri atas 105 surah. Surah pertama adalah
al-Fatihah dan surah terakhir adalah surah an-Nas.Mushaf al-Quran
yang ditulis oleh Ibn Mas’ud, terdiri atas 108 surah. Surah yang
pertama adalah al-Baqarah dan yang terakhir adalah surah Qulhuwallahu
Ahad.
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh
Ibn Abbas, terdiri atas 114 surah. Surah pertama adalah surah Iqra
dan yang terakhir adalah Surah
an-Nas.
Tugas tim adalah menyalin mushaf al-Quran yang disimpan dirumah Hafsah dan menyeragamkan qiraat atau bacaanya mengikuti dialek Quraisy. Kemudian setelah berhasil, Zaid bin Tsabit mengembalikannya kepada Hafsah. Kemudian salinan itu dikirim juga ke Makkah, Madinah, Bashrah, Kuffah, dan Syiria serta salah satunya disimpan oleh Utsman bin Affan yang kemudian disebut mushaf al-imam. Sedangkan mushaf yang lain, diperintahkan untuk dibakar.8
Terlepas dari perbedaan pendapat, dengan adanya mushaf utsmani ini telah berhasil mengeluarkan masyarakat muslim dari kemelut, yang diakibatkan dari perbedaan bacaan al-Quran (qiraat).
Mata pelajaran
yang di berikan disesuaikan dengan kebutuhan terdidik dengan urutan
mendahulukan pengetahuan yang sangat
mendesak/
penting untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup beragama.
Ada 3 fase
dalam pendidikan dan pengajarannya:
- Fase pembinaan ; dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar
terdidik
memperoleh kemantapan iman
- Fase pendidikan : ditekankan pada ilmu- ilmu praktis dengan maksud
agar mereka
dapat segera mengamalkan ajaran dan tuntunan agama dengan sebaik-
baiknya dalam kehidupan sehari- hari
- Fase pelajaran : ada pelajaran –pelajaran lain yang diberikan untuk
penunjang
pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadits, seperti bahasa Arab dengan
tata bahasanya, menulis, membaca,syair dan peribahasa.9
Pembagian fase
diatas berdasarkan penggolongan peserta didik yang terbagi empat
diatas. Dapat dipahami dari fase-fase diatas bahwa sejak dulu telah
ada tahap-tahap pendidikan sesuai dengan masanya. Dimana cara membina
murid yang baru mengenal Islam, baru menjajaki Islam berbeda dengan
murid yang sudah mengenal Islam dan sudah paham tentang Islam.
Karena segala sesuatunya memang membutuhkan proses jadi sejak dulu
telah ada dasar bahwa cara untuk belajar juga tidak sekali belajar
langsung pintar tetapi butuh tahapan. Ibarat ingin berada diatas
tangga, kita tidak akan bisa sampai langsung diatas tangga, kita
perlu menaiki setahap demi setahap tangga itu.
- Metode Pembelajaran dan Lembaga Pendidikan
Proses pelaksanaan pola pendidikan
pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh
seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari
segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para
sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat.
Akhirnya sahabat Huzaifah bin
Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman
pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk
menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan
Qur’an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan
karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji
setiap tahunnya.
Pola
pendidikan pada masa Utsman
tidak jauh berbeda dengan pola pendidikan yang diterapkan pada masa
Umar. Hanya saja pada periode ini, para sahabat yang asalnya dilarang
untuk keluar dari kota madinah kecuali mendapatkan izin dari
khalifah, mereka diperkenankan untuk keluar dan menetap di
daerah-daerah yang mereka sukai. Dengan kebijakan ini, maka orang
yang menuntut ilmu (para peserta didik) tidak merasa kesulitan untuk
belajar ke Madinah10
Dari ke empat
golongan terdidik tersebut, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
tidak mungkin dilakukan dengan cara menyamaratakan tetapi harus
diadakan pengklasifikasian yang rapih
dan
sistematis, disesuaikan dengan kemampuan dan kesanggupan dari peserta
didiknya. Adapun metode yang digunakan adalah:
- Golongan pertama menggunakan metode ceramah, hafalan, dan latihan dengan mengemukakan contoh – contoh dan peragaan.
- Golongan kedua menggunakan metode hafalan dan latihan
- Golongan ketiga menggunakan metode diskusi, ceramah, hafalan, tanya jawab
- Golongan keempat menggunakan metode ceramah, hafalan Tanya jawab, dan diskusi serta sedikit hafalan. Pendidikan dan pengajaran pada golongan ini lebih bersifat pematangan (dan pendalaman
Pada masa
Khulafaur Rasyidin pusat-pusat pendidikan bukan hanya terdapat di
Mekkah dan Madinah, melainkan juga sudah tersebar di berbagai daerah
kekuasaan Islam lainnya. Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang
digunakan masih sama dengan lembaga yang digunakan di zaman
Rasulullah Saw.yaitu masjid, Suffah, Kuttab, dan rumah.11
- PENUTUP/KESIMPULAN
Pada masa
pemerintahan Utsman bin Affan tidak terjadi perubahan pola
pendidikan,. Akan tetapi, terjadi sebuah penyeragaman cara membaca
Al-Qur’an dan terjadinya pertambahan peserta didik dimana hal itu
membuat lebih banyak lagi yang paham tentang Islam dan mempermudah
mereka yang belajar agama Islam, karena dahulu ketika masa Khalifah
Umar para sahabat dan ahli agama tidak boleh pergi keluar Mekkah dan
Maddinah. Metode yang digunakan yaitu halaqah, hafalan, diskusi
(Tanya jawab), latihan, ceramah, dll.
- DAFTAR BACAAN
Nizar,2007,
Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia, Jakarta: Kencana.
Yunus, Mahmud
,
1989, Sejarah
Pendidikan Islam ,
Jakarta :Hidayakarya Agung.
Abudin, Nata,2011,
Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Media Group.
Dudung Abdurrahman,
2009, Sejarah
Peradaban Islam,
Yogyakarta: Lesfi
Amin, Samsul
Munir,2009,
“Sejarah Peradaban Islam” ,
Jakarta; Amzah
Siti Maryam, dkk., (ed.) Sejarah
Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
2003,Yogyakarta
: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga kerjasama dengan
LESFI
http://jumadiattayani.blogspot.com/2012/12/pola-pendidikan-khulafaurrasyidin.html
Nizar,Syamsul,
2008, “Sejarah
Pendidikan Islam” ,Jakarta;
Prenada Media
Slide share.net
1
http://gudangmakalahku.blogspot.com/2013/04/pola-pendidikan-islam-pada-masa.html
2
Mahmud Yunus ,Sejarah Pendidikan Islam ,(Jakkarta
:Hidayakarya Agung ,1989)
3
Prof. Dr. H. Nata Abudin, Sejarah Pendidikan
Islam, (Jakarta : Media Group, 2011), h. 121
4
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam;
Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia,( Jakarta:
Kencana, 2007), h. 51
8
Siti Maryam, dkk., (ed.) Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik
hingga Modern, (Yogyakarta : Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN
Sunan Kalijaga kerjasama dengan LESFI, 2003), hh.
54-55
9
http://jumadiattayani.blogspot.com/2012/12/pola-pendidikan-khulafaurrasyidin.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar