BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Al Qur'an adalah sumber hukum dan
ilmu pengetahuan yang tak pernah kering untuk ditimba, penuh dengan
pelajaran, di dalamnya terdapat hikmah dan teladan. Salah satu isi
pokok dari Al Qur'an adalah kisah perjalanan kehidupan para nabi dan
rasul serta orang-orang saleh dari umat-umat sebelum nabi Muhammad
SAW. Hikmah diceritakannya sirah manusia-manusia pilihan itu tidak
lain karena besarnya manfaat dari keteladanan iman, sifat dan akhlaq
mereka.
Surat Luqman merupakan surat yang ke
31 di dalam Al Qur’an. Surat Luqman terdiri dari 34 ayat dan
termasuk golongan surat makkiyah karena diturunkan sebelum nabi
Muhammad saw hijrah ke madinah. Surat Luqman diturunkan sesudah surat
Ar Rum. Surat Luqman diambil dari kisah tentang luqman yang di
ceritakan dalam surat Luqman tentang bagaimana cara ia mendidik anak.
Maka disini akan saya angkat sebuah kisah Luqman Al-Hakim yang penuh
dengan hikmah bagi kita semua.
- Rumusan Masalah
- Siapa Luqman Al-Hakim yang disebutkan dalam Al-Qur’an?
- Apa saja nasihat Luqman Al-Hakim terhadap anaknyanya?
- Tujuan
- Mengetahui Luqman Al-Hakim yang disebutkan dalam Al-Qur’an
- Mengetahui nasihat Luqman Al-Hakim terhadap anaknya
BAB
II
PEMBAHASAN
- Biografi Luqman Al-Hakim
Luqman
(Arab لقمان
الحكيم Luqman
Al-Hakim, Luqman Ahli Hikmah) adalah orang yang disebut
dalam Al-QurHYPERLINK
"http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_orang_yang_disebut_namanya_dalam_Al-Qur'an"'HYPERLINK
"http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_orang_yang_disebut_namanya_dalam_Al-Qur'an"an
surah Luqman
[31]:13-19 yang terkenal karena nasihat-nasihatnya kepada anaknya.
Ibnu Katsir
berpendapat bahwa nama panjang Luqman ialah Luqman bin Unaqa' bin
Sadun. Sedangkan asal-usul Luqman, sebagian ulama berbeda pendapat.
Ibnu Abbas
menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Habsyi.
Riwayat lain menyebutkan ia bertubuh pendek dan berhidung mancung
dari Nubah,
dan ada yang berpendapat di berasal dari Sudan.
Dan ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim di zaman
nabi Dawud.1
Luqmanul
Hakim menurut riwayat yang lebih kuat, bukan seorang nabi. Ia seorang
manusia shaleh semata. Bahkan dalam banyak riwayat shahih dikatakan,
ia seorang budak belian, berkulit hitam, berparas pas-pasan, hidung
pesek, kulit hitam legam. Namun demikian, namanya diabadikan oleh
Allah menjadi nama salah satu surat dalam al-Qur’an, surat Luqman.
Penyebutan ini tentu bukan tanpa maksud. Luqman diabadikan namanya
oleh Allah, karena memang orang shaleh yang patut diteladani. Bahwa
Allah tidak menilai seseorang dari gagah tidaknya, juga tidak dari
statusnya, jabatannya, warna kulitnya dan lainnya. Akan tetapi Allah
menilai dari ketakwaaan dan kesalehannnya.
Setidaknya,
ada dua manusia yang bukan nabi, tapi namanya diabadikan dalam
al-Qur’an menjadi nama surat. Keduanya itu adalah Luqman dan
Maryam.
Menurut
Tanbihun.com tidak satu pun sejarawan yang menyebutkan bahwa Luqman
berdarah Arab. Sebagian sejarawan menyebut Luqman berdarah Ibrani,
sebagian lain menyebut berdarah Habasyi, dan yang lainnya menyebut
berdarah Nubi, salah satu suku di Mesir yang berkulit hitam (aswan
sekarang).
Dalam
Tarikhnya, Ibnu Ishak menuturkan, bahwa Luqman bernama Luqman bin
Bau’raa bin Nahur bin Tareh, dan Tareh bin Nahur merupakan nama
dari Azar, ayah Nabi Ibrahim as.
Wahab
bin Munabbih mengatakan bahwa Luqman adalah putra dari saudari
kandung Nabi Ayyub as. Muqatil menuturkan, Luqman adalah putra dari
bibinya Nabi Ayyub as. Imam Zamakhsyari menguatkan dengan mengatakan:
Dia adalah Luqman bin Bau’raa putra saudari perempuan Nabi Ayyub
atau putra bibinya.
Riwayat
lain mengatakan, Luqman adalah cicit Azar, ayahnya Nabi Ibrahim as.
Luqman hidup selama 1000 tahun, ia sezaman bahkan gurunya Nabi Daud.
Sebelum Nabi Daud diangkat menjadi Nabi, Luqman sudah menjadi mufti
saat itu, tempat konsultasi dan bertanya Nabi Daud as.
Luqmanul
Hakim dalam sebuah riwayat dikatakan seorang yang bermuka biasa,
tidak ganteng. Qatadah pernah menuturkan dari Abdullah bin Zubair
bahwasannya ia pernah bertanya kepada Jabir bin Abdullah tentang
Luqman. Jabir menjawab: “Dia berbadan pendek dan berhidung pesek,
orang Nubi, Mesir”.
Sa’id
bin al-Musayyib juga menuturkan bahwa Luqman termasuk orang berkulit
hitam dari Mesir, akan tetapi sangat mulia, dan Allah memberikan
hikmah kepadanya, juga Luqman menolak untuk diangkat sebagai Nabi.
Seorang laki-laki berkulit hitam datang mengadu kepada Said bin
al-Musayyib. Sa’id kemudian berkata: “Janganlah bersedih lantaran
kulit kamu hitam, karena di antara manusia pilihan itu, ada tiga
orang semuanya berkulit hitam: Bilal, Mihja’ budak Umar bin Khatab
dan Luqmanul Hakim”.
Para
ahli sejarah berbeda pendapat tentang profesinya. Sebagian
mengatakan, profesinya adalah tukang jahit. Sebagian lainnya
mengatakan, tukang kayu, yang lainnya menuturkan tukang kayu bakar,
dan terakhir mengatakan sebagai penggembala.
Riwayat
lain menuturkan bahwa Luqman adalah qadhi pada masa Bani Israil,
sekaligus konsultannya Nabi Daud as. Bahkan riwayat lain menuturkan
Luqman adalah seorang budak belian dari Habasyi yang berprofesi
sebagai tukang kayu.
Khalid
ar-Rib’i menuturkan: “Luqman adalah seorang budak belian dari
Habasyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Suatu hari majikannya
berkata: “Wahai Luqman sembelih kambing ini lalu keluarkan dua
dagingnya yang paling enak. Luqman lalu menyembelih dan mengeluarkan
lidah dengan hati.
Keesokan
harinya, majikannya kembali berkata: “Luqman, sembelih domba ini,
dan keluarkan dua daging yang paling tidak enak”. Luqman kembali
mengeluarkan lidah dengan hati.
Majikannya
lalu bertanya, wahai Luqman, saya meminta kamu mengeluarkan daging
yang paling enak dan paling tidak enak, kamu mengeluarkan yang sama,
lidah dengan hati. Kenapa demikian?
Luqman
menjawab: “Tidak ada yang seenak keduanya, apabila dipakai dengan
sebaik mungkin, dan tidak ada yang sejelek dari keduanya, manakala
dipakai tidak pada tempatnya”. SubhanAllah sungguh bijak sekali
Luqman ini, karena itulah Allah memberikan nama Luqmanul Hakim
(Luqman yang sangat bijak).
Dalam
sejarahnya Luqman menikah dan dikaruniai banyak anak, akan tetapi
semuanya meninggal dunia ketika masih kecil, tidak ada yang sampai
dewasa, namun Luqman tidak menangis, karena hidupnya yang sudah yakin
dengan Allah.
Betapa
banyak contoh-contoh kemulian Luqmanul Hakim ini yang tentunya tidak
mungkin penulis sampaikan dalam kesempatan kali ini. Dalam hal ini,
penulis hendak menyuguhkan wasiat-wasiat, pesan-pesan Luqman untuk
putra-putranya sekaligus untuk ktia semua baik yang tercantum dalam
al-Qur’an.
- Wasiat Luqman dalam Al-Qur’an (Q.S Luqman 13-19)
- Tidak menyekutukan Allah.
Sebesar-besar
kedzaliman dan kemungkaran adalah menyekutukan Allah SWT, sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya
:"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".(Q.S. Luqman:13)
Allah
SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, kecuali ia bertobat dan
meninggalkan perbuatannya. Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang
berhak untuk disembah (Allahu mustahiqqul 'ibaadah). Dia lah yang
berhaq di mintai pertolongan. Hanya kepada-Nyalah segala urusan
diserahkan, takut (khouf), berharap (raja') hanya layak ditujukan
kepada Allah swt, bukan kepada yang lainnya.
- Berbuat baik kepada kedua orang tua.
Firman
Allah SWT.
Artinya:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu."
(
QS.Luqman: 14)
- Ketaatan kepada kedua orang tua harus dilandasi oleh ketaatan kepada Allah
Taat
kepada orang tua harus dilandasi ketaatan kepada Allah, karena tidak
boleh taat kepada keduanya dalam rangka berbuat maksiat kepada Allah,
lebih-lebih menyekutukan Allah ( syirik ). Allah SWT berfirman:
Artinya:
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik".
(QS.
Luqman: 15)
- Mengikuti jalan orang-orang yang kembali kepada Allah SWT
Firman
Allah SWT:
Artinya
: “Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.(QS. Luqman: 15)
Disini
Luqman memberikan sebuah nasehat kepada anaknya agar ia mengikuti
jejak orang-orang yang kembali kepada Allah SWT yaitu para nabi dan
rasul serta orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, yang selalu
bertaubat kepada Allah SWT, yang telah diberi Allah SWT hidayah,
yaitu tetap dalam agama yang hanif yakni Islam
- Allah akan membalas semua perbuatan manusia.
Firman
Allah swt :
Artinya
:”(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui”.(Q.S: Luqman: 16)
Disebutkan
juga dalam Firman Allah yang berbunyi :
Artinya:
"Maka Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya pula".
(QS.
Al Zalzalah: 7-8).
- Menegakkan sholat, Amar ma’ruf nahi mungkar dan bersabar
Shalat adalah tiang agama, sehingga
ia tidak akan tegak tanpa shalat. Maka sebagai seorang yang beriman
kita diwajibkan menegakkannya.
Ada dua komponen penting dalam Islam
yang memberikan sebuah dorongan yang kuat kepada setiap muslim untuk
mendakwahkan agama yang dianutnya, yaitu Amar ma'ruf nahi mungkar
(memerintahkan berbuat kebajikan dan mencegah yang mungkar).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Surah Luqman ayat 17 yang berbunyi :
Artinya
: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.(Q.S
Luqman :17)
- Tidak Menyombongkan diri
Sifat takabur atau merasa besar
dihadapan manusia adalah sifat yang dibenci oleh Allah SWT. Allah SWT
berfirman :
Artinya:
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri." (Q.S Luqman : 18)
- Bersikap pertengahan dalam segala hal dan berakhlaq yang baik
Islam tidak menghendaki sikap Ghuluw
(berlebih-lebihan) juga tidak menginginkan untuk bersikap tahawun
(meremehkan) dalam segala hal termasuk juga dalam perkara-perkara
yang menurut penilaian sebagian orang dianggap kecil seperti sikap
berjalan, berbicara dsb. Allah SWT mengatur itu semua sebagaimana
firmanNya:
Artinya:
"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."(Q.S
Luqman : 19).
Manusia akan mempunyai nilai jika
menampakkan akhlaq yang baik, karena tujun diutusnya Rasulullah SAW
selain untuk menyeru kepada Allah ( Ad-dakwah ilallah) adalah untuk
menyempurnakan Akhlaq dan budi pekerti.
- Kisah Luqman al-Hakim
Dalam sebuah riwayat menceritakan,
pada suatu hari Luqman Al- Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan
menaiki seekor himar, manakala anaknya mengikut dari belakang.
Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun berkata, "Lihat
itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan
berjalan kaki." Setelah mendengarkan desas-desus dari orang
ramai maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya
di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu
berkata pula, "Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan
anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh kurang ajar anak itu."
Setelah mendengar kata-kata itu,
Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan
anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, "Lihat itu dua
orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksakan himar itu."
Oleh karena tidak suka mendengar percakapan orang, maka Luqman dan
anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang
berkata, "Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak
dikenderai." Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke
rumah, Luqman Al-Hakim telah menasihatai anaknya tentang sikap
manusia dan seloteh mereka, katanya, "Sesungguhnya tiada
terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang
berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah
saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi
pertimbangannya dalam tiap-tiap satu."Al- Hakim berpesan kepada
anaknya, katanya, "Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal
supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir
itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis
keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu
dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (keperibadiannya)
dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang
yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya."
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Luqmanul Hakim menurut riwayat yang
lebih kuat, bukan seorang nabi. Ia seorang manusia shaleh semata.
Bahkan dalam banyak riwayat shahih dikatakan, ia seorang budak
belian, berkulit hitam, berparas pas-pasan, hidung pesek, kulit hitam
legam.
Nasihat luqman terhadap anaknya dalam
Al-Qur’an surat luqman ayat 13-19 adalah tidak menyekutukan Allah,
berbuat baik kepada kedua orang tua, ketaatan kepada kedua orang tua
harus dilandasi oleh ketaatan kepada Allah, mengikuti jalan
orang-orang yang kembali kepada Allah SWT, Allah akan membalas semua
perbuatan manusia, Menegakkan sholat, Amar ma’rufnahi mungkar dan
bersabar, tidak Menyombongkan diri dan bersikap pertengahan dalam
segala hal dan berakhlaq yang baik.
Dalam sebuah kisah Luqman Hakim
berpesan kepada anaknya, katanya, "Wahai anakku, tuntutlah
rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya
tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara,
yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya
(mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya
(keperibadiannya) dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu
ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan
meringan-ringankannya."
DAFTAR PUSTAKA
Fariadi,
Ruslan. "Menyelami
Nasihat Lukman Al-Hakim"
(Hidayah, volume 8, edisi 87 : 2008)
Al-Qur’an
dan Terjemahnya
Katsir,
Ibnu. al-Bidayah wan Nihayah
Tanbihun.com
http://jendelaartikel.blogspot.com
1
Fariadi, Ruslan. "Menyelami Nasihat Lukman Al-Hakim",
Hidayah, volume 8, edisi 87, November 2008, hlm. 162-165.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar