- PENDAHULUAN
- PENDIDIKAN DI MASA KHULAFAUR UMAR BIN KHATTAB
Nabi Muhammad SAW.
Tidak meninggalkan wasiat tenatang siapa yang akan menggantikan
beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat.
Setelah beliau wafat sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshor berkumpul di
balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memutuskan bermusyawarah
siapa yang kan menjadi pemimpin. Akhirnya, mereka mereka memilih
Khulafaur Rasyidin1.
Secara harfiah kata
khalifah berasal dari kata khalf
yang
berarti wakil, pengganti, dan penguasa. Selanjutnya muncul istilah
khilafah yang dapat diartikan sebagai institusi politik islam, yang
bersinonim dengan kata “imamah” yang berarti pemerintah.
Ibn Khaldun
berpendapat, bahwa khilafah adalah tanggung jawab umum yang sesuai
dengan tujaun syara’ (hukum islam).
Adapun kata
al-Rasyidun secara harfiah berasal dari kata rasyada yang artinya
cerdas, jujur, dan amanah. Dengan demikian secara sederhana khulafaur
Rasyidun menunjukan sikap yang cerdas, jujur, dan amanah. Selain itu
khalifah dapat diartikan pimpinan yang diangkat sesudah Nabi Muhammad
SAW wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai
peminpin agama dan kepala pemerintah.2
Sebagai pemimpin
umat Islam setelah rasul, Abu Bakar di sebut Khalifah
Rasulillah
(Pengganti Rasul). Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada
tahun 634 M ia meninggal dunia.
Ketika Abu Bakar
sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para
pemuka sahabat, kemudian menggangkat umar bin khatab sebagai
penggantinya.3
Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan
dan perpecahan di kalangan umat islam.
Umar bin Khattab menjadi khalifah
melalui prosaes musyawarah Abu Bakar dengan pemuka para sahabat. Hal
ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisishan dan
perpecahan dikalangan umat islam. Cara yang ditempuh oleh Abu Bakar
ini ternyata dapat diterima oleh masyarakat dan mereka segera memberi
bai’at kepada Umar bin Khattab. Umar kemudian menyebut dirinya
sebagai Khalifah-khalifah
Rasulillah dan Amir al-Mu’minin.
Masa pemerintahan
Umar yang relatif agak lama, yakni 10 tahun, digunakan untuk
memperluas wilayah daulah islamiah dan melakukan berbagai program
pembangunan pada masa Umar bin Khattab kekuasaan Islam meliputi
Jazirah Arabia, Palestina, syiria, persia, dan mesir. Beliau juga
melakukan usaha pembenahan administrasi negara dengan mencontoh model
persia, yaitu membagi wilayah bentuk provinsi. Selain itu dibentuk
pula beberapa departemen, pengaturan sistem pembayaran dan pajak
tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif dengan eksekutif dengan
mendirikan lembaga pengadilan, membentuk jawatan pekerjaan umum,
mendirikan Bait al-Mal, mencetak mata uang, dan menetukan tahun
hijrah.
Ketika Abu Bakar menjabat khalifah,
Umar senantiasa memberikan bantuan dan dukungannya terhadap
kebijaksanaan yang dijalankan oleh Abu Bakar, hingga tampak
pemerintahan saat itu seolah-olah dipegang oleh dua orang. Sesaat
sebelum Abu Bakar meninggal, beliau menunjuk Umar sebagai
penggantinnya setelah dimusyawarahkan dengan para sahabat lainnya.
Usaha memperlebar wilayah Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar,
dilanjutkan oleh Umar dengan hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada
masa Umar meliputi Irak, Persia, Syam, Mesir, dan Barqah.
- PEMBAHASAN
- PENDIDIK
Umar Ibnul Khattab adalah seorang
tokoh dari kalangan pria sejati. Rasulullah saw. Mengenalnya di
lembah-lembah dan di jalan-jalan Mekkah. Beliau berangan-angan
kirannya Allah membukakan qalbunya untuk menerima Islam. Beliau
memanjatkan permintaan kepada Allah seperti berikut:
“Ya Allah kuatkanlah Islam
dengan salah satu Umar.” (HR. Tirmidzi)
Umar adalah seorang pemberani
sehingga membuat orang yang gagah dan kuat menjadi ketakutan.4
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, kondisi politik dalam
keadaan stabil. Melanjutkan kebijaksanaan Abu Bakar, Umar bin Khattab
mengirim pasukan untuk memperluas wilayah Islam. Ekspansi Islam di
masa Umar bin Khattab mencapai hasil yang gemilang, yang meliputi
Semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah Islam sampai
keluar Jazirah Arab penguasa memikirkan pendidikan Islam di
daerah-daerah luar Jazirah Arab karena bangsa-bangsa tersebut
memiliki adab dan kebudayaan yang berbeda dengan Islam. Untuk itu,
Umar memerintahkan panglima-panglima apabila mereka berhasil
menguasai suatu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai
tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan usaha pendidikan itu,
Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukkan, yang bertugas mengajarkan isi Al-Quran dan
ajaran Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam. Dikuasainnya
wilayah-wilayah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya keinginan
untuk belajar Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di wilayah-wilayah
tersebut. Orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah yang
ditaklukkan, harus belajar Bahasa Arab jika mereka ingin belajar dan
mendalami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, masa ini sudah terdapat
pengajaran Bahasa Arab.5
Meluasnya wilayah Islam mengakibatkan
meluas pula kebutuhan peri kehidupan dalam segala bidang. Seperti
keteraturan dalam bidang pemerintahan dan segala perlengkapanya,
memerlukan pemikiran cukup serius. Untuk memenuhi kebutuhan itu
diperlukan tenaga manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian
memadai, bagi kelancaran roda pemerintahan itu sendiri. Hal itu
berarti peranan pendidikan harus menampilkan dirinya. Semangat
berdakwah dan pendidikan dari kaum muslim yang berada di
daerah-daerah, baru menunjukkan kekuatan yang sangat tinggi. Untuk
mencegah kesimpangsiuran pemahaman agama, baik yang menyangkut
dasar-dasar pokok iman maupun ibadah dan muamalah sudah mulai
dirintis. Orang banyak berdatangan ke Madinah untuk belajar hadis
langsung dari para sahabat.
Berkaitan dengan masalah pendidikan
ini, Khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang
melakukan penyuluhan kependidikan di kota Madinah. Selanjutnya beliau
juga mengangkat sahabat-sahabat bertugas menjadi guru di daerah.
Adapun
visi, misi dan tujuan pendidikanya adalah sebagai berikut:
- VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Visi pendidikan pada
masa khulafaur Rasyidin masih belum berbeda dengan visi pendidikan
pada zaman Rasulullah SAW. Hal ini disebabkan, karena para kulafaur
Rasyidin adalah mengikuti jejak Rasulullah SAW. Visi tersebut adalah
“unggul” bidang keagamaan sebagai landasan membangun umat.
Misi Pendidikan pada
zaman Khulafaur Rasyidin dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Memantapkan dan menguatkan keyakinan dan kepatuhan kepada ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara memahami, menghayati, dan mengamalkan secara konsisten.
- Menyediakan sarana, prasarana, dan fasilitas yang memungkinkan terlaksananya ajaran Islam.
- Menumbuhkan semangat cinta tanah air dan bela negara yang memungkinkan Islam dapat berkembang keseluruh dunia.
- Melahirkan para kader pemimpin umat, pendidik, dan da’i yang tangguh dalam mewujudkan syi’ar Islam. Upaya ini pada tahap selanjutnya melahirkan para ulama dari kalangan tabi’in.
Adapun tujuan
pendidikan pada masa itu melahirkan umat yang memiliki komitmen yang
tulus dan kukuh terhadap pelaksanaan ajaran Islam sebagaimana yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Khulafaur Rasidin berpusat
pemerintahan di Madinah. Penduduk terdiri dari latar belakang agama,
sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, dan lainnya
berbeda-beda. Akan tetapi ketika setelah Rasulullah SAW wafat,
keadaan mereka kembali kepada keadaan semula, yakni hidup bebas tanpa
aturan.
Latar belakang
tersebut hanya berperan sebagai pemicu lahirnya visi, misi, dan
tujuan pendidikan untuk seluruh umat manusia.
- KURIKULUM PENDIDIKAN
Kurikulum pendidikan
di Madinah selain berisi materi pelajaran yang berkaitan dengan
pendidikan keagamaan, yakni Al-Qur’an, Al-Hadis, Hukum Islam,
kemasyarakatan, kewarganegaraan, pertahanan dan kesejahteraan.6
Pada masa Umar
digalakan pendidikan ketrampilan hal ini termaktub dalam intruksi
Umar bin Khattab yang dikirimkan kepada penduduk-penduduk kota yang
isinya “Amma ba’du”. Ajarkkanlah kepada anak-anak kamu
berenang, kepandaian menuggang kuda, dan tuturkanlah kepada mereka
pepatah-pepatah yang masyhur dan syair-syair yang baik.7
- TENAGA PENDIDIK
Yang menjadi
pendidik di zaman khulafaur Rasydin diantara lain adalah Abdullah ibn
malik, Zaid ibn Tsabit Ibn Tsabit, Abu dzar Gifari. Berkaitan dengan
pendidikan Umar bin Khhatab merupakan seorang pendidikan yang
melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah.
Dengan demikian,
yang menjadi pendidikan khulafaur Rasyidin sendiri dan para sahabat
sendiri dan sahabat besar yang lebih dekat kepada Rasulullah SAW dan
memilki pengaruh yang besar. Sehubungan dengan ini, maka khulafa
Rasyidin layak menjadi pemimpin dalam arti luas, termasuk mendidik,
mengarahkan, dan membina umat.
Ulama-ulama (ahli
ilmu-ilmu agama Islam)
- Ulama-ulama ahli tafsir.
- Ali bin Abu Talib
- Abdullah bin Abbas.
- Abdullah bib Mas’ud
- Ubaiya bin Ka’b.
- Ulama-ulama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ialah:
- Abu Hurairah (5374 hadis)
- Aisyah (2210 hadis)
- Abdullah bin Umar (-+ 2210 hadis)
- Jabir bin Abbas (-+ 1500 hadis)
- Anas bin Malik (-+ 2210 hadis)
- Umar bin Khattab (-+ 537 hadis). Sedangkan yang sah hanya -+ 50 hadis.
- Ulama ahli fiqih
- Abu Bakar.
- Umar bin ‘Affan.
- Ali bin Abi Talib.
- Ubaiyabin Ka’b.
- Mu’az bin Jabal.
- Abdullah bin Mas’ud.
- Abu Musa bin Al-Asy’ari.
- Abdullah bin Abbas.8
- PESERTA DIDIK
Peserta didik pada zaman Khalifah
Umar terdiri dari masyarakat Mekkah dan Madinah. Namun yang khusus
mendalami dalam kajian keagamaan hingga menjadi seorang yang mahir,
alim, dan mendalam penguasaanya di dalam bidang ilmu agama jumlahnya
masih terbatas. Sasaran pendidikan dalam arti umum, yakni membentuk
sikap mental keagamaan adalah seluruh umat islam yang ada di Mekkah
dan Madinah. Adapun sasaran pendidikan dalam arti khusus yakni
membentuk ahli ilmu agama sebagian kecil dari kalangan Tabi’in yang
selanjutnya menjadi Ulama.9
- MATERI PENDIDIKAN
Materi pendidikan yang diajarkan
adalah materi yang berkaitan dengan keagamaan yakni al-quran,
al-hadis, hukum islam, kemasyarakatan, kenegaraan, pertahanan,
keamanan dan kesejahteraan.
Dengan meluasnya kekuasaan Islam,
mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka
yang baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari
sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi, khususnya
menyangkut hadis Rasul sebagai salah satu sumber agama yang belum
terbukukan dan hanya ada dalam ingatan para sahabat dan sebagai alat
bantu untuk menafsirkan al-quran.
Tuntutan untuk belajar bahasa arab
juga nampak dalam pendidikan Islam pada masa Khalifah Umar.
Dikuasainya wilayah-wilayah baru oleh Islam, menyebabkan munculnya
keinginan untuk belajar bahasa arab sebagai bahasa pengantar di
wilayah-wilayah tersebut. Orang-orang yang baru masuk Islam di
daerah-daerah yang ditaklukkan, harus belajar bahasa arab jika mereka
ingin belajar dan mendalami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, masa
ini sudah terdapat pengajaran bahasa arab.
10
Selain itu ilmu-ilmu yang diajarkan
yaitu belajar membaca, dan menulis, membaca Al-Qur’an dan
menghapalnya, belajar pokok-pokok agama islam, seperti cara berwudu,
sembayang, puasa dan sebagainya.
Umar bin Khattab beliau
menginstruksikan kepada penduduk-penduduk kota supaya diajarkan
kepada anak-anak.
- Berenang
- mengendarai kuda
- Memanah
- membaca syair-syair mudah dan peribahasa.
Dengan demikian mulai masuk islam
dalam pengajaran rendah gerak dan membaca syair-syair mudah, serta
peribahasa. Sedangkan sebelum itu hanya membaca Al-Qur’an saja.
Ilmu-ilmu
yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
- Al-Qur’an dan Tafsirnya.
- Hadis dan mengumpulkannya
- Fiqhi (tasyri’).11
- METODE PEMBELAJARAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN
- METODE PEMBELAJARAN
Adapun metode yang mereka dalam
mengajar antara lain dengan bentuk halaqah. Yakni guru duduk
disebagian ruangan masjid kemudian dikelilingi oleh para siswa.
Menyampaikan ajaran kata demi kata dengan artinya dan kemudian
menjelaskan kandunganya. Sementara para siswa menyimak, mencatat, dan
mengulanginya apa yang dikemukakan oleh gurunya.12
- LEMBAGA PENDIDIKAN
- Kuttab sebagai lembaga pendidikan terendah yang di dalamnya mengajarkan kepada anak-anak dalam hal baca dan tulis dan sedikit pengetahuan-pengetahuan agama.
- Masjid sebagai pusat pendidikan umat Islam yang telah mukallaf pada masa permulaaan Islam belum terdapat sekolah formil seperti yang ada pada masa sekarang. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kependidikan pada masa Umar bin Khattab tidak jauh dengan Nabi saw. Namun disana sini terdapat beberapa perkembangan dearah lebih maju sesuai dengan situasai dan kondisinya, tapi perkembangan itu tidak melunturkan dasar-dasar pendidikan yang dilaksanakan pada masa Nabi saw.13
Selain
itu juga pusat pendidikan Islam terdapat pada madrasah yaitu:
- Madrasah Makkah
Guru pertama yang mengajar di Makkah,
setelah penduduk Makkah takluk, ialah mu’az bin zabal. Ialah yang
mengajarkan Al-Qur’an dan mana yang halal dan haram.
Pada
masa khlaifah Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbas pergi ke
Mekkah, lalu mengajar di sana masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir,
fiqhi dan sastera. Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Makkah,
yang termasyhur seluruh negara Islam.
- Madrasah Madinah
Madrasah Madinah lebih termasyhur dan
lebih dalam ilmunya, karena disanalah tempatkhalifah : Abu Bakar,
Umar dan Usman, disana banyak tinggal sahabat-sahabat Nabi SAW. Ulama
termasyhur di Madinah ialah :
- Umar bin Khattab.
- Ali bin Abu Thalib.
- Zaid bin Sabit.
- Abdullah bin Umar bin Khattab.
- Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang termasyhur di
Basrah ialah Abu Musa Al-Asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa
Al-Asyari adalah ahli fiqhi dan ahli Hadis, serta ahli Qur’an.
Sedangkan Anas malik lebih termashyur dalam hadis.
Kemudian madrasah Basrah itu
melahitrkan Al-Hasan Basry dan ibnu Sirin pada masa Umaiyah. Hasan
Basry adalah ulama besar, berbudi tinggi, saleh serta fasih lidahnya
ia sangat berani-mengeluarkan pendapatnya.
- Madrasah Kuffah
Ulama sahabat yang tinggal di Kuffah
ialah Ali bin Abu Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Pekerjaan Ali di
Irak, ialah soal politik dan urusan peperangan. Sedangkan Ibnu Mas’ud
mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu agama. Ibnu Mas’ud diutus oleh
Umar bin Khattab ke kufah untuk menjadi guru. Ia ahli tafsir dan ahli
fiqhi, bahkan ia meriwayatkan hadis-hadis Nabi SAW.
- Madrasah Damsyik (Syam)
Setelah Syam (syria) menjadi sebagian
negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama islam, maka Umar
bin Khattab mengirimkan tiga guru agama ke negeri itu, yaitu : Mu’az
bin Jabal, Ubadah dan Abud Dardak. Ketiga guru itu mendirikan
madrasah Agama di Syam. Mereka mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu agama
di negeri Syam pada tiga tempat, yaitu Abud-Dardak di Damasyik, Mu’az
bin Jabal di Palestina dan Ubadah Hims.
Kemudian mereka digantikan oelh
murid-muridnya, tabi’in seperti seperti Abu Idris Al-Khailany,
Makhul Ad-Dimasyki, Umar bin Abdul Aziz dan Razak bin Haiwah.
Akhirnya madrasah itu melahirkan Imam
penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya
dengan iamam Malik dan Abu-hanifah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai
ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudain mazhabnya itu lenyab,karena
besar pengaruh mazhab Syafi’i.
- Madrasah Fistat (Mesir)
Setelah Mesir menjadi negara Islam ia
menjadi pusat ilmu-ilmu agama. ulama yang mula-mula mendirikan
madrasah di mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘As, yaitu di
Fistat (Mesir lama). ia ahli hadis dengan arti kata sebenarnya.14
- PENUTUP/KESIMPULAN
Umar bin Khattab menjadi khalifah
melalui prosaes musyawarah Abu Bakar dengan pemuka para sahabat. Hal
ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisishan dan
perpecahan dikalangan umat islam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
pendidikan islam pada zaman Umar bin Khattab dapat diketahui melalui
visi misi, tujuan sasaran pendidikan, kurikulum, metode, pendekatan
pembelajaran, sarana prasaarana, dan evaluasi.
Pada masa Umar
digalakan pendidikan ketrampilan hal ini termaktub dalam intruksi
Umar bin Khattab yang dikirimkan kepada penduduk-penduduk kota yang
isinya “Amma ba’du”. Ajarkkanlah kepada anak-anak kamu
berenang, kepandaian menuggang kuda, dan tuturkanlah kepada mereka
pepatah-pepatah yang masyhur dan syair-syair yang baik.
Yang menjadi
pendidik di zaman khulafaur Rasydin diantara lain adalah Abdullah ibn
malik, Zaid ibn Tsabit Ibn Tsabit, Abu dzar Gifari. Berkaitan dengan
pendidikan Umar bin Khhatab merupakan seorang pendidikan yang
melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah.
Materi pendidikan yang diajarkan
adalah materi yang berkaitan dengan keagamaan yakni al-quran,
al-hadis, hukum islam, kemasyarakatan, kenegaraan, pertahanan,
keamanan dan kesejahteraan.
Adapun metode yang mereka dalam
mengajar antara lain dengan bentuk halaqah. Yakni guru duduk
disebagian ruangan masjid kemudian dikelilingi oleh para siswa.
Menyampaikan ajaran kata demi kata dengan artinya dan kemudian
menjelaskan kandunganya. Sementara para siswa menyimak, mencatat, dan
mengulanginya apa yang dikemukakan oleh gurunya. Lembaga
PendidikanKuttab sebagai lembaga pendidikan terendah yang di dalamnya
mengajarkan kepada anak-anak. Masjid sebagai pusat pendidikan umat
Islam yang telah mukallaf.
- DAFTAR BACAAN
Zuhairini,
dkk. Sejarah
Pendidikan Islam.1997.
Jakarta: Bumi Aksara.
Abudin,
Nata. Sejarah
pendidikan Islam.
2011. Jakarta: Media group.
Yatim,
Badri. Sejarah
Peradaban Islam. 2011.
Jakarta. Grafindo Persada.
Yunus, Mahmud. Sejarah
Pendidikan Islam .1989.
Jakarta: PT Hida karya agung.
Asrohah, Hanu. Sejarah
Pendidikan Islam.1999.
Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Umairah, Abdurrahman. Tokoh-tokoh
yang di abadikan dalam Al-Qur’an.
Gema Insani
1
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta, Raja grafindo
Persada. 2011). h. 35
2
Nata Abudin. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta, Media group.
2011). hh. 111-112
3
Badri Yatim. Op., cit,. hh. 35-37
6
Nata Abudin., Ibd., hh. 118-121
7
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1997)
8
Muhammad, Yunus. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hida
karya agung, 1989), h. 41-43
10
Ibid., h. 123
11
Muhammad, Yunus,. Op, .cit,. h. 40
12
Nata, abudin., op,.cit. h. 123
13
Zuhairini, dkk Op.cit. h. 21
14
Muhammad Yunus,. Op,. Cit. hh. 34-37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar