SISTEM
PENDIDIKAN PADA MASA
RASULULLAH
SAW DI MADINAH
- PENDAHULUAN
Perlu diketahui
bersama, sisi gelap dalam pola pendidikan yang dirumuskan oleh
Amerika dan Eropa yaitu tidak adanya muatan nilai ruhiyah, dan lebih
mengedepankan logika materialisme serta memisahkan antara agama
dengan kehidupan yang dalam hal ini sering disebut paham Sekulerisme.
Implikasi yang bisa dirasakan namun jarang disadari adalah adanya
degradasi moral yang dialami oleh anak bangsa. Banyak kasus buruk
dunia pendidikan yang mencuat di permukaan dimuat oleh beberapa media
massa cukup meresahkan semua pihak yang peduli terhadap masa depan
pendidikan bangsa yang lebih baik.
Mempelajari
Sejarah Pendidikan Islam amat penting, terutama bagi pelajar-pelajar
agama islam dan pemimpin-pemimpin islam. Dengan mempelajari Sejarah
Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran
islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khusunya
pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebagai
umat islam, hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna
menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang di dalam pengetahuan
sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad
SAW terdapat dua periode. Yaitu periode Makkah dan periode Madinah.
Pada
periode Makkah, Nabi Muhammad lebih menitik beratkan pembinaan moral
dan akhlak serta tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim di
Makkah dan pada peroide di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan
pembinaan di bidang sosial politik. Disinilah pendidikan islam
berkembang pesat.
Sebut
saja tokoh Ibnu Sina sebagai sosok yang dikenal peletak dasar ilmu
kedokteran dunia namun beliau juga faqih ad-diin terutama dalam hal
ushul fiqh. Masih ada tokoh-tokoh dunia dengan perannya yang penting
dan masih menjadi acuan perkembangan sains dan teknologi berasal dari
kaum muslimin yaitu Ibnu Khaldun(bapak ekonomi), Ibnu Khawarizm
(bapak matematika), Ibnu Batutah (bapak geografi), Al-Khazini dan
Al-Biruni (Bapak Fisika), Al-Battani (Bapak Astronomi), Jabir bin
Hayyan (Bapak Kimia), Ibnu Al-Bairar al-Nabati (bapak Biologi) dan
masih banyak lagi lainnya. Mereka
dikenal tidak sekadar paham terhadap sains dan teknologi namun diakui
kepakarannya pula di bidang ilmu diniyyah.
- PEMBAHASAN
- PENDIDIKAN PADA MASA NABI SAW DI MADINAH
Setelah Nabi serta
sahabat-sahabat-Nya (Muhajirin) hijrah ke Madinah, usaha nabi yang
pertama adalah mendirikan mesjid. Nabi sendiri bekerja membangun
masjid itu bersama-sama sahabatnya. Di samping masjid didirikan rumah
tempat tinggal Nabi. Disalah satu penjuru mesjid disediakan untuk
tempat tinggal orang-orang miskin yang tidak mempunyai rumah.
Setelah selesai pembangunan itu, maka
di masjid itulah Nabi mendirikan sembahyang berjama’ah. Bahkan di
masjid itu lah Nabi membacakan Al-Qur’an dan memberikan pendidikan
dan pengajaran islam. Begitu juga di mesjid itulah Nabi bermusyawarah
dengan sahabat-sahabat-nya.
Pendidikan pertama yang dilakukan
Nabi, ialah memperkuat persatuan kaum muslimin dan mengikis
habis-habisan sisa-sisa permusuhan persukuan. Lalu nabi mempersatukan
dua orang. Mula-mula di antara sesama Muhajirin, kemudian di antara
Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persatuan itulah persaudaraan
kaum muslimin bertambah kokoh.1
Setelah selesai Nabi mempersatukan
kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan
perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu
di tegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabt dengan Kaum muslimin, tolong
menolong, bantu membantu, terutama bila ada serangan musuh terhadap
Madinah. Mereka harus mempertahankan negeri bersama-sama kaum
muslimin. Dalam pada itu kaum Yahudi akhirnya merdeka memeluk
agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaanya.2
- PENDIDIKAN DI MADINAH
Madinah adalah sebuah kota dalam
wilayah kekuasaan pemerintah Kerajaan Arab Saudi sekarang. Kota ini
di kenal sebagai tanah suci kedua umat islam. Pada zaman Nabi
Muhammad SAW dan al-khulafa al-rasyidin, kota ini menjadi pusat
dakwah, pusat pengajaran dan pemerintahan islam. Dari kota inilah
islam memancar ke seluruh penjuru semenanjung Arab dan kemudian ke
seluruh dunia.
Sebelum nabi hijrah ke Madinah, nama
kota itu adalah Yatsrib. Setelah Nabi SAW hijrah, pada tanggal 22
September 622 M, kota itu di ubah namanya menjadi Madinah al-Nabi
atau al-Madinah al-Munawwaroh.
Dari segi ekonomi dan politik,
kedudukan Yahudi di kota Yatsrib dianggap sebagai yang paling kuat di
kalangan penduduk. Bahkan mereka pernah mengontrol politik di
Yatsrib. Pengaruh yahudi baru berkurang setelah kedatangan suku Aus
dan Khajraz. Baru pada abad ke-6, orang arab berhasil melepaskan diri
dari ketergantungan kaum Yahudi. Dan dari keadaan ini, Nabi Muhammad
SAW memiliki peluang untuk melakukan penataan berbagai bidang
kehidupan seperti: sosial, ekonomi, politik, hukum, kebudayaan, dan
pendidikan berdasarkan nilai-nilai ajaran islam, situasi di kota
Madinah yang demikian itu selanjutnya memebrikan pengaruh yang
signifikan dalam bidang pendidikan.
- VISI, MISI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Visi pendidikan di Madinah atau
sesudah hijrah adalah “Unggul
dalam bidang keagamaan, moral, sosial ekonomi, dan kemasyarakatan,
serta penerapannya dalam kehidupan.”
Sejalan dengan visi tersebut, maka
pendidikan yang berlangsung di Madinah memiliki Misi :
- Memberikan bimbingan kepada kaum muslimin menuju jalan yang di ridhai Tuhan.
- Mendorong kaum muslim untuk berjihad di jalan Allah.
- Memberikan didikan akhlak yang sesuai dengan keadaan mereka dalam bermacam-macam situasi.
- Mengajak kelompok di luar islam (Yahudi dan Nasrani) agar mematuhi dan menjalani agamanya dengan shaleh, sehingga mereka dapat hidup tertib dan berdampingan dengan umat islam.
- Menyesuaikan didikan dan dakwah dengan keadaan masyarakat saat itu.
Dengan demikian, maka tujuan
pendidikan yang di selenggarakan di Madinah adalah membentuk
masyarakat yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang besar
dalam mewujudkan cita-cita Islam, yakni mewujudkan masyarakat yang
diridhai Allah SWT dengan cara menjalankan syariat islam seutuhnya.
Atas dasar Tujuan ini, maka pendidikan islam berperan mewujudkan
sistem dan tatanan kehidupan masyarakat yang bersendikan ajaran dan
nilai-nilai islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan
sunah Nabi Muhammad SAW, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
situai dan kondisi.
- KURIKULUM PENDIDIKAN
Kurikulum pendidikan di Madinah
selain berisi materi pengjaran yang berkaitan dengan akidah akhlak
juga pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin,
pendidikan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan keluarga kaum
kerabat, pendidikan anak-anak, pendidikan tauhid, pendidikan shalat,
pendidikan adab sopan santun.
- PESERTA DIDIK
Peserta didik di Madianh jauh lebih
banyak dibandingkan dengan peserta didik di Mekkah. Hal ini terjadi,
karena ketika di madinah, Nabi Muhammad SAW sudah memiliki otoritas
yang lebih luas, baik sebagai kepala agama,maupun sebagai kepala
negara.
Syaikh Ahmad farid dalam bukunya Min
A’lam al-salaf, menyebutkan adanya sejumlah sahabat sebanyak 60
orang. Di antaranya Abu Bakar al-Shiddiq, Usman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib, Siti Aisyah, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, Anas bin
Malik, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr.
- TENAGA PENDIDIK
Yang menjadi pendidik di Madinah pada
saat itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri yang pada tahap selanjutnya
di bantu oleh para sahabat terkemuka sebagaimana tersebut di atas.
- METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pada dasarnya metode pengajaran dan
pendidikan yang dilakukan di Madinah sama dengan yang di lakukan di
Mekkah, yakni dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan
fitrah manusia, yakni sebagai makhluk yang memiliki berbagai
kecenderungan, dan kelebihan. Untuk itu, Nabi Muhammad SAW terkadang
menggunakan metode ceramah, diskusi, musyawarah, tanya jawab,
bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita, hafalan, penugasan dan
bermain peran.
- LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan di Madinah di
kemukakan sebagai berikut:
- Masjid
- Al-suffah
- Kuttab
- EVALUASI DAN LULUSAN PENDIDIKAN
Pendidikan di Madinah adalah sebagai
pendidikan permulaan dan pengemabangan yang dilaksanakan sedikit
lebih maju dan berkembang dibandingkan pendidikan di Mekkah. Evaluasi
dan pemberian ijazah sebagaimana yang dikenal pada saat ini belum ada
di Madinah saat itu. Namun kepada sahabat yang dinyatakan sudah
menguasai materi pelajaran di berikan oleh Nabi Muhammad SAW,
diberikan hak untuk mengajar di berbagai wilayah kekuasaan islam.3
- PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM DI MADINAH
Hijrah dari Mekkah ke Madinah buan
sekedar hanya berpindah dan menghindarkan diri dari tekanan dan
ancaman hukum Quraisy dan penduduk Mekkah yang tidak menghendaki
pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga
mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam
menghadapi tantangan-tantangan lenih lanjut, sehingga akhirnya nanti
terbentuk masyarakat baru yang nanti di dalamnya bersinar kembali
mutiara Tauhid warisan Ibrahim yang akan di sempurnakan oleh Nabi
Muhammad SAW melalui wahyu Allah SWT.4
Berbeda dengan
periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan
politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan,
bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi
melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah
adalah sebagai berikut:
a.
PEMBENTUKAN
DAN PEMBINAAN MASYARAKAT BARU, MENUJU SATU KESATUAN SOSIAL DAN
POLITIK.
Nabi Muhammad SAW
mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu
padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh
masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar
tersebut adalah:
1).
Nabi Muhammad saw
mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku,
dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi
mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin,
kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan
itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
2).
Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum
Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3).
Untuk menjalin
kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan
masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa,
yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab
sosial, bnaik secara materil maupun moral.
4).
Suatu kebijaksanaan
yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru
di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan
wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah
dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga
masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari
Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial
tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SAW menapat wahyu
dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis
ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai
umat yang memiliki identitas.
Selesai Nabi Muhammad mempersatukan
kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan
perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu
ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin,
tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh
terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama kaum
Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan
bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian
persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
b.
PENDIDIKAN
SOSIAL POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN.
Materi pendidikan sosial dan
kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci
lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama
periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara
berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan
berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam
kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh
dunia.
c.
PENDIDIKAN ANAK
DALAM ISLAM
Dalam islam, anak merupakan pewaris
ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi
muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke
seluruh penjuru alam. Oleh
karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an berkaitan
dengan itu. Diantara
peringatan-peringatan tersebut antara lain:
- Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)
- Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
- Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Adapun garis-garis besar materi
pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW
sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman
ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
- Pendidikan Tauhid
- Pendidikan Shalat
- Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat
- Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
- Pendidikan kepribadian
- Pendidikan kesehatan
- Pendidikan akhlak 5
- PERBEDAAN CIRI POKOK PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODE KOTA MAKKAH DAN KOTA MADINAH:
- PERIODE KOTA MAKKAH:
Pokok pembinaan
pendidikan islam di kotaMakkah adalah pendidikan tauhid, titik
beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap
individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan
tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari.
- PERIODE KOTA MADINAH:
Pokok
pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai
pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan
sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan
pantulan sinar tauhid tersebut.6
Pada periode Madinah
adalah disamping seperti periode Makkah juga terdapat perkembangan
yaitu :
- Perinsip pendidikan kesehatan (jasmani)
- Perinsip pendidikan sosial
- Perinsip pendidikan politik dan pemerintah.7
- PENUTUP/KESIMPULAN
Pokok
pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai
pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan
sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan
pantulan sinar tauhid tersebut.
Pembangunan dan
pembentukan generasi islam berkualitas sebagaimana para sahabat,
tabi’in, tabi’in-tabi’at dan ulama-ulama kenamaan merupakan
bukti keberhasilan pola pendidikan islami. Generasi islam dinilai
berkualitas apabila terbentuk pola pikir dan pola jiwa berlandaskan
pada aqidah Islam yang kuat sehingga mampu mengintegrasikan keimanan
dan kompetensi pada diri anak didik. Pola pendidikan islami sudah ada
semenjak Rasulullah SAW hidup dan beliaulah yang meletakkan
pondasinya dengan banyak keteladanan yang bisa diambil. Dengan
dihasilkannya generasi islami juga akan didapati peradaban mulia
seperti yang sudah tercatat dalam sejarah dunia tentang kegemilangan
peradaban islam mengubah dunia dari kegelapan menuju pencerahan
hakiki. Pendidikan islami mampu membuktikan janji Allah SWT dengan
munculnya umat terbaik sesuai dengan ayat al-Qur’an :
Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.(QS. Ali Imron : 110)
- DAFTAR BACAAN
Yunus, Mahmud. 1989. Sejarah
Pendidikan Islam.
PT. Hidakarya Agung: Jakarta.
Abudin, Nata. 2011.
Sejarah pendidikan Islam.
Media Group : Jakarta.
Zuhairini, dkk. 1997. Sejarah
Pendidikan Islam.
Bumi Askara : jakarta.
Wahidin, Khaerul, Taqiyuddin. 1996.
Sejarah Pendidikan
Islam Umum & Indonesia.
IAIN Sunan Gunung Jati : Cirebon.
Arief,Armai.2005.
Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik.
Penerbit Angkasa : Bandung.
2
Ibid . h 16
5
Zuhairini, Ibid, h 27-55
6
Armai
Arief,Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. (Bandung:
Penerbit Angkasa,2005)h 135-136
7
Khaerul Wahidin dan Taqituddin, Sejarah
pendidikan Islam Umum &Indonesia. (Cirebon : IAIn Sunan Gunung
Jati,1996) h 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar