Senin, 03 Maret 2014

PEMIKIRAN KALAM MODERN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada hakikatnya, prinsip-prinsip ajaran agama islam tidak terbatas pada ajaran agama manusia mengikuti kebenaran atau memperhatikan jiwa hanya yang menyangkut hubungan antara dunia ini dengan dunia lain yang akan datang.
Seiring perkembangan zaman ilmu pengetahuan akan mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada pada waktu itu. Begitu juga pada ilmu kalam, seiring dengan berjalannya waktu ilmu kalam mengalami kemajuan sesuai dengan waktu pada saat itu.
Dalam makalah ini saya akan mencoba memaparkan tentang riwayat mutakallimin modern dan pemikiran-pemikirannya.

B.    Rumusan Masalah
1.    Siapa saja tokoh kalam modern?
2.    Bagaiman pemikiran tokoh kalam modern?
C.    Tujuan
1.    Mengetahui   tokoh kalam modern
2.    Mengetahui tokoh kalam modern


1

BAB II
PEMBAHASAN
MUHAMMAD ABDUH
1.    Riwayat Hidup Muhammad Abduh
Syekh Muhammad Abduh memiliki nama lengkap muhammad Ibn Abduh Ibn Hasan Khairullah. Dia dilahirkan di desa Mahallat Nashr kabupaten buhairah, Mesir pada tahun 1849 M. Beliau bukan keturunan dari keluarga kaya dan bukan pula keturunan bangsawan. Akan tetapi, ayahnya terkenal sebagai orang terhormat yang suka memberi pertolongan. (Mustopa, 2010. Hlm:109)
Mula-mula abduh dikirim ayahnya kemasjid Al-Ahmadi tanta yang kemudian tempat ini menjadi pusat kebudayaan selain al-azhar. Akan tetapi abduh kembali kedesanya dan bertani seperti saudara-saudaranya, hanya dua tahun bertahan disana karena sistem pengajaran yang menjengkelkan. Pada saat kembali kedesanya pada usia 16 tahun ia langsung dinikahkan dan bersikeras tidak maumelanjutkan studinya, akan tetapi atas dorongan pamannya(Syekh Darwis), yang mempengaruhi kehidupannya sebelum ia bertemu dengan Jamaludin al-Afghani. Atas jasanya itu, Abduh merasa telah terbebaskan atas penjara kebodohan , dan ats bimbingan Al-Afghani, Abduh merasakan berada ditempat yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Pada bulan februari 1866 ia melanjutkan studinya di al-azhar dibawah bimbingan pamannya. Setelah 5 tahun menjadi mahasiswa al-azhar jamaludin al-afghani tiba di mesir dan Abdupun selalu menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiyahnya sehingga menjadi murid dan politik. Artikel pembaharuannya banyak dimuat pada surat kabar Al-Ahram di kairo.(Abdul rozak & Rosihon Anwar, 2001. Hlm: 212)


2

2.    Pemikiran Kalam Muhammad Abduh
a.    Kedudukan akal dan fungsi wahyu
diakuinya sendiri, Ada dua persoalan pokok yang menjadi pokok pemikiran Abduh, sebagaimana yaitu:
1.    Membebaskan akal pemikiran dari belenggu taqlid yang menghambat perkembangan pengatahuan  agama sebagaimana haknya salaf al-ummah, sebelum timbulnya perpevcahan yakni memahami langsung dari sumber pokoknya, Al-Qur’an.
2.    Memperbaiki gaya bahasa arab, baik yang digunakan dalam percakapan resmi dikantor-kantor pemerintahan baik dalam tulisan-tulisan dimedia massa.
b.    Kebebasan manusia dan Fatalisme
Bagi abduh, disamping mempunyai daya pikir, manusia njugan memiliki kebebasan memilih, yang merupakan sifat dasar yang ada pada diri manusia. Kalau sifat dasar ini dihilangkan dari dirinya, ia bukan manusia lagi, tetapi makhluk lain. Manusia dengan akalnya mamupu mempertimbangkan akibat perbuatan yang dilakukannya. Kemudian mengambil keputusan dengan kemauannya sendiri, dan selanjutnya mewujudkan perbuatannya itu dengan daya yang ada pada dirinya.
c.    Sifat-sifat Tuhan
Menurut Abduh, bahwa hukum-hukum yang wajib bagi Tuhan adalah bahwa Ia Qadim, sebab jika Ia bukan Qadim berarti Ia baharu. Sedang yang baharu pasti didahului, sehingga kalau begitu Ia berhajat kepada yang mengadakan-Nya. Ia juga bersifat Baq (kekal tanpa kesudahan).(Ahmad Fauzi, 2008. Hlm: 106)


3
SAYYID AHMAD KHAN
1.    Riwayat Hidup Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturuna Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali dan dia dilahirkan didelhi pada tahun 1817 M. Neneknya adalah Sayyid Hadi yang menjadi pembesar istana pada zaman Alamaghir II (1754-1759) dan dia sejak kecil mengenyam pendidikan tradisional dalam wilayah agama dan belajar bahasa arab dan juga pula belajar bahasa Persia. Ia adalah sosok orang yang gemar membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ketika berumur belasan tahun dia bekerja pada Serikat India Timur. Bekerja pula sebagai hakim, tetapi pada tahun 1846 ia kembali kekota kelahirannya Delhi dan mempergunakan kesempatan untuk belajar.(Harun Nasution, 19856. Hlm: 165)
Dikota inilah ia dapat melihat langsung peninggalan-peninggalankejayaan islam, dan bergaul dengan tokoh-tokoh dan pemuka muslim, semasa di Delhi ia mulai mengarang. Karya pertamanya adalah Asar As-Sanadid. Pada tahun 1855, ia pindah ke Bijnore. Ditempat ini ia tetap mengarang buku-buku penting islam india. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan kekacauan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya keresahan terhadap orang india. Ketika melhat rakyat Delhi, ia sempat berpikir untukmeninggalkan india menuju mesir, tetapi ia sadar ahrus memperjuangkan umat islam india agar menjadi maju. Ia mencegah terjadinya kekerasan dan banyak menolong orang inggris dari pembunuhan, hingga diberi gelar Sir, tetapi ia menolaknya. Pada tahun 1861 ia mmendirikan sekolah inggris di Muraddad. Hingga akhir hayatnya ia mementingkan pendidikan umat islam india. Pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah Mohammedan Anglo Oriental Collage (MAOC) di Aligarh yang merupakan karyanya yang paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan umat islam india.



4

2.    Pemikiran Kalam Sayyid Ahmad Khan
Sejalan dengan paham Qadariyah yang dianutnya, ia menentang keras paham taqlid. Khan berpendapat bahwa umat islam india mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Gaung peradaban islam klasik masih melenakan mereka sehingga tidak menyadari bahwa peradaban baru telah nubcul di Barat. Peradaban baru ini muncul berdasar pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dan inilah penyebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang Barat.


MUHAMMAD IQBAL
1.    Idup Riwayat hidup Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sailkot (Punjab/India). Tanggal 22 Februari 1873. Nenek moyangnya menganut agama hindu dari kasta brahmana kasymir yang telah memeluk agama islam kira-kira 300 tahun sebelumnya. Pendidikan yang ditempuh adalahsekolah dasar di Maurry College pada tahun 1905 kuliah di universitas Cambridge Inggris dan dua tahun berikutnya pindah ke Universita Munich Jerman untuk sebuah penelitian.
2.    Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal
Islam dalam pandangan Iqbal menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam bersifat statis. Islam , katanyamempertahankan konsep dinamis dan mengakui adanya gerak perubahan dalamkehidupan sosial kemanusiaan. Oleh karena itu, manusia dengan kemampuan khudinya harus menciptakan perubahan.

5
BAB III
PENUTUP

A.    KESIPULAN
Pada intinya islam bersifat dinamis (baergerak) tidak statis (diam). Islam mengalami kemunduran karena tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Islam sekarang harus bisa menyesuaikan situasi dan kondisi sesuai dengan perkembangan zaman agar tetap berkembang.














6

Daftar Pustaka
Rozak, Abdul, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2001

Mustopa, Mazhab-Mazhab Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern, Nurjati IAIN-Publisher, 2010.

Fauzi, Ahmad, Ilmu Kalam (Sebuah Pengantar), STAIN Press Cirebon, 2008.


filsafat pragmatisme

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada jaman modern, khususnya abad ke-17 adalah persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang epistemologi adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah saran yang paling memadai untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak epistemologis ini, maka dalam filsafat abad ke-17 munculah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban yang berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat tersebut adalah rasionalisme dan empirisme.
Empirisme itu sendiri pada abad ke-19 dan ke-20 berkembang lebih jauh menjadi beberapa aliran yang berbeda, yaitu positivisme, matrealisme, dan pragmatisme.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di bahas. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apa pengertian pragmatisme?
2.    Siapa saja tokoh filsafat pragmatisme?
3.    Apa kritik terhadap pragmatisme?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah, yaitu:
1.    Memahami pengertian pragmatisme.
2.    Mengetahui tokoh filsafat pragmatisme.
3.    Memahami kritik terhadap pragmatisme.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman  pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis dan bermanfaat.Dengan demikian patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. (Praja,2005:171).
Kata pragmatisme sering kali di ucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme. (Ahmad Tafsir, 2010: 189)
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuati ialah, apakah sesuatu itu memiliki kgunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif dan tidak mutlak. Mungkin suatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat keduatem sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk- bentuk aliran matrealisme, idealisme, dan realisme. Mereka mengatakan bahwa pada masa lalu filsafat telah keliru karena mencari hal- hal mutlak, yang ultimate, esensi – esensi abadi, substansi, prinsip yang tetap dan sistem kelompok empiris, dunia yang berubah serta proble – problemnya, dan alam sebagai sesuatu dan manusia tidak dapat melangkah keluar dari padanya.
Sejarah menunjukan sengketa mengenai masalah di bidang filsafat selalu menyebabkan adanya sementara orang yang menolaknya sebagai suatu masalah yang tidak mengandung harapan untuk dipecahkan, sperti halnya penganut neo-positivisme, dan menyebabkan sementara orang yang lain memandangnya sebagai sesuatu yang tidak berfaedah.
Penganut pragmatisme menaruh perhatian pada peraktek. Mereka memandang hidup manusia sebagai suatu perjuangan  untuk hidup yang berlangsung terus menerus yang didalamnya terpenting adalah konsekwensi-konsekwensi yang bersifat praktis. Konsekwensi tersebut erat hubungannya dengan makna dan kebenaran. Demikian eratnya sehingga oleh seorang penganut pragmatisme dikatakan bahwa kedua hal tersebut sesungguhnya merupakan ketunggalan. (Louis O. Kattsoff, 1992:130)
Pragmatisme dalam pengembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme, yaitu:
1.    Menolak segala intelektualisme.
2.    Menolak absolutisme.
3.    Meremehkan logika formal.

B.    Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme
Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John Dewey.
1.    William James (1842-1910 M)
William James dilahirkan di New York pada tahun 1842 M dan menjadi dosen di Harvard University dalam mata kuliah anatomi, fisiologi, fsikologi, dan filsafat.
Ia memandang pemikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme Inggris, namun empirismenya bukan merupakan upaya menyusun kenyataan berdasarkan atas fakta-fakta lepas sebagai hasil pengamatan. James membedakan dua macam bentuk pengetahuan. Pertama: pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan. Kedua: merupakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian. (Mustasyir, 1999:95)
Pemikiran yang dicetuskannya adalah aliran atau paham yang menitik beratkan bahwa kebenaran ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan memperhatikan kegunaannya secara praktis. Di dalam bukunya ”The Meaning of Truth” James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang  benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. (Sudarsono, 2001:337)
Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada kerjanya artinya tergantung dari keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan – kemungkunan hidup.
James membawakan pragmatisme ini diturunkan kepada dewey yang  mempraktekkanya dalam pendidikan. Pendidikan menghasilkan orang amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey. Apa yang paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.
2.    John Dewey (1859-1952 M)
Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan James. Dewey lahir di Baltimore dan kemudian menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian juga di bidang pendidikan di chicago (1894-1904) dan ahirnya di unifersitas columbia(1904-1929).
Dewey adalah seorang pragmatis. Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. (Praja,2005: 173)
Bagi John Dewey manusia itu bergerak dalam kesungguhan yang selalu berubah. Jika ia sedang menghadapi kesulitan, maka mulailah ia berfikir untuk mengatasi kesulitan itu. Jadi, berfikir tidaklah lain dari pada alat untuk bertindak. Pengertian itu lahir dari pengalaman. ( Poedjawijatna, 1980: 128)
Sebagai pengikut pragmatisme, John Dewey mengatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah intrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat intrumentalisme. Oleh karna itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan pengolahannya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat di fahami dengan sebaik-baiknya dangan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme.
Pertama, kata”temporalisasi” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua, kata”futurisme” mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemaren. Ketiga, kata”milionarisme” berarti bahwa dunia dapat di buat lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini dianut oleh William James.



C.    Kritik-Kritik Terhadap Pragmatisme.
Kekeliruan pragmatisme dapat di buktikan dalam tiga tataran pemikiran:
Kritik dari segi landasan ideologi pragmatisme.
Pragmatisme di landaskan pada pemikiran dasar (aqidah) pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Hal ini nampak dari perkembangan historis kemunculan pragmatisme, yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari empirisme. Dengan demikian, dalam knteks ideologis, pragmatisme berarti menolak agama sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Jadi, pemikiran pemisahan agama dari kehidupan merupakan jalan tengah di antara dua sisi pemikiran tadi. Penyelesaian jalan tengah, sebenarnya mungkin saja terwujud di antara dua pemikiran yang berbeda (tapi masih mempunyai asas yang sama). Namun penyelesaian seperti itu tak mungkin terwujud di antara dua pemikiran yang kontradiktif. Sebab dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama, ialah mengakui keberadaan Al Khaliq yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dan dari sinilah di bahas, apakah Al Khaliq telah menentukkan suatu peaturan tertentu lalu manusia di wajibkan untuk melaksanakannya dalam kehidupan, dan apakah Al Khaliq akan menghisab manusia setelah mati mengenai keterikatannya terhadap peraturan Al Khaliq ini.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pragmatisme merupakan perkembangan dari aliran empirisme pada abad ke-19 dan ke-20. Aliran filsafat ini adalah suatu sikap, metode dan filsafat yang memakai akibat. Patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup praktis, aliran ini bersedia menerima segala sesuatu asal saja hanya membawa akibat praktis.
Tokoh pragmatisme yaitu William James dan John Dewey. James mencetuskan aliran atau paham yang menitik beratkan bahwa kebenaran ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan memperhatikan kegunaannya secara praktis. Sedangkan John Dewey mengemukakan bahwa filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. Bagi John Dewey, manusia itu bergerak dalam kesungguhan yang selalu berubah.

B.    Saran
Pada penyusunan makalah ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kepada pembeca kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Musytansyir, Rizal dan Misnal Munir. 1999. Filsafat Ilmu. Bandung: Pustaka Setia.
Poedjawijatna. 1980. Pembimbing kearah Alam Filsafat. Jakarta: Pustaka Sarjana.
Praja, Juhaya S. 2005. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Perdana Media.
Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat, Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kattsoff, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat. Yogya: Tiara Wacana

kalimat efektif

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap. Artinya, unsur-unsur kalimat tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan pengertian kalimat efektip?
2.    Apa saja ciri – ciri dari kalimat efektif?
3.    Bagaimana bentuk kalimat efekip yang tidak lengkap?
C.    Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui pengertian kalimat efektip.
2.    Untuk memahami ciri – ciri dari kalimat efektif.
3.    Untuk memahami bentuk kalimat efekip yang tidak lengkap.

D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mahasiswa mampu menyampaikan pikiran dan perasaan penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau pendengar.
2.    Mahasiswa mampu mempelajari tentang subjek dan predikat, kalimat klausa, interelasi antara s,p,o, dan k. dan mempelajari juga tentang kata penghubung konjungsi.
3.    Mahasiswa mampu menggunakan bahasa yang dapat digunakan juga mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Adapun syarat-syarat kalimat efektif diantaranya  secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya dan mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
B.    Ciri – Ciri Kalimat Efektif
1.    Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Ahmad (S) pergi (P) ke pasar (KT).
Tidak menjamakkan subjek.
Contoh:
Ahmad pergi ke pasar, kemudian Ahmad pergi ke warteg (tidak efektif)
Ahmad pergi ke pasar, kemudian ke warteg (efektif)
2.    Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang menimbulkan tafsiran ganda atau ambigu.
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (tidak efektif dan terdapat tafsiran ganda). Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).


3.    Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan: yaitu:
a.    Menghilangkan pengulangan subjek.
b.    Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c.    Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d.    Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena Ahmad tidak diajak, Ahmad tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif). Karena tidak diajak, Ahmad tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Ahmad sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4.    Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5.    Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a.    Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b.    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang kalimat efektif. (tidak efektif)
Makalah ini membahas kalimat efektif. (efektif)
6.    Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Ahmad menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Ahmad menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong ahmad dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7.    Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a.    Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat.
Contoh
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b.    Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak yatim piatu. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak yatim piatu. (benar)
c.    Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d.    Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
C.    Kalimat Efektif yang Tidak Lengkeap
Menurut Nazar ketidakefektifan kalimat dikelompokkan menjadi:
a.    Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bahwa kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan.
b.    Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bahwa kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalam kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu atau kedua unsur ini terlupakan.
c.    Kalimat Dipengaruhi Bahasa Inggris
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung. Menurut Ramlan penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing. Bentuk di mana sejajar dengan penggunaan where.
d.    Kalimat Mengandung Makna Ganda
Agar kalimat tidak menimbulkan tafsir ganda, kalimat itu harus dibuat selengkap mungkin atau memanfaatkan tanda baca tertentu
e.    Kalimat Bermakna Tidak Logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat logis.
f.    Kalimat Mengandung Pleonasme
Kalimat pleonasme adalah kalimat yang tidak ekonomis atau mubazir karena ada terdapat kata-kata yang sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut Badudu timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan dan  dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama, serta bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu.
g.    Kalimat dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya. Menurut Badudu timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh:
1.    Pemakai bahasa tidak mengusai benar struktur bahasa Indonesia yang baku.
2.    Pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik sehingga tidak dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya.
3.    Dapat juga kesalahan itu terjadi tidak dengan sengaja.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Untuk dapat membentuk kalimat efektif yang mampu menyampaikan pikiran dan perasaan, penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau pendengar. Maka penulis atau pembicara memberikan saran-saran sebagai berikut :
a.    Dalam kalimat efektif kita sebagai mahasiswa harus memahami atau membedakan kalimat efektif yang baik dan intensif.
b.    Para mahasiswa atau dosen hendaknya lebih meningkatkan mutu pengkajiannya dalam membentuk kalimat efektif.
c.    Kalimat efektif sangat penting untuk dipelajari oleh setiap mahasiswa baik yang tampak melakukan kemampuan struktur atau unsur-unsur penting dalam sebuah kalmat efektif.
B.    Saran
Untuk dapat membentuk kalimat efektif yang mampu menyampaikan pikiran dan perasaan, penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau pendengar. Maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
a.    Dalam kalimat efektif kita sebagai mahasiswa harus memahami atau membedakan kalimat efektif yang baik dan intensif.
b.    Para mahasiswa atau dosen hendaknya lebih meningkatkan mutu pengkajiannya dalam membentuk kalimat efektif.
c.    Kalimat efektif sangat penting untuk dipelajari oleh setiap mahasiswa baik yang tampak melakukan kemampuan struktur atau unsur-unsur penting dalam sebuah kalmat efektif.

DAFTAR FUSTAKA
Akhadiah, Dr. Sabarti. 1988. “Menulis Bahasa Indonesia”. Jakarta: pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1991. “Pelik-pelik Bahasa Indonesia” .Bandung: Pustaka Prima.
Suryanto, Alex. 2007. “Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia”. Tanggerang: Erlangga.
NS. Sutarno. Dr. 2008. "Menulis yang Efektif”. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Nahadi dkk. 2007. “Bahasa Indonesia untuk SMP kelas IX”. Jakarta: Erlangga.
Sarwoko, Tri Adi. 2007. “Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik”. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Iskak, Ahmad Yustenak. 2008. “Bahasa Indonesia Tataran Semenanja untuk SMK dan MA kelas X”: Jakarta: Erlangga.

TEORI-TEORI KONSELING

BAB I
PENDAHULUAN
1)    Latar Belakang
Sebagai suatu kegiatan yang professional dan ilmiah, pelaksanaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena. Teori merupakan hal yang diperlukan untuk mengorganisasikan kejadian yang terpisah-pisahdan dihadapi oleh konselor.
Teori dalam konseling merupakan jalan yang sistematis untuk melihat proses pemberian bantuan. Teori juga merupakan alat untuk mengadakan abstraksi yang dilakukan oleh konselor yang memberikan arah apabila konselor mengadakan eksplorasi mengenai keruwetan dari klien. Teori mempunyai tujuan tunggal, yaitu membuat organisasi mengenai informasi dan data yang akan lebih berguna, lebih komunikatif, dan lebih praktis.

2)    Rumusan Masalah
a)    Apa saja yang termasuk teori-teori tentang konseling?
b)    Bagaimana konsep pokok teori tersebut?
c)    Bagaimana proses dan teknik teori tersebut?

3)    Tujuan Pembahasan
a)    Mengetahui teori-teori konseling.
b)    Mengetahui konsep pokok teori-teori  konseling.
c)    Mengetahui bagaimana proses dan teknikdari teori-teori konseling.




BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI-TEORI KONSELING
1.    Teori Konseling  Sifat dan Faktor (“Trait & Factor”)
    Beberapa tokoh teori sifat dan faktor adalah Walter Bingham, John Darley, Donald G, Paterson dan E. G. Williamson. Tetapi tokoh yang paling menonjol dan terkenal ialah Williamson karena pandangan dan konsepnya telah banyak dipublikasikan dalam berbagai artikel dalam jurnal dan buku-buku. Teori sifat dan factor sering pula disebut sebagai konseling direktif atau konseling yang berpusat pada konselor.
Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu denganyang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan tempramen. Telah banyak diusahakan untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat. Studi ilmiah yang telah dilakukan adalah:
a.    Mengukur dan menilai cirri-ciri seseorang dengan tes psikologis.
b.    Mendefinisikan atau menggambarkan diri seseorang.
c.    Membantu memahami diri dan lingkungannya.
d.    Memprediksi keberhasilan yang mungkin dica[pai dimasa mendatang.
    Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Menurut Williamson maksud konseling adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Tugas konseling sifat dan factor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan tujuan-tujuan hidup dan karir. Konseling dilaksanakan dengan membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan, keterbatasan diri, dan membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian. Dalam hubungan konseling individu diharapkan mampu menghadapi, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalahnya.
    Asumsi pokok yang mendasari teori konseling sifat dan faktor adalah:
1)    Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisasikan secara unik, dank arena kemampuan kualitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes obyektif dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik tersebut.
2)    Pola-pola kepribadian dan minat berkorelasi dengan prilaku kerja tertentu. Oleh karena itu, maka identifikasi karakteristik para pekerja yang berhasil merupakan suatu informasi yang berguna dalam membantu individu memilih karir.
3)    Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda Dan dalam hal ini  dapat ditentukan. Individu akanbelajar lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
4)    Baik siswa maupun konselor hendaknya mendiagnosa potensi siswa untuk mengawali penempatan dalam kurikulum atau pekerjaan.
5)    Setiap orang mempunyai kecakapan dan keinginan untuk mengidentifikasi secara kognitif kemampuannya sendiri.
    Peranan konselor menurut teori sifat dan faktor adalah memberitahukan konseli tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor melalui hasil testing. Berdasarkan hasil testing pula ia mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli. Pendekatan teori ini sering disebut kognitif rasional karena peranan konsrlor dalam konseling ialah memberitahukan, member informasi dan m,engarahkan konseli.
    Teknik konseling sifatnya khusus bagi setiap individu dan masalahnya. Setiap teknik hanya dapat digunakana bagi m,asalah dan klien secara khusus,  Diantaranya:
a)    Penggunaan hubungan intim (rapport), konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang menagncam konseli.
b)    Memperbaiki pemahaman diri, konseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya.
c)    Pemberian nasihat dan perencanaan program kegiatan, ada tiga metode pemnberian nasihat yang dapat digunakan oleh konselor, yaitu:
•    Nasihat langsung (direct advising), dimana konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
•    Metode persuasive, dengan menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas.
•    Metode penjelasan, konselor secara hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
d) menunjukkan kepada petugas lain atau referral, jika konselor merasa tidak mampu menangani masalah konseli, maka dia harus merujuk konseli kepada pihak lain yang dipandang lebih kompeten untuk membantu konseli.
        Tujuan umum konseling adalah memfasilitasi perkembangan secara optimal pada semua aspek kehidupan manusia. Konseling mendukung individu dalam kemajuan bertahap pemahaman diri dan kelola diri. Teknik pokoknya adalah mendorong konformitas, mengubah lingkungan, memilih lingkungan pantas, belajar keterampilan perlu, dan mengubah sikap. Prosedur konseling dan keaktifan konselor berada dalam tahap-tahap:
a.    Analisis, yang melibatkan pengumpulan data luas guna pemahaman klien.
b.    Sintesis, yaitu merangkum dan mengorganisasikan data untuk menetapkan kelebihan dan kelemahan klien.
c.    Diagnosis, yaitu kesimpulan mengenai penyebab masalah dan karakteristiknya.
d.    Prognosis, prediksi konselor mengenai perkembangan ke depan konseli atau implikasi dari suatu diagnosis.
e.    Tritmen atau konseling adalah langkah yang ditempuh konselor bersama konseli untuk melakukan penyesuaian dan penyesuaian kembali dan tindak lanjut mencakup sembarang aktivitas konselor untuk membantu konseli menghadapi masalah baru termasuk evaluasi terhadap langkah-l;angkah yang ditempuh konseli dan konselor.
2.    Teori Konseling Rational-Emotive
    Tokoh teori ini adalah Albert Ellis. Para ahli psikologis klinis sering mengkhususkan diri dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga. Pada mulanya Ellis mendapat pendidikan dalam psikoanalisa, akan tetapi dalam pengalaman prakteknya ia merasa kurang meyakini psikoanalisa yang dianggap ortodoks. Oleh karena itu berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive theraphy (RET) atau terapi rasional emosi.
    Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam praktenya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang.
    Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep bahwa banyak prilaku emosional individu yang berpangkal pada self talk (emosi diri) atau internalisasi kalimat-kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif.
    Tujuan utama terapi rasional emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya. Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara berpikir, merasa, dan berprilaku sehingga ia tak lagi mengalami gangguan emosional dimasa yang akan datang. Terapi ini juga bertujuan menghilangkan kecemasan, ketakutan, kehawatiran, ketidakyakinan diri, mencapai prilaku social, kebahagiaan dan aktualisasi diri. Prosedur konseling dan keaktifan konselor dilakukan dalam tahapan pengembangan hubungan, kelola kognisi, kelola emosi dan kelola tindakan yang dimana konselor sangat aktif mengajar konseli.
    Secara lebih khusus Ellis menyebutkan bahwa dengan terapi rasional-emotif akan tercapai pribadi yang ditandai dengan:
a.    Minat kepada diri sendiri.
b.    Minat sosial.
c.    Pengarahan diri.
d.    Toleransi terhadap lain.
e.    Fleksibelitas.
f.    Menerima ketidakpastian.
g.    Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya.
h.    Berpikir ilmiah.
i.    Penerimaan diri.
j.    Berani mengambil resiko.
k.    “non utopianism” yaitu menerima kenyataan.
3.    Teori Konseling Behavioral
    Yang dapat digolongkan sebagai tokoh-tokoh dan banyak memberikan informasi mengenai konseling behavioral antara lain: John D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosford, Bandura, Wolpe dan sebagainya. Dalam proses behavioral, prilaku manusia merupakan hasil belajar. Sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya proseskonseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah prilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
    Menurut Krumboltz dan Thoresen mengatakan bahwa konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Penekanan istilah belajar dalam pengertian ini adalaha atas pertimbangan bahwa konselor memabantu orang (klien) belajar atau mengubah prilaku. Konser berperan membantu dalam proses belajar dengan menciptakan kondisi yang sedemikian rupa sehingga klien dapat mengubah prilakunya serta memecahkan masalahnya.
Tujuan konseling harus memperhatikan kriteria berikut:
a.    Tujuan harus diinginkan oleh klien.
b.    Konselor harus berkeinginan untuk membantu klien mencapai tujuan.
c.    Tujuan harus mempunyai kemungkinan untuk dinilai pencapaiannya oleh klien.
Menurut Corey ada tiga fungsi tujuan dalam konseling behavioral yaitu:
1)    Sebagai refleksi masalah klien dan dengan demikian sebagai arah bagi konseling.
2)    Sebagai dasar  pemilihan dan penggunaan strategi konseling.
3)    Sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling.
    Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respo-respon yang lama yang merusak diri dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Terapi ini juga bertujuan untuk memperoleh prilaku baru, mengeleminasi prilaku yang maladaftif dan memperkuat serta mempertahankan prilaku yang diinginkan.
    Tujuan lain dari konseling adalah memecahkan apapun masalah (dalam batasan etika) yang dibawa oleh konseli pada konselor. Teknik pokok adalah modifikasi prilaku seperti teknik-teknik penguatan, modeling social, teknik-teknik desensitisasi. Klientil konseling behavioral adalah individu-individu yang dapat memikirkan dan memerhatikan kejadian didalam lingkungannya. Prosedur konseling dan keaktifan konselor diramu dala tahap-tahap: penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi dan evaluasi prilaku. Didalamnya hangat dan bersahabat namun sangat aktif.
Walaupun pendekatan behavioral berbeda-beda, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai keadaan yang umum:
a)    Lebih menekankan pengaruh pada waktu sekarang daripada penentu historis mengenai prilaku.
b)    Menekankan pada observasi perubahan prilaku yang tampak sebagai criteria evaluasi dari treatment.
c)    Menentukan tujuan treatmentsecara kongkrit, objektif, dan terapi reflikasi.
d)    Mengembangkan basic research sebagai sumber hipotesis tentang treatment dan teknik terapi.
e)    Tentukan masalah dalam terapi secara spesifik maka treatment dan pengukuran dapat dilaksanakan.
4.    Teori Konseling Psikoanalisa
    Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama  dan pendiri psikoanalisa ialah Sigmund Freud, sebagai orang pertama yang mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadian. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur dan sebab-sebab gangguan jiwa.
Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga sistem, yaitu: id,ego, dan  super ego. Ketika sistem ini mempunyai fungsi, sifat, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri.
    Id
Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem kepribadian yang asli. Apabila id tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka perlu system lain yang benar-benar dapat menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif atau nyata.
    Ego
Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organism untuk berhubungan dengan dunia kenyataan. Perbedaan pokok antara id dengan ego yaitu kalau id mengenal bayangan dunia subyektif, sedangkan ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada didalam subyektif  dan sesuatu yang ada di dunia obyektif.
    Super ego
Super ego merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita mayarakat yang ada di dalam kepribadian individu. Super ego cenderung menentang id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.
Funsi super ego dalam hubungannya dengan funsi id dan ego adalah:
a)    Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentukan oleh masyarakat.
b)    Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralitas daripada realitas.
c)    Mengejar kesempurnaan.
Tujuan konseling psikoanalitik adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar pada diri klien. Konselor terutama berkenaan dengan membantu klien dalam memcapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang leboih efektif, dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara realistis. Satu karakteristik konseling psikoanalisa adalah bahwa terapi atau analisa bersikap anonym (tak dikenal) dan bertindak dengan sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisa.
Disamping itu tujuan konseling adalah rekonstruksi dan reorientasi kepribadian. Teknik pokok adalah asosiasi bebas, pemanfaatan mimpi, analisis mimpi, transferensi, interpretasi, dan hypnosis.
5.    Teori Konseling Psikologi Individual
Individual psychology atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam memahami individu dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Konsep utama psikologi individual adalah bahwa prilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (harga diri kurang). Perasaan lemah dan tidak berdaya timbul dan berkembang karena pengalaman hidup anak bersama orang dewasa atau pandangan kekurangan dalam organ tubuh, Adler mempercayai prinsip fundamental motivasi dengan kompensasi terhadap perasaan rendah diri, dapat menjelaskan hamper seluruh prilaku manusia.
Kompleks rasa rendah diri menurut Adler, berasal dari tiga bentuk sumber yaitu:
a.    Kekurangan dari organ tubuh.
b.    Anak yang dimanja.
c.    Anak yang mendapat penolakkan.
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah  dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih saying terhadap orang lain dan meningkatkan kegiatan.
Teknik konseling yang digunakan oleh konselor pengnut Adler disebut teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan konselor. Dengan empati, konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah klien dalam dirinya. Atas dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk memperbaiki gaya hidup dan memecahkan masalah klien.
6.    Teori Konseling Analisis Transaksional
    Eric Berne dianggap sebagai pionir yang menerapkan teori analisa transaksional dalam psikoterapi. Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, Tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai fungsi tujuan tertentu.
    Berne membagi psikoterapi konvensional menjadi dua kelompok yaitu: pertama, kelompok yang melibatkan sugesti, dukungan kembali (reassurance), dan fungsi parental lainnya.dan kedua, adalah kelompok yang melibatkan pendekatan “rasional”, dengan menggunakan konfrontasi dan interpretasi seperti terapi non-direktif dan psikoanalisa.
    Tujuan utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi dan membantu individu untuk hidup dalam ego state dewasa dengan ego lainnya berfungsi secara tetap. Tujuan konseling adalah membantu klien dalam memprogram pribadinya agar dapat membuat ego state berfungsi pada saat tepat. Tetapi analisis transaksional membuat orang dapat menganalisis transaksi dirinya sendiri. Klien dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi orang mandiri dalam memilih apa yang mereka inginkan.


7.    Teori Konseling “Client-Centered” (Berpusat Pada Klien)
Konseling yang berpusat pada klien sering pula disebut sebagai konseling teori diri (selft teory), konseling non-directif dan konseling rogerian. Carl R. Roger dipandang sebagai pelopor dan tokoh konseling tersebut. Menurut Rogers konseling dan psikoterapi tidak mempunyai perbedaan. Konseling yang berpusat pada klien berkembang dengan pesat di Amerika Serikat dan diterima sebagai konsep, dan alat baru dalam terapi yang diterapkan tidak hanya bagi orang dewasa, akan tetapi juga bagi remaja dan anak-anak.
Konsep dasar yang mendasari konseling berpusat pada klien adalah hal yang menyangkut konsep-konsep yang mengenai diri (selft), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan. Menurut Rogers konstruk inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Konseling yang berpusat pada klien memusatkan pada pengalaman individual. Dalam proses disorganisasi dan reorganisasi diri, konseling berupaya untuk meminimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri. Tujuan konseling adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya dan dapat mengalami aspek dari sebelumnya terganggu. Disamping itu konseling bertujuan membantu klien agar dapat bergerak kearah keterbukaan, kepercayaan yang lebih besar kepada dirinya, keinginan untuk menjadi pribadi dan meningkatkan spontanitas hidup.konselor yang efektif dalam konseling yang berpusat pada klien ialah seorang yang dapat mengembangkan sikap dalam organisasi pribadinya, dan dapat menerapkan secara konsisten dengan teknik konseling yang digunakan.






8.    Teori Konseling atau Terapi Gestalt
Terapi Gestalt diciptakan dan dikembangkan oleh Frederick S. Perls (1989-1970). Teori ini dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu psikoanalisis terutama yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, fenomenolohi eksistensialisme Eropa dan psikologi Gestalt.
Tetapi Gestalt mengemukakan teori mengenai struktur dan perkembangan kepribadian yang mendasari terapinya serta serangkaian eksperimen yang dapat dipergunakan langsung oleh pembacanya. Menurut Perls, terapi Gestalt sifatnya eksistensial dan bersesuaian dengan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan dan alam semesta.
Tujuan utama konseling Gestalt adalah untuk meningkatkan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling Gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (selft support).
Adapun teknik-teknik yang biasa digunakan dalam konseling Gestalt adalah antara lain:
1)    Enhancing awareness, yaitu klien dibantu untuk berada pada pengalamannya sekarang secara sadar.
2)    Personality pronouns, yaitu klien diminta untuk mempribadikan pikirannya untuk meningkatkan kesadaran pribadinya.
3)    Changing question to statements, yaitu mendorong klien untuk menggunakan pernyataan-pernyataan dari pada pertanyaan yang mendorong untuk mengekspresikan dirinya dan bertanggung jawab bagi komunikasinya.
4)    Assuming responsibility, yaitu klien diminta untuk mengalihkan penggunaan kata “won’t”  untuk “can’t”  atau tidak ingin atau tidak dapat.
5)    Asking how and what, atau bertanya bagaimana dan apa , bertanya mengapa dapat lebih membawa kearah  aktualisasi daripada daripada mengalami dan memahami.
6)    Sharing hunches, yaitu mendorong klien untuk mengekplorasi dari dengan menanamkan tilikan seperti I see atau I imagine atau saya lihat, atau saya dapat bayangkan.
7)    Bringing the past into the now, yaitu membantu klien agar mengalami pengalaman-pengalaman masa lalu dalam situasi sekarang.
8)    Expressing resentments and appreciations, yaitu membantu klien untuk mengidentifikasi dan menyatakan keadaan dan penghargaan dirinya.
9)    Using body expression, mengamati ekspresi badan klien dan memusatkan perhatian untuk membantu kesadaran individu.

















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori-teori konseling diantaranya:
1)    Teori Konseling  Sifat dan Faktor (“Trait & Factor”)
    Menurut teori ini kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu denganyang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan tempramen. Telah banyak diusahakan untuk membuat kategori orang-orang atas dasar dimensi macam-macam sifat.
2)    Teori Konseling Rational-Emotive
    Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran.
3)    Teori Konseling Behavioral
    Menurut Krumboltz dan Thoresen mengatakan bahwa konseling behavioral merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu.
4)    Teori Konseling Psikoanalisa
    Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur dan sebab-sebab gangguan jiwa. Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga sistem, yaitu: id,ego, dan  super ego. Ketika sistem ini mempunyai fungsi, sifat, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri.
5)    Teori Konseling Psikologi Individual
Konsep utama psikologi individual adalah bahwa prilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (harga diri kurang).


6)    Teori Konseling Analisis Transaksional
    Tujuan utama konselor yang menggunakan analisis transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa transaksi dan membantu individu untuk hidup dalam ego state dewasa dengan ego lainnya berfungsi secara tetap. Tujuan konseling adalah membantu klien dalam memprogram pribadinya agar dapat membuat ego state berfungsi pada saat tepat.
7)    Teori Konseling “Client-Centered” (Berpusat Pada Klien)
Konsep dasar yang mendasari konseling berpusat pada klien adalah hal yang menyangkut konsep-konsep yang mengenai diri (selft), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.
8)    Teori Konseling atau Terapi Gestalt
Tujuan utama konseling Gestalt adalah untuk meningkatkan proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya. Fokus utama dalam konseling Gestalt ialah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan ke keadaan mandiri (selft support).











DAFTAR PUSTAKA

Mappiare, Andi.  2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Surya, Mohammad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

PENDIDIKAN, MASYARAKAT dan TATANAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
    Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial. Pada saat kita berbicara tentang tatanan sosial, ada beberapa konsep penting yang perlu didiskusikan yaitu tentang: struktur sosial, status sosial, peranan sosial, institusi sosial, serta masyarakat.
    Salah satu bentuk dari tatanan sosial adalah masyarakat. Kita tahu bahwa sebagai makhluk sosial kita hidup di dalam masyarakat. Sebagai individu kita tidak bisa melepaskan diri kita dari ketergabungan kita ke dalam masyarakat. Dengan bergabung di dalam masyarakat, artinya dengan mengembangkan hubungan sosial dengan individu lainnya, maka aspek kemanusiaan kita menemukan bentuknya. Sebagai makhluk sosial, manusia adalah jenis makhluk hidup yang hidup dalam kolektivitas. Terdapat berbagai macam bentuk kolektivitas, tetapi yang umum dikenal adalah apa yang disebut dengan masyarakat
B.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan pendidikan ?
2.    Apa yang dimaksud dengan masyarakat ?
3.    Apa yang dimaksud dengan tatanan sosial ?

C.    Tujuan Pembahasan
1.     Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
2.     Untuk mengetahui pengertian masyarakat.
3.     Untuk mengetahui pengertian tatanan sosial.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pendidikan
1.    Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran –an,yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.
Pendidikan secara terminologis dapat diartikan sebagai pembinaan, pembentukan,pengarahan,pencerdasan,pelatihan yang di tunjukan kepada semua anak didik secara formal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas,berkepribadian dan mempunyai keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat. Secara formal pendidikan adalah pengajaran (at-tarbiyah at ta’lim). Sebagaimana muhaimin (2001:37) katakan bahwa pendidikan adalah aktifitas atau upaya yang sadar dan terencana, di rancang untuk memebantu seseorang untuk mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial.
Pendidikan adalah suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Secara umum pendidikan adalah proses pembinaan manusia secara jasmaniah dan rohaniah. Makna pendidikan yang lebih hakiki adalah pembinaan akhlak manusia guna memiliki kecerdasan memebangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
2.    Unsur-unsur pendidikan
1)    Komunikasi
Hal ini dapat diartikan adanya interaksi hubungan timbal balik dari anak dengan orang tua atau pendidik atau dari orang yang belum dewasa kepada orang yang sudah dewasa dan sebaliknya.
2)    Kesengajaan
Komunikasi yang terjadi itu merupakan suatu proses kesengajaan perbuatan yang disadari oleh orang dewasa demi anak.
3)    Kewibawaan
Wibawa timbul dengan sendirinya, tidak dibuat-buat, sebab kewibawaan itu sesuatu kelebihan yang ada dalam diri orang dewasa tadi sehingga anak merasa dilindungi, percaya, dibimbing, dan menerima dengan sukarela.
4)    Normatif
Yaitu adanya komunikasi yang dibatasi dengan adanya ketentuan suatu norma baik norma adat, agama, hukum, social, dan norma pendidikan formal.
5)    Unsur anak.
6)    Unsur kedewasaan. (Drs. H.Abu Ahmadi. Hal. 93-94).
3.    Tujuan pendidikan
Plato mengatakan bahwa tujuan pendidikan memberikan penyadaran terhadap apa yang diketahuinya, kemudian pengetahuan tersebut harus di realisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian serta mengetahui hubungan kausal yaitu alasan dan alur pikirnya.
Sedangkan menurut Aristoteles tujuan pendidikan yaitu penyadaran terhadap kekuatan untuk menghasilkan dan potensi untuk mencapai tujuan hidup melalui kebiasaan dan kemampuan berfikir rasional. (Dr.M.Sukardjo dan Ukim qomarudin.hlm.14) 
B.    Masyarakat
        Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab “Syaraka” yang berarti ikut serta, partisipasi atau “musyawaraka” yang berarti saling bergaul. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah “society”, yang sebelumnya berasal dari kata Latin “socius”, berarti “kawan” (Koentjoroningrat, 1980). Pendapat sejenis juga terdapat dalam buku Sosiologi Kelompok dan Masalah, karangan Abdul Syani (1987), dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata musyaarak (Arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).
    Dalam bahasa Inggris, kata masyarakat diterjemahkan dalam dua pengertian, yaitu society dan community. masyarakat sebagai Community cukup memperhitungkan  dua variasi dari suatu yang berhubungan dengan kehidupan bersama (antara manusia) dan lingkungan alam. Community ini oleh Hasan shadly (1983) disebut sebagai paguyuban yang memperlihatkan rasa sentimen yang sama.
    Menurut Abdul Syani (1987), masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai masyarakat setempat. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yanng ditandai oleh adanya hubungan sosial. Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses yang terbetuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar manusia, maka didalamnya ada yang sifatnya fungsional.
    Pengertian masyarakat menurut beberapa ahli, diantaranya:
•    Ralph Linton (1936) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerjasama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.
•    John Lewis Gillin dan John Philip Gillin (1954) mengatakan bahwa masyarakat itu adalah sekelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
•    Auguste Comte (1896) mengatakan, bahwa masyarakat merupakan kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang  berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia, sehingga tanpa adanya kelompok, manusia yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai kebatianan satu sama lain.
•    Koentjaraningrat (1980: 160) merumuskan definisi masyarakat sebagai berikut:  masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
•    Mac Iver dan Page mengatakan, bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang serta kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat yang mempunyai sifat yang selalu berubah.
•    Selo Soemardjan mengatakan, bahwa masyarakat adalah orang-orang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
    Menurut Durkheim, masyarakat bukanlah sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka (anggota masyarakat), sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri. Soerjono Soekanto (1986) menyatakan, bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu sebagai berikut:
a.    Manusia yang hidup bersama
b.    Bercampur untuk waktu yang cukup lama
c.    Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
d.    Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

    Ciri-ciri masyarakat di atas selaras dengan definisi masyarakat yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa masyarakat adalah kelompok  manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil yang mempunyai hubungan erat satu sama lain. 


C.    Tatanan sosial
    Pada saat kita berbicara tentang tatanan sosial, ada beberapa konsep penting yang perlu didiskusikan yaitu tentang: struktur sosial, status sosial, peranan sosial, institusi sosial, serta masyarakat. Sebagian para ahli menganggap struktur sosial identik dengan penggambaran tentang suatu lembaga sosial, sebagian yang lain menggambarkan struktur sosial dengan istilah pranata sosial, bangunan sosial, dan lembaga kemasyarakatan.
    Selain itu, ada juga ahli yang mengatakan bahwa struktur sosial dianggap sama dengan organisai sosial. Firth mengatakan, bahwa organisasi sosial berkaitan dengan pilihan dan keputusan dalam hubungan-hubungan sosial aktual. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisatoris (Soekanto, 1983).
    Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa struktur sosial mencakup berbagai hubungan sosial antara individu-individu secara teratur pada waktu tertentu yang merupakan keadaan statis dari suatu sistem sosial. Jadi, struktur sosial di sini selain mengandung unsur kebudayaan belaka, juga mencakup seluruh prinsip hubungan-hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil.
    Dalam sosiologi, struktur  sosial sering digunakan untuk menjelaskan tentang keteraturan sosial, yaitu menujuk pada prinsip perilaku berulang-ulang dengan bentuk dan cara yang sama. Secara sosiometris, kadang-kadang dapat diartikan sebagai konsep psikologis dari hubungan-hubungan sejumlah anggota dalam kelompok kecil (Syani, 2002).
•    Struktur Sosial
    Struktur sosial adalah salah satu elemen tatanan sosial. Struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal. Terdapat beberapa definisi tentang struktur sosial, yang dirumuskan oleh para ahli, antara lain:
o    George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
o    George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
o    William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.
o    Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.
•    Erich Goode (1988): struktur sosial sebagai jaringan yang saling berhubungan, yang secara normative mengarahkan hubungan sosial yang ada di masyarakat.
Ciri-ciri struktur sosial, yaitu :Menurut Syani (2002: 69-70), bahwa ciri-ciri umum dari  struktur sosial adalah sebagai berikut.
a.    Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok yang dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat, memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang kemungknan besar dilakukan secara organisatoris.
b.    Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu.
c.    Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut pandang teoritis.
d.    Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis atau kenyataan yang membeku, sehingga dapat dilihat kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuhnya yang berbentuk struktur.
e.    Struktur merupakan tahapan perubahaan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian. Pertama, didalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan. Kedua, dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas, keteraturan dan integrasi sosial yang berkesinambungan, sebelum kemudian terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat.
    Berdasarkan ciri-ciri tersebut, Syani (2002: 70) menyimpulkan, bahwa struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok.
Soekanto (1983) mengatakan, bahwa unsur-unsur sosial pokok merupakan penyusun penyusun struktur sosial .

•    Status Sosial
    Sehubungan dengan struktur sosial dikenal istilah status. Secara umum status dipahami sebagai urutan orang berdasarkan kekayaannya, pengaruhnya, maupun prestisenya. Akan tetapi sosiolog mengartikan status sebagai posisi di dalam kelompok atau masyarakat. Artinya letak seseorang di antara orang yang lainnya dalam suatu struktur sosial. Contoh status adalah ibu, kyai, teman, tentara, orang kulit hitam, dan lain-lain. Sehubungan dengan status ini, dibedakan antara ascribed statuses (status yang diperoleh) dan achieved statuses (status yang diraih). Di samping ascribed statuses dan achieved statuses, juga terdapat master statuses. Master statuses adalah kunci atau inti dari status yang mempunyai bobot utama dalam interaksi dan hubungan sosial seseorang dengan orang yang lainnya (Zanden, 1993).
•    Peranan Sosial
    Selain konsep status sosial, di dalam struktur sosial terdapat juga konsep peranan sosial. Konsep peranan sosial mengacu pada pengertian tentang serangkaian hak dan tugas yang didefinisikan secara kultural. Sehingga dengan demikian perilaku individu dilihat sebagai sesuatu yang penting atau tidak penting dalam hubungannya dengan status. Secara sederhana dapat dikatakan perbedaan antara status dan peran adalah bahwa kita memiliki status dan kita memerankan peran sosial. Peranan adalah perilaku yang diharapkan sehubungan dengan status yang dimiliki. Role performance adalah perilaku aktual seseorang sehubungan dengan statusnya. Dalam kehidupan nyata sering kali terjadi gap antara apa yang seseorang seharusnya lakukan dengan apa yang seseorang lakukan. Satu status tertentu mungkin mempunyai aneka ragam peranan yang harus dimainkan. Hal inilah yang disebut dengan role set. Contohnya Anda sebagai kepala keluarga tidak hanya berperan sebagai pemimpin bagi anggota keluarga Anda, melainkan juga berperan sebagai pencari nafkah, wakil keluarga Anda dalam kegiatan-kegiatan sosial di kampung, dan lain-lain.
•    Institusi Sosial
    Elemen yang lain dari struktur sosial adalah institusi sosial. Institusi sosial berkaitan erat dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhannya, di mana untuk itu individu berusaha membentuk dan mengembangkan serangkaian hubungan sosial dengan individu lainnya. Serangkaian hubungan sosial tersebut terlaksana menurut pola-pola tertentu. Pola resmi dari suatu hubungan sosial ini terjadi di dalam suatu sistem yang disebut dengan sistem institusi sosial. Istilah institusi sudah lama digunakan dalam kajian sosiologi. Istilah institusi sosial berasal dari bahasa Inggris institution. Sehubungan dengan pengertian institusi sosial ini, beberapa ahli telah berusaha mendefinisikannya, salah satunya definisi dari Judson R. Landis (1986: 255) yang mendefinisikan institusi sosial sebagai norma-norma, aturan-aturan, dan pola-pola organisasi yang dikembangkan di sekitar kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman masyarakat. Dari definisi ini maka bisa kita pahami bahwa institusi sosial merujuk pada upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mengatasi masalah. Para sosiolog telah berusaha membuat penggolongan institusi sosial yang ada di masyarakat atas dasar fungsi dari institusi sosial tersebut.








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan berasal dari kata didik artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran –an,yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.
masyarakat berasal dari kata musyaarak (Arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa struktur sosial mencakup berbagai hubungan sosial antara individu-individu secara teratur pada waktu tertentu yang merupakan keadaan statis dari suatu sistem sosial. Jadi, struktur sosial di sini selain mengandung unsur kebudayaan belaka, juga mencakup seluruh prinsip hubungan-hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil.

B.    Saran
Tentunya kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami selaku penyusun berharap kepada para pembaca agar senantiasa memberikan sarannya kepada kami untuk dijadikan sebagai bahan perbaikan dalam penyusunan makalah berikutnya.







DAFTAR PUSTAKA

Basrowi. Pengantar Sosiologi.2005. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nasution S. Sosiologi Pendidikan. 2011. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardjo.M dan Ukim Qomarudin,Landasan Pendidikan.2009,Jakarta:
PT Rajagrafindo.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. 2001. Semarang:
PT. Rineka Cipta
http/:Sosiologi Hukum-untar2.com/2010/04/ tatanan-sosial.

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi merupakan kajian yang cukup menarik untuk dipelajari. Psikologi bukan sekedar pengetahuan yang menarik, tetapi juga fungsional. Di bidang pendidikan, psikologi sangat bermanfaat, baik untuk kepentingn teori maupun praktek pendidikan. Untuk teori, psikolgi merupakan salah satu landasan penting bagi pengembangan teori pendidikan. Untuk praktek, psikoloogi menjadi landasan operasional bagi pengajaran dan administrasi pendidikan. Psikologi menjadi bidang ilmu yang penting untuk di pelajari bukan hanya oleh para pendidik, tetapi juga para menejer, para usahawan, para ahli hukum, para ahli militer, bahkan para negarawan.
Begitu fungsionalnya psikologi di berbagai lapangan pekerjaan atau profesi , sehingga ilmu ini patut di pelajari oleh para pemimpin, organisator, sosisawan, serta mahasiswa yang menggeluti ilmu-ilmu terapan seperti kedokteran, hukum, menejemen, ekonomi dan kependidikan.
Psikologi Perkembangan merupakan salah satu bagian dari psikologi, sebelum mempelajarinya lebih jauh. Kita perlu mengetahui pengertian dan ruang lingkup psikologi perkembangan terlebih dahulu.





B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Psikologi Perkembangan ?
2. Apa Saja Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan ?
3. Apa Tujuan Psikologi Perkembangan ?
4. Apa Manfaat Psikologi Perkembangan ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Psikologi Perkembangan.
2. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan.
3. Untuk Mengetahui Tujuan Psikologi Perkembangan.
4. Untuk Mengetahui Manfaat Psikologi Perkembangan. 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Perkembangan
 Psikologi merupakan alih kata Bahasa Inggris “pschology” dan kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu “psycho” dan ”logos”. Adapun “psycho” berarti jiwa, sedangkan “logos” berarti pengetahuan atau ilmu jadi secara etimologis, psikologi dapat di artikan sebagai pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Jiwa adalah kekuatan dalam diri yang menjadi penggerak bagi jasad dan tingkah laku manusia. Jadi, psikologi dapat di defenisikan secara singkat sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hubungan-hubungan antar manusia.
Mengenai istilah tingkah laku ini perlu di pahami dalam arti yang luas . tingkah laku bukan berarti hanya perbuatan yang di sengaja, melainkan juga perilaku yang tidak di sengaja . misalnya kerdipan mata, ayunan tangan tatkala berjalan, senyuman, dan sebagainya. Tingkah laku disamping berupa tutur kata lisan, juga tutur bahasa isyarat umpanya gelengan kepala, anggukan kepala, lambaian tangan dan sebagainya. Dengan demikian yang di maksud dengan tingkah laku bukan hanya perbuatan-perbuatan yang nyata, melainkan juga reaksi-reaksi individu yang simbolik dan tersembunyi sebagai akibat dari motivasi diri ataupun akibat stimulasi dari lingkungan. 
Istilah “perkembangan” (developement) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks. Didalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep lain yang terkandung didalamnya, diantaranya: pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.
Menurut Reni Akbar Hawadi yaitu perkembangan secara luas menunjuk kepada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri yang baru. dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pebuahan dan berakhir dengan kematian.
Sedangkan menurut F.J. Monk, dkk menjelaskan pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan  tidak dapat diputar kembali. 
Berdasarkan pendapat beberapa orang ahli psikologi perkembangan dapat diartikan sebagai berikut:
1. Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan prilaku. (J.P. Chaplin, 1979)
2. Psikologi perkembangan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati. Ross Vasta, dkk., 1992) 
Jadi Psikologi perkembangan adalah psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, sebelum dan setelah kelahiran, berikut kematangan perilaku. Selain itu, psikologi perkembangan mempelajari perubahan perilaku da kemampuan-kemampuan yang muncul sepanjang terjadinya perkembangan, baik di lihat dari fisikalitas fungsionalnya maupun kepribadiannya. Psikologi perkembangan dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari perkembangan manusia dan hewan sejak prenatal, usia balita, masa anak-anak, remaja, pemuda, dewasa, masa tua, sampai meninggal dunia.

Perkembangan tingkah laku manusia dipelajari dari berbagai sudut pandang kejiwaan. Misalnya, mempelajari faktor-faktor genetik yang mempengaruhi perkembangan berfikir anak, faktor lingkungan, aktifitas sehari-hari, teman dekat, mata pencaharian, pasangan hidup, jumlah anak, dan hal lainnya yang berkaitan dengan masa-masa terjadinya perkembangan mentalitas manusia.
Perkembangan anak di mulai dari pergaulannya dalam kehidupan keluarga, kemudian berlanjut di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai tempat pembelajaran anak sangat besar pengaruhnya teerhadap perkembangan mentalitas perkembangan anak. Jenis-jenis sekolah termasuk objek yang dikaji dengan pendekatan psikologi pendidikan. banyak ulama menyarankan apabila anaktelah dididik di rumah atau di dalam kehidupan keluarga, masukkanlah ia ke sekolah islam agar pendidikan tauhidnya di perkuat dan ia akan kuat dalam menghadapi tantangan zaman yang serba sekuler.
Perkembangan anak di tunjang oleh berbagai pengaruh dari luar yang akan menjadi pengalaman berharga bagi anak. Barometer perbuatan anak diawali oleh sejak pertama kali ia meraskan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan meniru segala sesuatu yang sering di lihatnya di lingkungan terdekat, terutama dari kedua orangtuanya. 
    Para peneliti perkembangan menguji atau meneliti apa perkembangan itu dan mengapa perkembangan itu terjadi. Ada dua tujuan penelitian oerkembangan, yaitu :
1. memberikan gambaran tentang tingkah laku anak yang meliputi pertanyaan-pertanyaan, seperti : kapan bayi mulai berjalan ? apa keterampilan social yang has bagi anak usia empat tahun ? bagaimana anak usia enam tahun memecahkan konflik dengan teman-temannya ?
2. mengidentifikasi factor penyebab dan proses yang melahirkan perubahan perilaku dari suatu perkembangan ke perkembangan berikutnya . factor-faktor ini meliputi warian genetika karateristik biologis dan stuktur otak lingkungan fisik dan social dalam kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman anak. 
Para ahli psikologi perkembangan menekankan perkembangan manusia dan bebagai factor yang membentuk perilakunya sejak lahir sampai berumur lanjut. Para ahli itu mempelajari kemampuan khusus, seperti bgaimana kemampuan bebahasa berkembang dan berubah pada anak yang sedang tumbuh atau dalam suatu masa hidup tertentu, seperti masa bayi, tahun-tahun prasekolah, atau masa remaja. 
Perkembangan menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu  proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang nampak.
Perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya yaitu mengenai apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah laku belajar. Perkembangan juga dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar.
Psikologi perkembangan lebih mempersoalkan faktor-faktor yang umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri kepribadian yang khas. Psikologi perkembangan suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang gejala jiwa seseorang, baik yang menyangkut perkembangan ataupun kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa. 

B. Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan
Ruang lingkup dari pembahasan ilmu ini bahwa pssikologi perkembangan merupakan:
a.    Cabang dari psikologi.
b.    Objek pembahasannya ialah perilaku atau gejala jiwa seseorang.
c.    Tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.
Faedah praktis mempelajari psikologi perkembangan yang dapat dikemukakan di sini antara lain :
a.    Untuk memahami garis besar, pola umum perkembangan, dan pertumbuhan anak pada tiap-tiap fasenya.
b.    Dapat memunculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak, remaja dengan penuh perhatian kepada mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
c.    Dapat mengarahkan seseorang untuk berbuat dan berprilaku yang selaras dengan tingkat perkembangan orang lain.
d.    Khususnya bagi pendidik dapat memahami dan memberikan bimbingan kepada anak, sesuai dengan taraf perkembangan anak didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan sukses dalam mencapai tujuannya.
Akan mudah dimaklumi, jika seorang pendidik tidak mengetahui psikologi perkembangan, maka tidak usah terlalu banyak berharap akan keberhasilan pendidikan yang diusahakannya, sebab boleh jadi akan berakibat fatal terhadap anak didik.
C. Tujuan Psikologi Perekembangan
Menurut Mussen, dkk, dewasa ini psikologi perkembangan lebih menitik beratkan pada usaha-usaha mengetahui sebab-sebab yang melandasi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan manusia, sehingga menimbulkan perubahan. Oleh sebab itu tujuan psikologi perkembangan meliputi :
1.    Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat umur dan mempunyai ciri-ciri Universal. Dalam arti yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dan dalam lingkungan sosial budaya mana saja.
2.    Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa perkembanagan tertentu.
3.    Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
4.    Mempelajari penyimpangan dari tingkah laku yang dialami seseorang, seperti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan, dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.

Sementara itu Elizabeth B. Hurlock menyebutkan tujuan psikologi perkembangan dewasa ini, yaitu :
1.    Menemukan perubahan-perubahan apakah yang terjadi pada usia yang umum dan khas dalam penampilan, perilaku, minat, dan tujuan dari masing-masing periode perkembangan.
2.    Menemukan kapan perubahan-perubahan itu terjadi.
3.    Menemukan sebab-sebabnya.
4.    Menemukan bagaimana perubahan itu mempengaruhi perilaku.
5.    Menemukan dapat atau tidaknya perubahan-perubahan itu diramalkan.
6.    Menemukan apakah perubahan itu bersifat individual atau universal.

D. Manfaat Psikologi Perkembangan
1.    Pengetahuan tentang perkembangan dapat memberikan harapan yang realistis terhadap anak dan remaja. Misalnya psikologi perkembangan memeberi tahukan kepada kita kapan biasanya anak mulai berbicara dan kapan anak sekolah mulai mampu berfikir abstrak.
2.    Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku anak.
3.    Pengetahuan tetang perkembangan dapat membantu kita mengenal kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai.
4.    Studi perkembangan dapat membantu kita memahami diri kita sendiri.
5.    Psikologi perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman sejarah hidup kita sendiri.
E. Munculnya Studi Psikologi Perkembangan Moderen.
    Studi sistematis tentang perkembangan anak mengalami perkembangan anak mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada awal abad ke-20. Penelitian-penelitian yang dilakukan pada zaman ini lebih bersifat deskriftif dan lebih dititkberatkan pada ciri-ciri khas yang terdapat secara umum, Seperti ciri-ciri khas dan masa-masa tertentu.
Seperti ciri-ciri khas dan masa-masa perkrmbangan motoriknya, pada umur tertentu sudah memperlihatkan kemampuan motorik tertentu. Pada masa perkrmbangan tertentu, seorang anak pada umumnya bisa melihatkan kemampuan mengucapkan kata-kata, kemampuan lain yang sudah dan biasanya dicapai.
Kecenderungan untuk mendeskripsikan gejala-gejala perkembangan manusia secara hati-hati dan mendetail tersebut merupakan suatu tahap penting dalam perkembangan suatu disiplin ilmu. Tetapi tujuan ilmu pengetahuan bukan sekedar mendeskripsikan suatu gejala, melainkan juga memberikan penjelasan twntang gejala tersebut.
Untuk itu, diperlukan seperangkat prinsip teoritis yang di jadikan dasar bagi observas, baik yang telah maupun yang akan dilakukan. Penjelasan teoritis tersebut kurang mendapat perhatian dalam psikologi perkembangan selama dekade pertama abad ke-20. 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikologi perkembangan adalah psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, sebelum dan setelah kelahiran, berikut kematangan perilaku.
Ruang lingkup dari pembahasan ilmu ini bahwa pssikologi perkembangan merupakan:
a. Cabang dari psikologi.
b. Objek pembahasannya ialah perilaku atau gejala jiwa seseorang.
c. Tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.

B. Saran
Alhamdulillah kelompok kami telah menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya bagi pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun kami ke depannya agar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Soemanto, Wasty. Pengantar Psikologi. 1998. Jakarta: PT Bina Askara.
Desmita. Psikologi Perkembangan.2007.  Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Samsu. Psikolog Perkembangan Anak dan Remaja. 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Atkinson, L. Rita, dkk. Pengantar Psikologi. 1996. Jakarta: Erlangga.
Ahmadi, Abu  dan Munawar Soleh. Psikologi Perkembangan. 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
 Marliany, Rosleny. Psikologi Umum. 2010. Bandung: Pustaka Setia.

konsep diri

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Manusia dalam mewujudkan keadaannya untuk sehat berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan seseorang disebut sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran.


B.    Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan diri dan konsep diri ?
2.    Apa hakikat konsep diri itu ?
3.    Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsep diri ?


C.    Tujuan Pembahasan

1.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan diri dan konsep diri.
2.    Mengetahui apa hakikat konsep diri.
3.    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep.
BAB II
PEMBAHASAN
DIRI DAN KONSEP DIRI

A.     DIRI
1.    Pengertian Diri (Self)
Menurut William James (1890, dalam Sarwono, 1997) mengemukakan masalah self  (diri) dalam bukunya yang terkenal Principles of Psychology. Self adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya saja, melainkan juga tentang anak-istri, rumah, pakaian, nenek moyang, teman-teman, milik, dan uangnya. Kalau semuanya bagus, maka ia akan merasa senang. Akan tetapi, kalau ada yang kurang baik, rusak, hilang ia merasa putus asa, kecewa, dan lain-lain.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa diri atau self adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, sifat-sifat, latar belakang budaya, pendidikan dan sebagainya, yang melekat pada seseorang. Semakin dewasa dan semakin tinggi kecerdasan seseorang maka akan semakin mampu dia menggambarkan dirinya sendiri. Diri (self) dapat pula menunjukkan keseluruhan lingkungan subjektif seseorang. Untuk orangnya sendiri, diri merupakan “pusat pengalaman dan kepentingannya” (Howie,1945, dalam Jersild, 1954). Diri membangun dunia batiniah yang harus dibedakan dari “dunia luar” yang dibangun oleh orang lain dan barang-barang lain.
Lebih jauh lagi, diri meliputi antara lain: pengamatan, yaitu: cara seseorang mengamati diri sendiri mengenai tanggapannya terhadap wajahnya, gambaran mengenai kesan-kesan yang dibuatnya terhadap orang lain. Diri meliputi pula komponen pengertian, yaitu pengertian seseorang tentang berbagai sifatnya, kesanggupan-kesanggupannya, miliknya, kekurangannya serta batas kemampuannya, dan pengertiannya tentang latar belakang asal-usulnya serta masa depannya.  Diri mempunyai pula komponen sikap, yang meliputi perasaan orang terhadap dirinya sendiri, asal-usul dan latar belakang sikapnya terhadap kedudukannya pada saat ini, dan harapannya tentang hari depannya, kecenderungannya terhadap rasa bangganya atau perasaan malunya, keyakinannya (mungkin merupakan perasaan yang bercampur) mengenai penerimaan atau penolakan dirinya.
DeVito (1997: 61-62) secara rinci mengemukakan hakikat pengungkapan diri sebagai berikut:
1.    Pengungkapan diri adalah jenis komunikasi saat kita mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri yang biasanya kita sembunyikan.
2.    Pengungkapan diri adalah jenis komunikasi.
3.    Pengungkapan diri adalah informasi.
4.    Pengungkapan diri adalah informasi tentang diri sendiri.
5.    Pengungkapan diri menyangkut informasi yang biasanya dan secara aktif disembunyikan.
6.    Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain.
Salah satu perkembangan diri adalah makin bertambahnya kesadaran tentang milik dan kemampuan dirinya. William James (1890, dalam Sarwono, 1997), menamakan diri cermin itu sebagai “diri public” (public self atau me) yang dibedakannya dari “diri pribadi” atau “aku’. (private self atau  I). jadi menurut James, ada dua jenis diri, yaitu: “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir, dan berkehendak (subjective self).
Akan tetapi, teori James yang menggunakan dua diri ini, menurut Sarwono sulit untuk dikembangkan lebih lanjut, karena baik dalam praktik maupun dalam penelitian-penelitian, sulit dibedakan antara kedua diri itu. Oleh karena itu, dalam pandangan Sarwono teori-teori yang timbul kemudian menggunakan salah satu dari konsep itu saja, yaitu self (diri) atau ego (aku) atau menggabungkan kedua konsep itu dalam satu konsep itu dalam satu konsep yang lebih menyeluruh, yaitu kepribadian.
Dalam pandangan para ahli psikologi, ego selain lebih luas dari self, juga lebih bersifat hakikat, lebih inti daripada pribadi nmanusia, sedangkan self  adalah lebih sebagai perwujudan fungsional daripada  ego. Ego atau aku mulai mekar dari id melalui kontaknya dengan dunia luar. Aktivitas ego  bisa sadar, prasadar, maupun rek sadar. Namun, sebagian besar ego bersifat sadar. Adalah tugas ego  (bukan ide dan naluri-naluri) untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuain dengan alam sekitar.
B.    KONSEP DIRI (SELFT CONCEPT)
1.    Defenisi Konsep Diri Dari Berbagai Pakar
Defenisi konsep diri pada dasarnya memiliki banyak defenisi, tergantung dari cara pandang apa para pakar melihatnya. Akan tetapi definisi konsep diri sebenarnya titiknya berada pada bagaiman pemahaman seseorang terhadap dirinya dalam segala aspek. Dari anda ragu mengenai defenisi konsep diri dari saya lebih baik kita simak beberapa defenisi konsep diri dari berbagai pakar berikut ini.
a)    William D. Brooks
Defenisi konsep diri dari William D. brooks sebenarnya telah dibenarkan oleh salah seorang pakar lokal yaitu Jalaluddin Rakhmad dengan mengutipnya dalam sebuah argumentasinya, yaitu “Konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain.” Ya, betul sekali bahwa Konsep diri seseorang adalah merupakan penerimaan dirinya sendiri baik kelemahan maupun keunggulan yang dimiliki, baik secara fisik maupun mental serta pemahamannya terhadap pergaulan di tengah-tengah masyarakat dimana seorang individu itu berada dan berfungsi sebagai makhluk sosial.
b)    Keliat
Adapun menurut Keliat bahwa konsep diri merupakan dasar perilaku dari individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berlaku lebih efektif terlihat dalam kemampuan intelektual, hubungan dengan orang lain dan penguasaan terhadap lingkungan”. (Keliat; 1992:3). Pada pengertian ini lebih melihat pada prilaku seseorang pada dirinya dan lingkungannya.
c)    Jacinta
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.


d)    Agus Sujudi
Agus Sujudi menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri positif akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. (Agus Sujudi, dan kawan-kawan; 1997: 12).
e)    Salbiah
Salbiah berpendapat Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal. Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanga individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh lingkungannya.
Selain itu konsep diri juga akan dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu. Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat diketahui melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan non adaptif. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu : gambaran diri (body Image), ideal diri, harga diri, peran dan identitas.
2.    Diri sebagai Bangunan Konsep
        Perlu dicatat bahwa kita menyebut diri sebagai sebuah konstruk hipotetik. Artinya, kita dapat menggunakan pancaindra kita untuk membuktikan keberadaannya. Sebaliknya, hal tersebut adalah sesuatu yang kita katakana ada karena kita membutuhkan kesatuan istilah dalam upaya menggambarkan segala sesuatu lain yang bisa kita alami melalui pancra indra kita. Dalam hal ini, kita dapat melihat sekurangnya lima aspek dari diri, yakni pertama, dan yang paling jelas, adalah tentang fisik diri yang meliputi tubuh dan semua aktivitas biologis yang berlangsung didalamnya. Kedua, suatu area luas yang bisa kita sebut diri-sebagai-proses: suatu aliran akal pikiran, emosi, dan prilaku kita yang konstan. Ketiga, adalah diri-sosial, yaitu sebuah konsep yang penting bagi ahli ilmu-ilmu sosial. Keempat, ada suatu pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya masing-masing, yaitu konsep-diri. Selanjutnya, berkaitan dengan konsep-diri yang kelima, yaitu cita-citam apa yang anda inginkan.
3.       Hakikat Konsep Diri
Seringkali orang bertanya pada dirinya, “Siapakah Aku?” atau “Siapakah Diriku sebenarnya?” Kajian tentang Diri ini amat penting karena dengan mengenalnya kita akan mengenal Tuhan Sang Pencipta sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,“Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa Rabbahu,” barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Rabb-nya. Dengan memahami diri kita dapat menjalankan misi hidup secara sempurna, yaitu mengenal Allah, menyembah hanya kepada-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Kita tentu tidak ingin kembali kepada-Nya dalam keadaan tersesat.
 Sebagaimana firman Allah SWT:
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar”).
 (QS. Al-Baqarah (2) :18).
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas tentang hakikat manusia. Untuk memudahkan pemahaman, maka diuraikan perbedaan beberapa komponen yang melekat pada diri manusia, yang kadang kita sulit membedakannya.


a)     Ruh
Dalam Al Quran, disebut dengan Ar-Ruh (jamaknya arwah)
Asal unsurnya dari ruh (sebagian zat Allah) yang ditiupkan ke manusia saat janin berumur 4 bulan.
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur". (QS. 32:9)
           Setelah ajal akan kembali kepada Allah Ta’ala. Ruh ini sifatnya suci, tidak pernah kotor dan berada di dalam qalbu manusia (sebuah tempat yang tidak dapat dimasuki setan) dan berfungsi memberikan energi untuk nafs, dan memberi nyawa (sukma) bagi jasad
b)    Jasad
           Asal unsurnya dari bumi (QS. 71:17)  dan setelah ajal akan dikubur dan kembali ke bumi.
"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain". (QS. 20:55)
Karena sifat kebumian, maka ketika dimasukkan ruh dan nafs, timbullah hawa nafsu dan syahwat. Jasad mendapatkan energi dari makanan yang berasal dari bumi juga.
c)    Nafs
           Dalam Al Quran disebut dengan An-Nafs (jamaknya anfus atau nufus), asal unsurnya adalah dari cahaya. Di alam Nur berkumpul nafs-nafs, mulai nafs manusia pertama sampai nafs manusia terakhir.
Nafs ini terdiri dari berbagai macam type atau kualitas. Untuk memudahkan memahami, sebut saja misalnya, tipe emas, perak, perunggu dan sebagainya. Nafs-nafs ini akan diundang oleh janin-janin dalam rahim yang telah berumur 120 hari. Nafs yang bersedia datang pun sesuai dengan bahan janin, nafs tipe emas akan menempati wadah dari emas, nafs tipe perak akan menempati wadah dari perak dan seterusnya. Nafs yang menempati janin tersebut dimasukkan Ruh, kemudian dipanggil Allah menghadap ke Alam Alastu:
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. 7:172)
Di alam Alastu inilah Allah telah menetapkan 4 hal baginya selama perjalanan di dunia, yaitu: Ajal, Rezeki, Amal, dan Musibah atau Keberuntungan. Nafs inilah sebenarnya hakikat dari manusia, yang dikatakan Nabi Saw, apabila kamu mengenalnya, maka kamu akan mengenal Tuhanmu. Nafs inilah yang menyebabkan manusia menjadi makhluk paling mulia.
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya". (QS. 95:4)
Apabila qalbu bersih, maka ruh dapat memberikan energi bagi nafs, sehingga nafsnya hidup sehat dan dalam Al Quran disebutlah sebagai nafs al muthmainnah. Apabila qalbu tertutup dosa, maka ruh tidak dapat memberikan energi, maka nafsnya akan sakit, buta, tuli, bisu dan lumpuh. Setelah ajal, kondisinya sesuai dengan kondisi nafs terakhir sebelum ajal. Apabila dalam kondisi sehat, maka nafsnya akan tetap hidup di sisi Allah.
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan". (QS. 6:122)
Apabila dalam kondisi buta, tuli, bisu atau lumpuh, maka ia akan disiksa di alam kubur. Nafs akan dimintai pertanggungjawabannya pada Hari Akhir, atas pelaksanaan sumpah yang dilakukan di Alam Alastu.
d)  Hawa Nafsu dan Syahwat
        Hawa nafsu dan syahwat timbul akibat nafs dan ruh ditempatkan dalam jasad. Hawa nafsu dan syahwat dalam Al Quran digambarkan sebagai kuda-kuda, tali kekangnya adalah qalbu, saisnya adalah nafs, dan muatannya adalah jasad. Apabila saisnya (nafs) sakit atau lumpuh, maka kuda-kuda (hawa nafsu dan syahwat) berlari-lari tidak terkendali membawa muatan (jasad). Setan menjadikan hawa nafsu dan syahwat ini sebagai media untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya nafsu itu membawa kepada keburukan, kecuali nafsu yang dirahmati (nafsu al muthmainnah)
e) Qalbu
Qalbu terbagi 2 jenis, Qalbu jasmaniah dan Qalbu Ruhaniah. Qalbu jasmaniah yaitu jantung yang secara medis dianggap sebagai pusat kehidupan manusia, sedangkan Qalbu Ruhaniah yaitu yang merasakan dan memahami. Lebih jauh lagi qalbu inilah yang akan dapat mengenal Allah Swt, maka disebut pula Qalbu Rabbaniyah. Qalbu menjadi antara bagi ruh, nafs dan jasad. Qalbu dan nafs ibarat kaca dengan rasahnya, apabila qalbu kotor maka tidak berfungsilah nafs sebagai cermin. Apabila qalbu bersih, maka ia dapat memantulkan ruh (zat) Allah. Maka jadilah ia pencerminan dari Allah Swt.
Rasulullah Saw. bersabda, “Dalam diri manusia itu ada segumpal darah, yang apabila baik maka baik seluruhnya, tetapi apabila buruk  maka buruk seluruhnya, itulah qalbu.”                     (HR. Bukhari)
Menurut Jalaludin Rahmat (1994), walaupun konsep diri merupakan tema utama psikologi Humanistik yang muncul belakangan ini, pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak sampai William james. Menurut Jamas, ada jenis diri, yaitu “diri”  dan “aku. Diri adalah ahu sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari aktif, mengamati, berpikir, dan berkehendak (subjective self, 1997:148)” Pada psikologi sosial, khususnya psikologi sosial yang berorientasi pada sosiologi,  konsep diri dikembangkan oleh Charles Horton Cooley (1864-1929), Geoorge Herbert Mead (1868-1931), dan memuncak pada aliran interaksi simbolis, yang tokoh terkemukannya Badalah Herbert Blumer.
Konsep Diri adalah “semua persepsi kits terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.” Myers dan Myers (1988:67) menyatakan bahwa penghargaan diri adalah suatu perasaan yang dapat anda peroleh pada saat tindakan anda sesuai dengan kesan pribadi anda pada saat kesan khusus mengira-ngira suatu versi yang diidealkan mengaenai bagaimana anda mengharapkan diri sendiri. Konsep diri, menurut Rogers (dalam budiharjo, ed., 1997) adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, yaitu “aku” merupakan pusat referensi setiap pengalaman.
Cara menanggapi diri sendiri secara keseluruhan dapat dibagi dalam tiga hal, yaitu:
1.    Konsep diri yang disadari, yakni pandangan individu mengenai kemampuan, statusnya, dan perannya.
2.    Aku sosial atau aku menurut orang lain, yaitu pandangan individu tentang cara orang lain memandang atau menilai dirinya.
3.    Aku Ideal, yaitu harapan individu tentang dirinya atau akan menjadi apa dirinya kelak.
4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah sebagai berikut :
1.  Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
2.  Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
3.  Sumber eksternal dan internal
Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri.
4.  Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecendrungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya.
5.  Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor. Stresor konsep diri adalah segala perubahan nyata atau yang diserap yang mengancam identitas, citra tubuh, harga diri, atau perilaku peran.
a)    Stresor identitas
Identitas didefinisikan sebagai pengorganisasian prinsip dari system kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kontinuitas, keunikan, dan konsistensi dari kepribadian. Identitas dipengaruhi oleh stresor seumur hidup.
Bingung identitas terjadi ketika seseorang tidak mempertahankan identitas personal yang jelas, konsisten, dan terus sadar. Kebingungan identitas dapat terjadi kapan saja dalam kehidupan jika seseorang tidak mampu mengatasi stresor identitas. Dalam stress ekstrem seorang individu dapat mengalami depersonalisasi, yaitu suatu keadaan dimana realitas internal dan eksternal atau perbedaan antara diri dan orang lain tidak dapat ditetapkan.
b)    Stresor citra tubuh
Perubahan dalam penampilan, struktus atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan perubahan dalam citra tubuh.
Makna dari kehilangan fungsi atau perubahan dalam penampilan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang perubahan yang dialaminya. Citra tubuh terdiri atas elemen ideal dan nyata. Seorang wanita yang memasukkan payudara sebagai citra tubuhnya dalam elemen ideal, maka kehilangan payudara akibat mastektomi dapat menjadi perubahan yang signifikan. Makin besar makna penting dari tubuh atau bagian spesifik, maka makin besar ancaman yang dirasakan akibat perubahan dalam citra tubuh.
c)    Stresor harga diri
Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten dan bernilai. Banyak stresor mempengaruhi harga diri seorang bayi, usia bermain, prasekolah dan remaja. Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan orang tua, kritik tajam, hukuman yang yang tidak konsisten, persaingan antara saudara sekandung, dan kekalahan yanmg berulang dapat menurunkan tingkat nilai diri. Stresor pada orang dewasa mencakup ketidakberhasilan dalam pekerjaan dan kegagalan dalam hubungan.
d)    Stresor peran
Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok sosial. Sepanjang hidup orang menjalani berbagai perubahan peran.
Perubahan normal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan.
Masing-masing dari transisi dapat mengancam konsep diri yang mengakibatkan konflik peran, ambiguitas peran atau ketegangan peran.

1)    Konflik peran
Konflik peran adalah tidak adanya kesesuaian harapan peran. Jika seseorang diharuskan untuk secara bersamaan menerima dua peran atau lebih yang tidak konsisten, berlawanan, atau sangat eksklusif maka dapat terjadi konflik peran. Terdapat tiga jenis dasar konflik peran yaitu :
a.   Konflik interpersonal terjadi ketika satu orang atau lebih mempunyai harapan yang berlawanan atau tidak cocok secara individu dalam peran tertentu.
b.   Konflik antar-peran terjadi ketika tekanan atau harapan yang berkaitan dengan satu peran melawan tekanan atau harapan yang saling berkaitan.
c.   Konflik peran personal terjadi ketika tuntutan peran melanggar nilai personal individu.
2)    Ambiguitas peran
Ambiguitas peran mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ketika terdapat ketidakjelasan harapan, maka orang menjadi tidak pasti apa yang harus dilakukan, bagaimana harus melakukannya, atau keduanya.
3)    Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah perpaduan antara konflik peran dan ambiguitas peran. Ketegangan peran dapat diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang merasakan tidak adekuat atau merasa tidak sesuai dengan peran. Kelebihan beban peran terjadi ketika seseorang individu tidak dapat memutuskan tekanan mana yang harus dipatuhi karna jumlah tuntutan yang banyak dan konflik prioritas.
6.   Usia, keadaan sakit dan trauma
Dimana usia tua dan keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi seseorang.

BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan

     Diri atau self adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, sifat-sifat, latar belakang budaya, pendidikan dan sebagainya, yang melekat pada seseorang. Semakin dewasa dan semakin tinggi kecerdasan seseorang maka akan semakin mampu dia menggambarkan dirinya sendiri. Konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain. Cara menanggapi diri sendiri secara keseluruhan dapat dibagi dalam tiga hal, yaitu:
1.    Konsep diri yang disadari, yakni pandangan individu mengenai kemampuan, statusnya, dan perannya.
2.    Aku sosial atau aku menurut orang lain, yaitu pandangan individu tentang cara orang lain memandang atau menilai dirinya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah sebagai berikut :
1.  Tingkat perkembangan dan kematangan
2.  Budaya
3.  Sumber eksternal dan internal
4.  Pengalaman sukses dan gagal
5.  Stresor
a)    Stresor identitas
b)    Stresor citra tubuh
c)    Stresor harga diri
d)    Stresor peran
6.   Usia, keadaan sakit dan trauma.
DAFTAR PUSTAKA



Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia.
http://meetabied.blogspot.com/2010/03/konsep-diri.html
http://www.tuanguru.net/2011/08/mengenal-hakikat-diri.html