Senin, 07 Januari 2013

psikologi perkembangan masa dewasa



PERKEMBANGAN MASA DEWASA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan
Dosen         : Patimah, M.Ag.

IAIN SYEKH NURJATI
 




Disusun oleh:
1.    Ahmad Badrudin
NIM : 14111110006
2.    Linda Apriani
NIM : 14111110051
3.    Melati Zabranti
NIM : 14111110058
4.    M.Munawir Gozhali
NIM : 14111110056
5.    Siti Hardiyanti
NIM : 14111131299

Kelompok : 8

TARBIYAH / PAI-B / SEMESTER II

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Untuk menjadi orang dewasa, sebagaimana yang diketahui kebanyakan orang tua, bukanlah proses yang mudah, namun hal itu bukan berarti  penuh dengan kesulitan dan krisis. Ini merupakan proses pengertian, pendefinisian, dan kemudian mendorong semangat anak untuk mengetahui apa arti sesungguhnya menjadi dewasa. Karena masyarakat kita (Barat) tidak memiliki “upacara perayaan” untuk menandai masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa, kita cenderung mengaitkan kedewasaan seorang anak dengan hak-hak istimewa (seperti boleh menyetir mobil, memakai make up, atau memberikan suara dalam pemilu) atau semua perilaku lain yang tidak dapat disebut “positif”, seperti berpacaran, minum beralkohol, dan lain-lain. Sebenarnya benih-benih kemandirian sudah ada semenjak anak masih sangat muda , yaitu ketika anak pertama kali dapat mengikatkan tali sepatunya, atau ada pada waktu ia bisa berpakaian sendiri. Tetapi anak tumbuh dewasa dan akan mengekspresikan kebutuhan kemandiriannya seringkali dengan cara berperilaku  “buruk”.
Jalan menuju kedewasaan tidaklah selalu mulus. Usaha-usaha normal dan wajar seorang anak menuju kemandirian dapat dicapai melalui langkah-langkah besar berupa perilaku positif yang terlihat, atau sedikit terlihat , namun masih dengan cara positif . Atau , keinginan untuk tidak tergantung dari orang tuanya , untuk menjadi orang yang mandiri, dapat diwujudkan dengan perilaku menyimpang  dan perkataan-perkataan seperti “Saya tidak mau melakukan itu, Ibu tidak dapat menyuruh saya” dan “saya sudah dewasa. Ibu tidak dapat menyuruh saya lagi mengenai apa yang harus saya lakukan.”
Tetapi, alih-alih para orangtua mengambil langkah untuk menghilangkan berbagai kejadian yang dapat memisahkan antara orangtua dan anak , dan memberi dorongan semangat kepada perilaku positif dan menjadi dewasa yang benar-benar mengarah pada kemandirian anak, orangtua justru memusatkan perhatian pada perbuatan-perbuatan atau kata-kata yang mengganggu mereka, karena perjuangan memasuki dunia dewasa memang penuh tantangan. Peranan orangtua adalah mempersiapkan  anak menuju kedewasaan. Karena itu peranan orangtua sangat dibutuhkan dalam membentuk kedewasaan seorang anak.[1]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah masa perkembangan dewasa ?
2.      Apa ciri-ciri perkembangan dewasa ?
3.      Bagaimana cara menjalani perkembangan dewasa?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian masa perkembangan dewasa
2.      Mengetahui ciri-ciri perkembangan dewasa
3.      Mengetahui bagaimana menjalani perkembangan dewasa


BAB II
PEMBAHASAN

Bila  mengartikan masa dewasa sebagai suatu keadaan bertumbuhnya ukuran-ukuran tubuh dan mencapai kekuatan maksimal serta siap “berproduksi” maka dapat dibilang bahwa hal tersebut ditinjau dari segi biologis atau psikologis. Dari segi ini, seperti juga pandangan diatas, sering berbeda takarannya antara masyarakat satu ke masyarakat lainnya. Masyarakat “seberang” (khususnya Amerika), usia 21 tahun disebut awal masa dewasa. Sering pula mereka hitung sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual atau sejak mulainya masa pubertas. Mereka sebut sebagai “adult”(dewasa) atau “adulthood”
(status dalam kedewasaan). Sejak itu, sampai seseorang meninggal dunia, menurut salah seorang ahli “bangsa seberang”, merupakan masa dewasa (E.B. Hurluck; “Developmental Psychology,” 1968).[2]
Dewasa boleh dikenakan kepada individu-individu yang telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal dan siap bereproduksi dan telah dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama dengan individu-individu lain dalam masyarakat.[3]
Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene-adolescere- yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”. Akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Belum lama ini, dalam kebudayaan Amerika seorang anak belum resmi dianggap dewasa kalau ia belum mencapai 21 tahun. Sekarang umur 18 tahun merupakan umur dimana seseorang dianggap dewasa secara syah. Dengan meningkat lamanya hidup atau panjangnya usia rata-rata orang maka masa dewasa sekarang mencakup waktu yang paling lama dalam rentang hidup.[4]
Dalam kebudayaan Indonesia, seseorang dianggap resmi mencapai status dewasa apabila sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun. Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan tersebut, pada umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar 40-45 sampai sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampai meninggal(Feldman, 1996)[5]. Ciri kematangan dipetik dari pendapat Anderson, yang menyusun 7 ciri kematangan, diantaranya:
1.      Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego
Minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan sendiri atau kepentingan pribadi.
2.      Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien
Seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefinisikannya secara cermat dan tahu mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
3.      Mengendalikan perasaan pribadi
Seseorang yang matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaanya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang-orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
4.      Keobjektifan
Orang matang memiliki sikap obyektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
5.      Menerima kritik dan saran ;
Orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi penigkatan dirinya.
6.      Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi
 Orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usaha-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sungguh, sehingga untuk itu dia menerima bantuan orang lain, tetapi tetap dia bertanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
7.      Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru
 Orang yang matang memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri seirama dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dalam situasi-situasi baru (J.E. Anderson ; “Psychology of Development and Personal Adjustmen”1951)

Dapat dikatakan bahwa orang dewasa belum tentu memilki kematangan psikis. Beberapa masyarakat berbicara tentang perilaku dewasa yang kekanak-kanakan. Karena itu seseorang yang menghadapi masalah-masalahnya dengan “temper tantrums” umumnya disebut sebagai belum matang karena “tantrums” merupakan tipe anak-anak yang membedakannya dengan orang dewasa. Bagi orang yang tidak mempunyai pendirian, umumnya juga disebut sebagai tidak matang, sebab anak-anak muda, berpindah dari minat satu ke minat yang lainnya, yang bagi orang-orang tua cenderung untuk tetap pada jabatan selama ia dapat melakukannya.  Suatu ketidakstabilan emosi bagi seseorang juga dapat disebut sebagai tidak matang, sebab anak-anak kebanyakan lebih menunjukkan reaksi emosi yang ekstrem terhadap stimuli yang bermacam-macam dibandingkan dengan orang dewasa. Lagi pula, banyak orang dewasa terlihat dalam berbagai situasi bertindak kegila-gilaan dan menunjukkan perilaku yang tidak matang.(J.E. Anderson;1951)[6]. Dilihat dari perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini, diantaranya meliputi:
a.  Kesehatan Badan
Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-geak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu, kemampuan reproduktifnya berada pada tingkat paling tinggi. Meskipun begitu selama periode ini terjadi penurunan juga. Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat. Secara berangsur-angsur kekuatan fisik mengalami kemunduran , sehingga lebih mudah terserang penyakit. Akan tetapi , bagaimana pun juga seseorang masih tetap cukup mampu untuk melakukan aktivitas normal. Bahkan bagi orang-orang yang selalu menjaga kesehatan dan melakukan olahraga secara rutin masih terlihat bugar.
b. Perkembangan Sensori  
Pada masa dewasa awal belum begitu kentara terlihat penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran. Akan tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan fisik yang paling menonjol.
c.  Perkembangan otak
Pada masa ini sel-sel otak juga berkurang secara berangsur-angsur berkurang. Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa diantaranya disebabkan oleh serangkaian pukulan kecil, tumor otak, atau karena terlalu banyak minum-minuman beralkohol. Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi mental, yang sering disebut dengan kepikunan(senility).
d. Perkembangan Kognitif
Pada umumnya orang percaya bahwa proses kognitif-belajar, memori, dan intelegensi-mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Akan tetapi, belakangan sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan penurunan kemmpuan fisik, sebenarnya hanyalah satu dari stereotif budaya yang meresap dalam diri kita.Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa baru pada masa dewasalah individu menata pemikiran operasional formal mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa.
e.  Perkembangan Psikososial
   Cinta dalam masa orang dewasa diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain.[7]
Masa Dewasa dini adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru[8],  dimulai pada umur 18-40 tahun, saat perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.[9]
Ciri-ciri dewasa awal :
1.  Usia Reproduktif atau “Reproduktive Age”
2.  Usia memantapkan letak kedudukan atau “Setting-down Age”
3.  Usia banyak masalah atau “Problem Age”
4.  Usia tegang dalam hal emosi atau “Emosional Tension”

Dr. M.J. Langeveld memberikan ciri-ciri kedewasaan seseorang antara lain:
1.       Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta pertolongan orang
 lain. Dan jika ada bantuan orang lain tetap pada tanggung jawabnya, dalam
 menyelesaikan tugas-tugas hidup.
2.       Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya terutama moral.
3.       Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat, dimana ia berada.[10]
R.J. Havighurst (1953), tugas perkembangan dalam masa dewasa awal :
1.      Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau isteri)
2.      Belajar hidup bersama dengan suami atau isteri
3.      Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
4.      Belajar mengasuh anak
5.      Mengelola rumah-tangga
6.      Mulai bekerja dalam suatu jabatan
7.      Mulai bertanggungjawab sebagai warga negara secara layak
8.      Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.[11]

Perkembangan Fisik Dewasa Muda Awal
Dewasa Muda sebagai Masa Transisi
A. Transisi Fisik
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata).
B. Transisi Intelektual
Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999; Papalia, Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner &
Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.
C. Transisi Peran Sosial
Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya (dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang baru, yakni terpisah dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknya. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa me-, ninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja. Namun demikian,  tak sedikit seorang wanita mau meninggalkan kariernya untuk  menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga (do­mestic tasks), agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya dalam kegiatan pendidikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.

Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi:
A. Kekuatan dan Energi
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah harus rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
B. Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically es­tablished), seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik.Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan. Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga yang baik pula. Sebaliknya bila karier yang suram (gagal), kehidupan ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sedikit seorang individu yang belum cocok dengan pekerja­an dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-segan mereka segera pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya dilakukan mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka telah menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih pas-pasan, dengan alasan sulitnya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi kegagalan.
C. Motivasi
Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal, biasanya seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupun memperoleh hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal.
Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka beriomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatifnya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.
Teori Perkembangan Mental Menurut Turner dan Helms
Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995) mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu
1. Dimensi Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions)
Untuk mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai seorang dewasa muda, perlu diperbandingkan dengan taraf mental yang dicapai individu yang berada pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa remaja ataupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi formal, yang membedakan adalah bagaimana kemampuan individu dalam memecahkan suatu masalah. Bagi remaja, kadang kala masih mengalami hambatan, terutama cara memahami suatu persoalan masih bersifat harfiah, artinya individu memahami suatu permasalahan yang tersurat pada Tuhan dan belum memahami sesuatu yang tersirat dalam masalah tersebut. Hal ini bisa dipahami karena sifat-sifat karakteristik kognitif ini merupakan kelanjutan dari tahap operasi konkret sebelumnya.
Sementara itu, menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya mencapai taraf operasi formal, nielainkan telah memasuki penalaran postformal (post-formal reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought], yaitu kemampuan untuk me­mahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat, dan pemikiran-pemikiran yang saling kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan Helms, 1995} setuju kalau operasi formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan dewasa muda mampu memahami masalah-masalah secara logis dan mampu mencari intisari dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru.
Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001)

Ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal  
a.       Shifting gears.
 Shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts rea­soning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskanya menjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterapkan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkapan seperti, “This might work on paper but not in real life”.
b.      Multiple causality, multiple solutions.
Seorang individu mampu memahami suatu masalah tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent think­ing). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work, we can try my way”.
c.       Pragmatism.
     Orang yang berpikir postformal biasanya ber-ikap pragmatis, artinya ia mampu
menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecah­kan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you want the most practical solu­tion, do this. If you want the quickest solution, do that”.
d.      Awareness of paradox.
Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering kali ia menemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugi­kan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing this will give him what he wants, but it will only make him unhappy in the end”.

2. Dimensi Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions)
Biasanya, menurut Turner dan Helms (1995), untuk menge-tahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status sosial ekonomi (status of econo-sociafy). Individu yang memiliki latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun ke­mampuan intelektualnya secara kuantitatif. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik.
Tugas-tugas perkembangan dewasa muda
A.    Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya,asalkan memenuhi persyaratan yang syah (perkawinan resmi)
B. Membina Kehidupan Rumah Tangga
Sebagian besar dari mereka yang telah me­nyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.


C. Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka ber­upaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaliknya, bila tidak atau belum cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilmu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur sejahtera bagi keluarganya. Melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.



D. Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti

(1)      Mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan
KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri
(2)      Membayar pajak
Pajak televisi, telepon, listrik, air,pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan
(3)      Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar
tidak tercela di mata masyarakat
(4)  Mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat
Ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya.Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama , mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian, yaitu mencari pasangan hidup dan bagian B membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, bagian C dan D, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.[12]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masa dewasa adalah masa peralihan dari masa remaja.Dimana dalam masa dewasa banyak masalah-masalah yang akan kita hadapi. Seseorang dapat dikatakan dewasa apabila ia bisa menyelesaikan masalahnya dan bisa bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuat. Karena itu seseorang yang menghadapi masalah-masalahnya dengan “temper tantrums” umumnya disebut sebagai belum matang karena“tantrums” merupakan tipe anak-anak yang membedakannya dengan orang dewasa.

B.     Saran
Alhamdulillah kelompok kami telah menyelesaikan tugas ini dengan waktu yang telah ditentukan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya untuk materi pekembangan masa dewasa.
Dan kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian makalah ini, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar kita semua menjadi lebih baik.

C.      
DAFTAR PUSTAKA

Mappiare, Andi.1983.Psikologi Orang Dewasa.Surabaya: Usaha Nasional.
Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan. Jakarta:  Erlangga.
Desmita.2007.Psikologi Perkembangan.Bandung:Rosda Karya.
Azzerad,Jacob.2005.Membangun Masa Depan Anak.Bandung:Nusamedia.
Ahmadi,Abu;Drs.Munawar.2005.Psikologi Perkembangan.Jakarta:Rineka cipta.
Http://qalbinur.wordpress.com/2008/03/27/periodisasi-perkembangan-masa-dewasa-awal/
  



[1] Azzerad,Jacob.2005.Membangun Masa Depan Anak.Bandung:Nusamedia.Hlm.166-169
[2]  Mappiare, Andi.1983.Psikologi Orang Dewasa.Surabaya: Usaha Nasional. Hlm.16
[3]  Ibid, hlm.17
[4]  Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta:  Erlangga.Hlm.246
[5]  Desmita.2007.Psikologi Perkembangan.Bandung:Rosda Karya.Hlm.234
[6] Op.Cit.hlm.18
[7]  Op.Cit. hlm 234-243
[8]  Op.Cit.hlm 272
[9]  Ibid.hlm 246
[10]  Ahmadi,Abu;Drs.Munawar.2005.Psikologi Perkembangan.Jakarta:Rineka cipta.Hlm.126
[11]  Op.Cit. Hlm.31-32
[12] http://qalbinur.wordpress.com/2008/03/27/periodisasi-perkembangan-masa-dewasa-awal


Tidak ada komentar:

Posting Komentar