MAKALAH
SEJARAH DAN
METODE STUDY PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas
Tersruktur
Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen: Patimah, M.Ag.
Di Susun Oleh :
Ibnu Ubaidilah
NIM: 14111110034
Ridwan
NIM: 14111110076
Rolis Irawati
NIM: 14111110081
Rumsari
NIM: 14111110083
TARBIYAH/PAI-B/KELOMPOK-2
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH
NURJATI
CIREBON
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan, yang
harus diperhatikan adalah sejarah dan dasar proses ilmu pengetahuan itu lahir.
Hal ini bertujuan untuk dapat mempermudah dalam memahami ilmu pengetahuan yang
diajarkan. Oleh karena itu pada mata kuliah psikologi perkembangan ini juga
alangkah lebih baiknya kita memahami sejarahnya terlebih dahulu.
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan psikologi dapat
dibagi kedalam dua periode, yaitu masa sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang
berdiri sendiri. Kedua periode ini dibatasi oleh berdirinya laboratorium
psikologi pertama di Leipzig pada tahun 1879
yang didirikan oleh Wilhelm M. Wundt. Sebelum tahun 1879, psikologi
dianggap sebagai bagian dari filsafat atau faal, karena psikologi masih
dibicarakan oleh sarjana-sarjana dari kedua bidang ilmu itu yang kebetulan
mempunyai minat terhadap gejala jiwa, tetapi tentu saja
penyelidikan-penyelidikan mereka masih terlalu dikaitkan dengan bidang ilmu
mereka sendiri.
Selain sejarah metode study psikologi perkembangan
juga sangat di perlukan, hal ini di karenakan agar dapat melakukan penelitian
yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, terutama yang berkaitan aspek-aspek
kejiwaannya dengan mudah.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Psikologi Perkembangan
Perhatian dan pengamatan terhadap
anak-anak oleh para filsuf sebenarnya sudah ada sejak abad ke 5 SM hal ini
dapat dibuktikandengan mempelajari pendapat-pendapat antara lain : Plato
(427-347 SM). Orang yang pertama kali yang menyusun teori pendidikan secara
teratur, Aris Toleles (384-322 SM). Orang yang menghendaki pendidikan agar
menciptakan kehidupan nasional sehingga ia menitikberatkan perkembangan
individu. Socatres (469-399 SM) Ia adalah sebagai peletak abad-abad itu
diYunani dan Romawi.Walaupun kebanyakan mereka itu masih menganggap sama antara
anak-anak dan remaja, perbedaan antara keduanya hanya terletak pada ukuran
fisiknya belaka.
Akan tetapi setidak-tidaknya
perhatian dan anggapan mereka terhadap anak-anak itu ,menunjukkan bukti adanya
pemikiran tentang perkembangan anak pada zaman itu. Pemikiran dan pedapat para
filsuf terhadap anak pada zaman itu.Pemikiran dan pendapat para filsuf terhadap
anak pada waktu itu masih menyatu dengan filsafat, belum merupakan suatu ilmu
yang berdiri sendiri.Baru pada akhir abad ke 18 Psikologi perkembangan menyusul
sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Lahirnya ilmu ini diawali dengan
timbulnya aliran Philanthropinisme, suatu paham yang mencintai sesama manusia
terutama terhadap anak-anak. Pendiri aliran ini adalah Johan Berhard Basedow
(1723-1970 Jerman)[1].
Pendapatnya yang penting dari aliran
ini adalah :
a.
Pengajaran harus diselaraaskan dengan jalan perkembangan anak,
b.
Manusia itu pada dasarnya baik,
c.
Pengajaran harus dimulai dengan bendanya (peragaan),
d.
Pengajaran harus menggembirakan dan menarik. Pengikut
aliran ini antara lain : Rochim Heinrich Campe ( 1744-1811 ), Gust-Muths (
1759-1897 ). Karena pendapat-pendapatnya tersebut, aliran Philanthropinisme
inilah yang mengantarkan lahirnya Psikologi Perkembangan.
Yang di sponsori oleh Wilhelm
Preyar, ( seorang dokter Jerman 1842-1897 ) yang telah berkarya mengadakan
penelitian selama tiga tahun dan menulis hasil penelitian tersebut secara
sistematis dengan judul : Die Seele Des Kindes ( The mint of the Child ) yang
berarti jiwa anak, dan diterbitkan pada tahun 1882.[2]
Disebabkan buah karya ilmiahnya
itulah ia dikenal sebagai Bapak Psikologi Perkembangan. Sebenarnya pengetahuan
tentang anak sudah lama dikenal.Pada zaman Romawi dan Yunani sudah ada para
ahli yang memperhatikan pendidikan anak, walaupun pada zaman itu anak belum
dipandang sebagai bentuk manusia yang tresendiri.Pada masa itu sejak kecil
anak-anak sudah diikutsertakan bekerja bersama-sama dengan orang dewasa
lainnya.
Pada abad ke-4 SM, sekitar tahun 387
SM., Plato mendirikan sekolah filsafat yang bernama Akademi.Plato dilahirkan di Athena ( 427-347 ).Ia adalah murid
Socrates, seorang ahli filsafat yang sangat terkenal di zamannya.Plato
berpendapat jiwa manusia terbagi atas jiwa badaniah dan jiwa rohaniah.Jika jiwa
badaniah akan gugur bersama-sama dengan raga manusianya, jiwa rohaniah tidak
pernah berakhir, atau dengan kata lain bersifat abadi.Jiwa rohaniah bertumpu
pada rasio dan logika, dan merupakan bagian jiwa yang tertinggi.Oleh karena
itu, tidak akan pernah mati.
Sementara itu, Aristoteles ( 384-322
)berpendapat bahwa semua makhluk hidup mempunyai jiwa termasuk manusia,
binatang, dan tumbuh-tumbuhan.Setiap benda jasmani mempunyai bentuk dan materi
seperti halnya realita yang kita lihat.Bentuk ialah prinsip yang menentukan,
sedang materi mempunyai kemungkinan untuk menerima bentuk.
Pada zaman J.A. Comenius ( 1592-1671
), para pendidik sudah mulai memperhatikan sifat-sifat khas yang dimiliki
setiap anak.Comenius mengatakan bahawa anak tidak boleh dianggap sebagai orang
dewasa yang bertubuuh kecil.Johan Amos Comenius, dilahirkan di Moravia, ketika
berumur 26 tahun sudah menjadi guru.Dlam bukunya, Didactica Magna, ia menganjurkan agar pengajaran dapat menarik
perhatian anak.Oleh karena itu pelajaran harus diragakan supaya anak-anak dapat
mengamati, menyelidiki, dan mengalaminya sendiri.Dalam proses belajar-mengjar
aktivitas anak benar-benar diperhatikan, walaupun pada zaman itu usaha-usaha
untuk mempelajari jiwa anak belum sebaik keadaan yang sekarang.
Pada
abad ke-18 Jean Jacques Rousseau ( 1712-1778 ), pendidik dan filsuf ternama
pada zamannya, dalam bukunya Emile ou
Peducation, 1762, menguraikan pikiran-pikarannya tentang pendidikan anak
yang mengatakan “segala-galanya adalah baik sebagaimana keluar dari tangan Sang
Pencipta, segala-galanya memburuk dalam tangan manusia.” Dari ucapan Rousseau
itu terkandunng suatu pengertian yang beranggapan bahawa apa-apa yang diperoleh
anak menurut alamnya selalu dipandang yang terbaik baginya, tetapi keasliannya
akan merusak perkembangan anak itu sendiri.Oleh karena itu para pendidik perlu
membekali dirinya dengan pengetahuan tentang kejiwaan anak didiknya.Pendidik
yang mampu memahami jiwa anak didiknya, dapat menunjang upaya penididikan dalam
usahanya mencapai tujuan yang lebih baik lagi.Menurut Rosseau, guru harus
selalu memperhatikan sikapa muridnya ketika mereka itu menerima
pelajaran.Rosseau lebih mengutamakan
dorongan belajar yang berasal dari minat anak itu sendiri, bukan karena
dipengaruhi lingkungannya.[3]
J.P Pestalozzi (1746-1827) di kenal
sebagai pendidik yang sangat perhatikan pendidikan anak. Johan Heinrich
Pestalozzi dilahirkan di Zurrich. Ia ingin meningkatkan pendidikan d
masayarakat dengan cara mengutamakan pendidikan bagi anaka-anak. Ia
menganjurukan agar pendidikan yang diberikan disesuaikan dengan perkembangan
jiwa anak. Pelajaran didasarkan pada pengalaman, dimulai dari tingkat yang
mudah mengarahkan pada tingkat yang lebih sulit selain sebagai pendidik yang
memperhatikan perkembangan jiwa anak, ia dikenal pula sebagai pendidik sosial
dan bapak pengajaran klasikal.
F. Frobel 1782-1852 dikenal pula
sebagai pendidik yang menaruh perhatian pada kehidupan anak-anak. Ia mendirikan
taman kanak-kanak di Blankenburg. Taman kanak-kanak adalah tempat anak-anak
bermain dan juga sebagai tempat melatih daya cipta anak dengan menggunakan alat-alat
permainan.
Dietrich Tiedeman 1787 ia dikenal
sebagai salah seorang perintis yang gigih perjuangannya pada masa itu untuk
mengusahakan agar kelak psikologi anak dapat diakui sejajar dengan ilmu-ilmu
lainnya yang telah diakui lebih dahulu.
Pada
tahun 1880 dikenal istilah pedologi. Kata pedologi berasal dari kata paedos
yang berarti anak dan kata logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian
pedologi adalah ilmu tentang anak. Selain dalam bidang pendidikan pedologi juga
terdapat dalam bidang kedokteran. Psikologi anak adalah bagian dari pedologi
itu karena ia mempelajari perkembangan jasmani, rohani, pengaruh lingkungan,
dan pengaruh lingkungan.
Pada
abad ke-20 ini sudah banyak ahli psikologi anak dari berbagai negara,
diantaranya :
a.
Dari Jerman
v Pasangan
suami istri Wiliams Stern dan Clara Stein dengan bukunya Psychologie der
Pruchen Kindheit (psikologi anak pada usia sangat muda) tahun 1914, mempelajari
permainan dan perkembangan bahasa anak-anak
v Charlott)
Buhler dan suaminya Karl Buhler Kindheit und Jugend (masa anak muda tahun 1928)
v Meuman
mempelajari cara berpikir anak. Ia berpendapat bahwa anak-anak masih mudah
dipengaruhi (suggestible) dan lekas malu.
v Kerschensteiner
berhasil mengumpulkan dan memiliki sejumlah gambara anak-anak, kemudian ia
digolongkan dalam masa-masa perkembangan menggambar.[4]
b.
Dari Prancis
v Compayre,
Peres dan Jean Piaget. Piaget mempelajari cara berpikir dan bahasa pada
anak-anak.
v Alvred
Binet, ia dikenal sebagai orang yang berhasil dalam penelitian kecerdasan anak
pada tahun 1895.
c.
Dari Inggris
v Helbert
Spancer dengan bukunya The Principles of
Psicology (prinsip-prinsip psikologi) tahun 1970
v J.
Sully dengan Studies in childhood (studi tentang bentuk anak) tahun 1893.
d.
Dari Swiss
v Jean
Piager, banyak sekali tulisannya antara lain Play, dreams, dan imitation
(bermain, bermimpi, dan meniru) tahun 1951.[5]
e.
Dari Nederland
v Prof.
Konstamm mempelajari permainan pada anak-anak.
v Prof.
Langeveld mengemukakan berbagai masa atau fase dalam perkembangan. Ia berpendapat
bahwa masing-masing perkembangan itu tidak mutlak harus dialami setiap anak
dalam perkembangannya menjadi seorang yang dewasa.
f.
Dari Belgia
v Dr.
Decroly dan Dr. Schuyten. Mereka mengemukakan tentang pentingnya memperhatikan
minat anak dalam pendidikan dan pengajaran.
g.
Dari Amerika.
v Tracy,
Sully, dan Stanley Hall, mempelajari permainan anak-anak dan memperkenalkan
teori atavisme. Ia juga menulis tentang Adolesence pada tahun 1904.
h.
Begitu juga dari Indonesia
v Ki
Hajar Dewantara dengan taman indriyannya, taman siswanya, Prof. Abdullah Sigit,
Prof. Dr. Toedung, Sultan Gunung Mulya, dan lain-lain.
Masih
banyak lagi para Psikolog yang tidak sempat diuraikan disini seperti di Italia
: Dr. Maria Montessori, di Uni Soviet, Pavlov, Rubinstein, dan lain sebagainya.
2.
Metode Penelitian Psikologi Perkembangan
Menurut Monks, Knoers, dan Hartono (
2001 ), pembahasan tentang metode penelitian ini dapat dibedakan anatara
pendekatan yang lebih umum dan metode yang lebih spesifik.[6]
a. Pendekatan
umum
Pendekatan
yang lebih umum mengandung dua arti penSgertian, yaitu memberikan lebih banyak
data mengenai keseluruhan perkmbangan atau beberapa aspeknya, dan meninjau
pengaruh faktor endogen ( bawaan ) dan eksogen ( lingkungan, khususnya
kebudayaan ) bagi perkembangan seseorang.Diantara pendekatan yang digunakan
dalam studi-studi psikologi perkembangan adalah :
· Pendekatan
cross-sectional ( lintas-penampang )
Hetheringtin
dan Parke ( 1979 ) mendefinisikan cross-sectional
sebagai “a method of studying the
development of children in which the age to be compared are presented by
different groups of children”.Dengan demikian dapat dipahami bahwa
kros-seksional adalah salah satu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan
penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative
singkat.Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang atau
kelompok orang dari tingkatan umur yang berbeda-beda.Kelompok yang berbeda
tersebuut deapat dibandingkan dalam hal keberagaman variable terikat, seperti “
IQ, memori, relasi teman sebaya, dan lain-lain.Semua ini dapat dilakukan dalam
waktu yang relative singkat.Melalui pendekatan kroseksional inidapt diperoleh
pengertian yang lebih baik akan faktor yang khas atau yang kurang khas bagi
kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan
utama pendekatan kroseksional adalah bahwa para peneliti tidak membutuhkan
waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh.Adapun kelemahan
pendekatan ini tidak memberi informasi tentang bagimana individu berubah atau
tentang stabilitas karakteristiknya.Naik turunnya perkembangan dapat menjadi
tidak jelas.
· Pendekatan
Longitudinal ( jangka panjang )
Secara
sederhana Seifert dan Hoffnung ( 1994 ) mengartikan longitudinal sebagai “a study of the same subject over a
relatively long period, often months or years”,Dengan demikian dapat
dipahami bahwa yang dimaksud pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam
penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang
lama, misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai mati atau
mengikuti perkembangan seseorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama
masa kanak-kanak atau selama masa remaja.[7]
Pendekatan
longitudinal juga mempunyai keuntungan dan kelemahan.Diantara keuntungan pendekatan
ini adalah :
- Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
- Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi maupun dalam kelompok.
- Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan
kelemahan penggunaan pendekatan ini adalah :
1. Membutuhkan
waktu yang lama dan biaya yang besar.
2. Memerlukan
banyak peneliti yang memungkinkan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
3. Kemungkinan
terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian ynaag sedang dilakukan,
misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.
Hurlock
( 1946 ) menunjukkan hail-hasil penelitian yang penting dengan metode
longitudinal ini adalah :
1. Mengenai
pembimbingan intelek, oleh :
a. N.
Baley -1955
b. W.A.
Owens -1953
c. L.M.
Terman -1974, 1959.
2. Mengenai
perkembangan kesempatan seks dan pengaruhnya terhadap tingkah laku social dan
kepribadian pada umumnya, oleh : M.C. Jones dan P.H. Mussen – 1958
3. Mengenai
cirri-ciri kepribadian yang menetap pada anak-anak, dewasa, dan lanjut usia,
oleh : M.E. Smith -1952
· Pendekatan
Sekuensial
Untuk
mempelajari perkembangan rentang hidup, sejumlah pakar psikologi perkembangan
juga menggunakan kombinasi dari pendekatan kros-seksional dan pendekatan
longitudinal.Kombinasi ini dinamakan Pendekatan Sekuensial.Dalam banyak hal,
pendekatan ini mulai dengan pendekatan kros-seksional yang mencakup individu
dari usia yang berbeda.Berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengukuran
awal, individu yang sama diujji lagi ( ini merupakan aspek longitudinal dari
rancangan ).Pada waktu selanjutnya sekelompok subjek baru diukur pada
masing-masing tingkat usia.Kelompok baru pada masing-masing tingkat ditambahkan
pada waktu berikutnya untuk mengontrol perubahan yang ( gugur ) dari studi,
atau pengujian ulang mungkin telah meningkatkan kinerja mereka.[8]
Meskipun
pendekatan sekuensial ini kompleks, mahal, dan lam, namun benar-benar
memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari pendekatan
kros-seksional atau pendekatan longitudinal.Pendekatan Sekuensial sangat
berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor ( generasi ) pada perkembangan
rentang hidup.
· Pendekatan
cross-cultural ( silang budaya )
Menurut Matsumoto ( 2001 ), pendekatan
kros-kultural adalah “ A viewpoint for
understanding truth and principles about human behavior across cultures.”
Sedangkan menurut Eckensberger ( 1973 ), pendekatan kros-kultural adalah “Systematic comparison of psychological
measures under different cultural conditions, in which cultural-the
operasionalized culture concept of cultural anthropology-serve as the
independent variables”
Dari dua definisi di atas dapat
dipahami bahwa pendekatan kros-kultural adalah suatu pendekatan dalam
penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak.Akhir-akhir ini metode ini banyak
dilakukan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan atau persamaan pada perkembangan
anak pada beberapa latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.Dengan metode
ini bisa dijelaskan mengenai hipotesa-hipotesa yang ada melalui faktor-faktor
yang yang diperoleh, misalnya tentang besar kecilnya pengaruh dari faktor
sosial, ekonomi, pola pengasuhan, dan gaya hidup terhadap cirri-ciri
kepribadian perkembangan-perkembangan kognitif.
Metode ini dilakukan terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda-beda latar belakang kebudayaannya, baik melalui
percobaan, tes, pengumpulan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan
cara pengumpuilan data lainnya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan
perbedaannya.Dengan metode ini suatu hipotesa mengenai tes misalnya yang
bebas-budaya ( cultural-free ) atau norma-norma yang dianggap universal (
misalnya kemampuan berbicara ) dapat dibuktikan kebenarannya.Dengan demikian
pula mengenai urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan,
apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada seuatu kelompok
keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan pendekatan lintas budaya ini.[9]
3.
Metode Psikologi Perkembangan
Teknik
dan cara penyelidikan yang dipakai dalam psikologi perkembangan, pada
prinsipnya sama dengan cara penelitian yang digunakan dalam ilmu penelitian
lainnya, sehingga banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian
dalam ilmu ini antara lain :
1. Metode
Eksperimen dan Tes
Penelitian
terhadap anak-anak tidak mudah dilakukan. Alasan pertama karena anak-anak
sangat sugestibel dan selalu berusaha menyenangkan hati si penanya. Alasan
kedua karena sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksud oleh anak itu.
a. Eksperimen
Penggunaan
eksperimen terhadap anak-anak hanya terbatas pada penyelidikan yang dapat
diamati dengan alat indera karena gejala-gejala jiwa yang bersifat rohaniah
masih sangat samar-samar . Bentuk-bentuk perasaan seperti kecewa, putus asa,
rindu, dan sebagainya, agar sukar diciptakan dalam suasana eksperimen, yaitu
suasana yang dibuat-buat. Walaupun eksperimen banyak kelemahannya, eksperimen
tetap bermanfaat digunakan karena, selain kelemahan itu, ia memiliki kelebihan
lain, misalnya dapat diselidiki dengan teliti karena peristiwanya dapat
diulang-ulangi.
b. Menggunakan
Tes
Anak-anak sekolah lanjutan sudah
dapat diteliti kecerdasannya dengan menggunakan tes walaupun sebelum diputuskan
hasilnya harus hati-hati dipertimbangkan
karena dapat menghasilkan pendapat yang global terhadap kelompok yang besar;
tidak diperoleh hasil kesimpulan yang teliti, dan hasil yang diperoleh kurang
menggambarkan kecerdasan yang sebenarnya.[10]
Penerapan metode ini yakni dengan
mengadakan percobaan-percobaan kepada seseorang untuk selanjutnya disimpulkan
hasilnya. Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk mendapatkan hasil untuk
dicocokkan dengan hasil pertama (di tes), melalui standar dengan ukuran-tukuran
tertentu. Metode ini pernah dilakukan oleh A. Binet, A. Gesell, Simon, dan
lain-lain.
2. Metode
Klinis
Suatu bentuk penelitian yang khusus
ditunjukkan kepada anak-anak ialah dengan cara mengamat-amati, mengajak
bercakap-cakap, dan Tanya jawab. Penggunaan metode klinis ini merupakan penggabungan
Eksperimen dan Observasi. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara megamati atas pertimbangan bahwa anak itu belum mampu
menggunakan isi pikiran dan perasaannya dengan bahasa yang lancar. Untuk
mempermudah tanya jawab dalam pelaksaannya digunakan daftar pertanyaan yang
memberi petunjuk kepada si peneliti tentang apa saja yang harus diperhatikan.
Metode klinis ini bersumber dari
psikiatri, yang menganggap anak sebagai orang yang sakit. Dalam klinik-klinik
khusus dengan situasi dan kondisi khusus orang berusaha mengamati kemampuan
anak-anak untuk tujuan media atau tujuan pedagogis. Metode ini pernah dilakukan
oleh Jean Piaget.
3.
Metode Pengamatan
(observasi)
Pada dasarnya metode ini adalah
metode yang paling dasar dilakukan dari semua metode yang ada. Yakni pengamatan
secara cermat dan sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan. Agar semua
aktifitas anak uang diselidiki selalu wajar. Kegiatan ini harus diiringi dengan
pencatatan hasil secara teliti dari gejala yang ada.Observasi adalah suatu cara
yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat pada suatu
jangka waktu tetentu atau pada suatu tahapan perkembangan tertentu. Metode ini
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :[11]
a. Observasi
Alami (natural observation)
Observasi alami adalah pencatatan data
mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara alamiah atau wajar. Jadi
dalam observasi alami peneliti melakukan semua pencatatan terhadap kehidupan
anak tanpa mengubah suasana atau mengontrol dalam situasi-situasi yang
direncanakan.
b. Observasi
Terkontrol (controlled observation)
Observasi terkontrol dilakukan bilamana
lingkungan tempat anak berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan
peneliti, sehingga bermacam-macam reaksi tingkah laku anak diharapkan akan
timbul. Dengan demikian dalam observasi terkontrol ini dilakukan manipulasi
terhadap tingkah laku tertentu. Observasi terkontrol ini bisa dilakukan
terhadap sekelompok anak yang sama umurnya atau sama jenis kelaminnya dan pada
waktu tertentu.
Kedua jenis observasi ini bisa dilakukan
dengan alat-alat modern serta dengan kuantifikasi secara statistic dan
pengolahan-pengolahan dengan computer. Jenis observasi yang kedua dianggap
lebih akuran daripada yang pertama, karena itu terkontrol dapat dilakukan untuk
tujuan-tujuan eksperimental dengan pendekatan dan metode yang sesuai lapangan
psikologi eksperimental.
4.
Metode Cross
Section Methode
Pelaksanaan metode ini adalah dengan
meneliti seseorang atau sekelompok anak yang setaraf dalam waktu tertentu untuk
untuk selanjutnya hasilnya dibandingkan (disilang) dengan anak setaraf lainnya,
dan kemudian disimpulkan dengan wujud hasil akhir penelitian. Metode ini pernah
digunakan oleh Arnold Gesell.
5.
Metode
Longitudinal – Methode
Oprasionalisasi dari metode ini
adalah dengan cara meneliti seseorang atau beberapa orang anak tertentu dimulai
dari dalam kandungan, sampai lahir hingga dewasa, tanpa diadakan cross
(silang). Didalam metode ini perlu diingat akan kemungkinan gangguan
kontinuitas penelitian, antara lain, pindah tempat, meninggal dunia, sakit, dan
lain-lain. Metode ini digunakan oleh Willard C. Olson.
6. Metode
Interview
Menggunakan metode ini sangat lazim
dan praktis digunakan oleh para orang tua. Pendidik untuk menyelidiki kondisi
anak-anak didiknya dengan cara mengadakan tanya jawab atau wawancara. Walaupun
tampaknya sederhana metode inipun membutuhkan adanya ketrampilan tersendiri dan
menghindari kesan yang dibuat-buat (semu), sehingga menyulitkan diperolehnya data
yang dikehendaki yakni data yang asli.
7. Metode
Questionnaire atau Angueto
Penggunaannya cukup dengan
menyodorkan daftar pertanyaan yang sudah disitematisasi sedemikian rupa dan
diselaraskan dengan tujuan dengan penelitian, untuk dapat dijawab secara tepat
dan benar. Yang perlu diperhatikan pada metode ini antara lain bahasa untuk
dapat dimengerti oleh anak. Setelah jawaban diperoleh, pekerjaan berikutnya
adalah menarik kesimpulan.[12]
8. Metode
Collection
Ini dapat dikerjakan dengan
mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karya atau kegemaran anak-anak,
antara lain : surat-surat catatan harian (dairy), karangan, prangko, lukisan
foto, dan lain-lain. Dari bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat untuk
dipelajari dan selanjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan. Kegiatan ini
pernah juga dilakukan oleh J. Sully dan lain-lain.
9. Introspeksi
Pengamayan
yang dilakukan dengan sengaja memperhatikan atau mempelajari proses kejiwaan
pada diri sendiri disebut introspeksi. Anak-anak tidak dapat mempergunakan
metode introspeksi. Melakukan introspeksi berarti mempelajari jiwa sendiri,
kesadaran tentang jiwa sendiri yang dapat dikenal dengan secara langsung.
Perbuatan dengan mepelajari jiwa sendiri membutuhkan latihan dan pengertian.
Itulah sebabnya para ahli tidak sependapat untuk menggunakan metode ini untuk
anak-anak.
10. Ekstrospeksi
Pengamatan yang dilakukan dengan
maksud mempelajari kejiwaan orang lain disebut ekstrospeksi. Hanya pekerjaan
kejiwaan pada diri sendiri orang yang langsung dapat dipelajari. Pekerjaan
kejiwaan pada diri orang lain hanya dapat kita duga. Hal-hal yang dapat
diperhatikan hanya terbatas pada unsure-unsur yang dapat ditangkap oleh
pancaindera. Dengan memperhatikan perubahan roman muka dan perbuatan yang
dilakukan oleh orang lain, kemudian kita coba menduga isi hatinya untuk
mengetahui apa yang sedang dipikirkannya. Bila dikerjakannya dengan teratur dan
seksama dapat diharapkan akan memperoleh kesimpulan yang mendekati kenyataan.
Dengan kehalusan perasaan kita mampu menetapkan sikap yang tepat dalam
pergaulan,yaitu dengan menyelami isi hati orang lain. Bila kita berusaha
memehami gerak-gerik orang lain, dalam usaha memehami itu dibutuhkan bantuan
introspeksi. Sama maksudnya dengan : untuk melakukan ekstrospeksi dibutuhkan
bantuan introspeksi.[13]
11. Metode
Pengumpulan
Metode berikut ini disebut metode tidak
langsung, seperti :
a.
Angket
Bentuk
angket berupa daftar pertanyaan yang dususun secara sistematis untuk
mendapatkan data-data dan informasi dari objek yang akan dipelajari. Daftar
pertanyaan itu disampaikan kepada anak (responden) untuk memperoleh data dan
informasi. Kemudian dilakukan pengolahan dan analisa terhadap data-data dan
informasi yang terkumpul. Usaha penelitian pada anak-anak dengan menggunakan
angket kadang-kadang mengalami hambatan karena anak itu sendiri belum menyadari
akan manfaatnya bagi dunia pendidikan dimasa mendatang.
b. Biografi
Jiwa
anak dapat dipahami dengan mempelajari riwayat hidupnya, baik yang mereka tulis
sendiri maupun yang dituliskan orang lain mengenai dirinya ;kedua karya itu
dapat mengungkapkan jiwa orang yang memiliki biografi itu. Riwayat hidup yang
ditulis sendiri oleh orang yang punya riwayat dinamakan autobiografi. Riwayat
hidup yang ditulis orang lain dinamakan biografi. Kedua riwayat hidup itu
menjadi sumber yang berharga untuk mendapatkan bahan-bahan yang dapat digunakan
untuk meneliti kejiwaan anak yang sedang diselidiki.[14]
c. Buku
harian
Menyelidiki
jiwa anak melalui buku hariannya dipelopori oleh Charlotte Buhler. Biasanya
anak pubertas suka menulis buku harian. Buku itu sangat bermanfaat untuk
mengungkapkan kejiwaannya. Buku harian anak yang dibuat anak dimasa pubertasnya
harus hati-hati mempelajarinya. Alasan pertama karena tidak memberikan
kesan-kesan yang umum. Kedua, karena hanya sedikit anak-anak yang suka membuat
buku harian untuk jangak waktu yang lama. Alasan lainnya, kalangan tertentu
tidak menulis buku hariannya dengan teratur dan sistematis, sehingga tidak
mungkin menjadikan buku harian itu sebagai pedoman untuk memahami keadaan
remaja.
Ada
yang hampir-hampir sama dengan buku harian, yaitu kenang-kenangan masa muda.
Penulisan kenang-kenangan masa muda sangat bergantung pada kemampuan ingatan
orang yang menulisnya. Kita harus hati-hati mempelajariya, sebab kalangan
remaja gemar melukiskan hal-hal yang mengagumkan, hal-hal yang indah-indah
saja, sedangkan kenyataan yang sebenarnya sering ia lupakan.
Metode pengumpulan dipergunakan untuk
menyelidiki gejala jiwa anak dengan cara mengumpulkan gambar atau foto-foto
kesukaannya, alat-alat permainan, karangan-karangan popular, lagu-lagu
kesukaan, dan sebagainya. Kerschensteiner adalah salah seorang diantara banyak
ilmuan yang suka mengumpulkan dan mempelajari gambar-gambar atau
lukisan-lukisan anak.
BAB III
PENUTUP
1. Saran
Dengan
adanya makalah ini mudah-mudahan kita sebagai calon seorang guru dapat memahami
karateristik murid-murid yang kita didik, denga melalui metode-metode psikologi
perkembangan yang kita pelajari, oleh karena itu kita harus belajar
sungguh-sungguh pada meteri psikologi perkembangan ini, nukan hanya
materi-materi ini saja tetapi juga pada materi-materi yang lainnya atau yang
akan datang. Selain itu juga kami ingin meminta maaf bila ada kesalahan pada
makalah ini baik yang disengaja ataupun tidak. Oleh karena itu kritik dan saran
kami terima dengan hati yang terbuka untuk memotifasi kelompok kami dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
2. Kesimpulan
Perhatian
dan pengamatan terhadap anak-anak oleh para filsuf sebenarnya sudah ada sejak
abad ke 5 SM hal ini dapat dibuktikandengan mempelajari pendapat-pendapat
antara lain : Plato (427-347 SM). Orang yang pertama kali yang menyusun teori
pendidikan secara teratur, Aris Toleles (384-322 SM). Orang yang menghendaki
pendidikan agar menciptakan kehidupan nasional sehingga ia menitikberatkan
perkembangan individu. Socatres (469-399 SM) Ia adalah sebagai peletak
abad-abad itu diYunani dan Romawi.Walaupun kebanyakan mereka itu masih
menganggap sama antara anak-anak dan remaja, perbedaan antara keduanya hanya
terletak pada ukuran fisiknya belaka.
Sedangkan
metode psikologi menurut Monks, Knoers, dan Hartono ( 2001 ), pembahasan
tentang metode penelitian ini dapat dibedakan anatara pendekatan yang lebih
umum dan metode yang lebih spesifik.
Teknik dan cara penyelidikan yang
dipakai dalam psikologi perkembangan, pada prinsipnya sama dengan cara
penelitian yang digunakan dalam ilmu penelitian lainnya, sehingga banyak cara
yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam ilmu ini antara lain,
metode Metode Eksperimen dan Tes, Metode Klinis, Metode Pengamatan (observasi),
Metode Cross Section Methode, Metode Longitudinal – Methode dan yang lain
sebagainya seperti yang disebutkan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Dzulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Ahmadi, Abu.Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka
Cipta
Mar’at Samsunuwiyati.2010. Psikologi Perkembangan.Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya
D.Gunarsah,
Singgih.1981. Dasar dan teori
Perkembangan Anak. Jakarta Pusat : BPK Gunung Mulya
Syam,
Nina W.2011. Psikologi Sebagai Akar Ilmu
Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Graham, Helen. 1986. Psikologi
Humanistic. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[1] Abu
Ahmadi.Psikologi Perkembangan.2005.hlmn
10
[2] Abu
Ahmadi.Op,Cit.hlm.11
[3]
Zulkifli L.Psikologi Perkembangan.2009.hlm
1
[4] Zulkifli
L.Op, Cit.hlm 3
[5]
Abu Ahmadi.Op, Cit.hlm 12
[6]
Samsunuwiyati Mar’at.Psikologi
Perkembangan.2010.hlm 60
[7]
Samsunuwiyati.Op, Cit.hlm 62
[8]
Ibid.hlm 63
[9]
Ibid. hlm 64
[10]
Zulkifli.hlm 10
[11]
Zulkifli.hlm 8
[12]
Abu Ahmadi.hlm 14
[13]
Zulkifli hlm 11
[14]
Ibid.hal 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar