Senin, 07 Januari 2013


MAKALAH
SEJARAH DAN METODE STUDY PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Tersruktur
Mata Kuliah    : Psikologi Perkembangan
Dosen: Patimah, M.Ag.
Di Susun Oleh :
Ibnu Ubaidilah
NIM: 14111110034
Ridwan
NIM: 14111110076
Rolis Irawati
NIM: 14111110081
Rumsari
NIM: 14111110083
TARBIYAH/PAI-B/KELOMPOK-2
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan, yang harus diperhatikan adalah sejarah dan dasar proses ilmu pengetahuan itu lahir. Hal ini bertujuan untuk dapat mempermudah dalam memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan. Oleh karena itu pada mata kuliah psikologi perkembangan ini juga alangkah lebih baiknya kita memahami sejarahnya terlebih dahulu.
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan psikologi dapat dibagi kedalam dua periode, yaitu masa sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Kedua periode ini dibatasi oleh berdirinya laboratorium psikologi pertama di Leipzig pada tahun 1879  yang didirikan oleh Wilhelm M. Wundt. Sebelum tahun 1879, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau faal, karena psikologi masih dibicarakan oleh sarjana-sarjana dari kedua bidang ilmu itu yang kebetulan mempunyai minat terhadap gejala jiwa, tetapi tentu saja penyelidikan-penyelidikan mereka masih terlalu dikaitkan dengan bidang ilmu mereka sendiri.
Selain sejarah metode study psikologi perkembangan juga sangat di perlukan, hal ini di karenakan agar dapat melakukan penelitian yang berkaitan dengan tingkah laku manusia, terutama yang berkaitan aspek-aspek kejiwaannya dengan mudah.
















BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Psikologi Perkembangan
            Perhatian dan pengamatan terhadap anak-anak oleh para filsuf sebenarnya sudah ada sejak abad ke 5 SM hal ini dapat dibuktikandengan mempelajari pendapat-pendapat antara lain : Plato (427-347 SM). Orang yang pertama kali yang menyusun teori pendidikan secara teratur, Aris Toleles (384-322 SM). Orang yang menghendaki pendidikan agar menciptakan kehidupan nasional sehingga ia menitikberatkan perkembangan individu. Socatres (469-399 SM) Ia adalah sebagai peletak abad-abad itu diYunani dan Romawi.Walaupun kebanyakan mereka itu masih menganggap sama antara anak-anak dan remaja, perbedaan antara keduanya hanya terletak pada ukuran fisiknya belaka.
            Akan tetapi setidak-tidaknya perhatian dan anggapan mereka terhadap anak-anak itu ,menunjukkan bukti adanya pemikiran tentang perkembangan anak pada zaman itu. Pemikiran dan pedapat para filsuf terhadap anak pada zaman itu.Pemikiran dan pendapat para filsuf terhadap anak pada waktu itu masih menyatu dengan filsafat, belum merupakan suatu ilmu yang berdiri sendiri.Baru pada akhir abad ke 18 Psikologi perkembangan menyusul sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Lahirnya ilmu ini diawali dengan timbulnya aliran Philanthropinisme, suatu paham yang mencintai sesama manusia terutama terhadap anak-anak. Pendiri aliran ini adalah Johan Berhard Basedow (1723-1970 Jerman)[1].
            Pendapatnya yang penting dari aliran ini adalah :
a. Pengajaran harus diselaraaskan dengan jalan perkembangan anak,
b. Manusia itu pada dasarnya baik,
c. Pengajaran harus dimulai dengan bendanya (peragaan),
d. Pengajaran harus menggembirakan dan menarik.   Pengikut aliran ini antara lain : Rochim Heinrich Campe ( 1744-1811 ), Gust-Muths ( 1759-1897 ). Karena pendapat-pendapatnya tersebut, aliran Philanthropinisme inilah yang mengantarkan lahirnya Psikologi Perkembangan.
            Yang di sponsori oleh Wilhelm Preyar, ( seorang dokter Jerman 1842-1897 ) yang telah berkarya mengadakan penelitian selama tiga tahun dan menulis hasil penelitian tersebut secara sistematis dengan judul : Die Seele Des Kindes ( The mint of the Child ) yang berarti jiwa anak, dan diterbitkan pada tahun 1882.[2]
            Disebabkan buah karya ilmiahnya itulah ia dikenal sebagai Bapak Psikologi Perkembangan. Sebenarnya pengetahuan tentang anak sudah lama dikenal.Pada zaman Romawi dan Yunani sudah ada para ahli yang memperhatikan pendidikan anak, walaupun pada zaman itu anak belum dipandang sebagai bentuk manusia yang tresendiri.Pada masa itu sejak kecil anak-anak sudah diikutsertakan bekerja bersama-sama dengan orang dewasa lainnya.
            Pada abad ke-4 SM, sekitar tahun 387 SM., Plato mendirikan sekolah filsafat yang bernama Akademi.Plato dilahirkan di Athena ( 427-347 ).Ia adalah murid Socrates, seorang ahli filsafat yang sangat terkenal di zamannya.Plato berpendapat jiwa manusia terbagi atas jiwa badaniah dan jiwa rohaniah.Jika jiwa badaniah akan gugur bersama-sama dengan raga manusianya, jiwa rohaniah tidak pernah berakhir, atau dengan kata lain bersifat abadi.Jiwa rohaniah bertumpu pada rasio dan logika, dan merupakan bagian jiwa yang tertinggi.Oleh karena itu, tidak akan pernah mati.
            Sementara itu, Aristoteles ( 384-322 )berpendapat bahwa semua makhluk hidup mempunyai jiwa termasuk manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan.Setiap benda jasmani mempunyai bentuk dan materi seperti halnya realita yang kita lihat.Bentuk ialah prinsip yang menentukan, sedang materi mempunyai kemungkinan untuk menerima bentuk.
            Pada zaman J.A. Comenius ( 1592-1671 ), para pendidik sudah mulai memperhatikan sifat-sifat khas yang dimiliki setiap anak.Comenius mengatakan bahawa anak tidak boleh dianggap sebagai orang dewasa yang bertubuuh kecil.Johan Amos Comenius, dilahirkan di Moravia, ketika berumur 26 tahun sudah menjadi guru.Dlam bukunya, Didactica Magna, ia menganjurkan agar pengajaran dapat menarik perhatian anak.Oleh karena itu pelajaran harus diragakan supaya anak-anak dapat mengamati, menyelidiki, dan mengalaminya sendiri.Dalam proses belajar-mengjar aktivitas anak benar-benar diperhatikan, walaupun pada zaman itu usaha-usaha untuk mempelajari jiwa anak belum sebaik keadaan yang sekarang.
           
Pada abad ke-18 Jean Jacques Rousseau ( 1712-1778 ), pendidik dan filsuf ternama pada zamannya, dalam bukunya Emile ou Peducation, 1762, menguraikan pikiran-pikarannya tentang pendidikan anak yang mengatakan “segala-galanya adalah baik sebagaimana keluar dari tangan Sang Pencipta, segala-galanya memburuk dalam tangan manusia.” Dari ucapan Rousseau itu terkandunng suatu pengertian yang beranggapan bahawa apa-apa yang diperoleh anak menurut alamnya selalu dipandang yang terbaik baginya, tetapi keasliannya akan merusak perkembangan anak itu sendiri.Oleh karena itu para pendidik perlu membekali dirinya dengan pengetahuan tentang kejiwaan anak didiknya.Pendidik yang mampu memahami jiwa anak didiknya, dapat menunjang upaya penididikan dalam usahanya mencapai tujuan yang lebih baik lagi.Menurut Rosseau, guru harus selalu memperhatikan sikapa muridnya ketika mereka itu menerima pelajaran.Rosseau lebih mengutamakan  dorongan belajar yang berasal dari minat anak itu sendiri, bukan karena dipengaruhi lingkungannya.[3]
            J.P Pestalozzi (1746-1827) di kenal sebagai pendidik yang sangat perhatikan pendidikan anak. Johan Heinrich Pestalozzi dilahirkan di Zurrich. Ia ingin meningkatkan pendidikan d masayarakat dengan cara mengutamakan pendidikan bagi anaka-anak. Ia menganjurukan agar pendidikan yang diberikan disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak. Pelajaran didasarkan pada pengalaman, dimulai dari tingkat yang mudah mengarahkan pada tingkat yang lebih sulit selain sebagai pendidik yang memperhatikan perkembangan jiwa anak, ia dikenal pula sebagai pendidik sosial dan bapak pengajaran klasikal.
            F. Frobel 1782-1852 dikenal pula sebagai pendidik yang menaruh perhatian pada kehidupan anak-anak. Ia mendirikan taman kanak-kanak di Blankenburg. Taman kanak-kanak adalah tempat anak-anak bermain dan juga sebagai tempat melatih daya cipta anak dengan menggunakan alat-alat permainan.
            Dietrich Tiedeman 1787 ia dikenal sebagai salah seorang perintis yang gigih perjuangannya pada masa itu untuk mengusahakan agar kelak psikologi anak dapat diakui sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya yang telah diakui lebih dahulu.
Pada tahun 1880 dikenal istilah pedologi. Kata pedologi berasal dari kata paedos yang berarti anak dan kata logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian pedologi adalah ilmu tentang anak. Selain dalam bidang pendidikan pedologi juga terdapat dalam bidang kedokteran. Psikologi anak adalah bagian dari pedologi itu karena ia mempelajari perkembangan jasmani, rohani, pengaruh lingkungan, dan pengaruh lingkungan.
Pada abad ke-20 ini sudah banyak ahli psikologi anak dari berbagai negara, diantaranya :
a. Dari Jerman
v  Pasangan suami istri Wiliams Stern dan Clara Stein dengan bukunya Psychologie der Pruchen Kindheit (psikologi anak pada usia sangat muda) tahun 1914, mempelajari permainan dan perkembangan bahasa anak-anak
v  Charlott) Buhler dan suaminya Karl Buhler Kindheit und Jugend (masa anak muda tahun 1928)
v  Meuman mempelajari cara berpikir anak. Ia berpendapat bahwa anak-anak masih mudah dipengaruhi (suggestible) dan lekas malu.
v  Kerschensteiner berhasil mengumpulkan dan memiliki sejumlah gambara anak-anak, kemudian ia digolongkan dalam masa-masa perkembangan menggambar.[4]

b. Dari Prancis
v  Compayre, Peres dan Jean Piaget. Piaget mempelajari cara berpikir dan bahasa pada anak-anak.
v  Alvred Binet, ia dikenal sebagai orang yang berhasil dalam penelitian kecerdasan anak pada tahun 1895.

c. Dari Inggris
v  Helbert Spancer dengan bukunya The Principles  of Psicology (prinsip-prinsip psikologi) tahun 1970
v  J. Sully dengan Studies in childhood (studi tentang bentuk anak) tahun 1893.

d. Dari Swiss
v  Jean Piager, banyak sekali tulisannya antara lain Play, dreams, dan imitation (bermain, bermimpi, dan meniru) tahun 1951.[5]




e. Dari Nederland
v  Prof. Konstamm mempelajari permainan pada anak-anak.
v  Prof. Langeveld mengemukakan berbagai masa atau fase dalam perkembangan. Ia berpendapat bahwa masing-masing perkembangan itu tidak mutlak harus dialami setiap anak dalam perkembangannya menjadi seorang yang dewasa.

f. Dari Belgia
v  Dr. Decroly dan Dr. Schuyten. Mereka mengemukakan tentang pentingnya memperhatikan minat anak dalam pendidikan dan pengajaran.

g. Dari Amerika.
v  Tracy, Sully, dan Stanley Hall, mempelajari permainan anak-anak dan memperkenalkan teori atavisme. Ia juga menulis tentang Adolesence pada tahun 1904.

h. Begitu juga dari Indonesia
v  Ki Hajar Dewantara dengan taman indriyannya, taman siswanya, Prof. Abdullah Sigit, Prof. Dr. Toedung, Sultan Gunung Mulya, dan lain-lain.         

Masih banyak lagi para Psikolog yang tidak sempat diuraikan disini seperti di Italia : Dr. Maria Montessori, di Uni Soviet, Pavlov, Rubinstein, dan lain sebagainya.

2. Metode Penelitian Psikologi Perkembangan
            Menurut Monks, Knoers, dan Hartono ( 2001 ), pembahasan tentang metode penelitian ini dapat dibedakan anatara pendekatan yang lebih umum dan metode yang lebih spesifik.[6]
a.   Pendekatan umum
Pendekatan yang lebih umum mengandung dua arti penSgertian, yaitu memberikan lebih banyak data mengenai keseluruhan perkmbangan atau beberapa aspeknya, dan meninjau pengaruh faktor endogen ( bawaan ) dan eksogen ( lingkungan, khususnya kebudayaan ) bagi perkembangan seseorang.Diantara pendekatan yang digunakan dalam studi-studi psikologi perkembangan adalah :
·     Pendekatan cross-sectional ( lintas-penampang )
Hetheringtin dan Parke ( 1979 ) mendefinisikan cross-sectional sebagai “a method of studying the development of children in which the age to be compared are presented by different groups of children”.Dengan demikian dapat dipahami bahwa kros-seksional adalah salah satu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat.Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang atau kelompok orang dari tingkatan umur yang berbeda-beda.Kelompok yang berbeda tersebuut deapat dibandingkan dalam hal keberagaman variable terikat, seperti “ IQ, memori, relasi teman sebaya, dan lain-lain.Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat.Melalui pendekatan kroseksional inidapt diperoleh pengertian yang lebih baik akan faktor yang khas atau yang kurang khas bagi kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan utama pendekatan kroseksional adalah bahwa para peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh.Adapun kelemahan pendekatan ini tidak memberi informasi tentang bagimana individu berubah atau tentang stabilitas karakteristiknya.Naik turunnya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
·     Pendekatan Longitudinal ( jangka panjang )
Secara sederhana Seifert dan Hoffnung ( 1994 ) mengartikan longitudinal sebagai “a study of the same subject over a relatively long period, often months or years”,Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang dimaksud pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai mati atau mengikuti perkembangan seseorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau selama masa remaja.[7]
Pendekatan longitudinal juga mempunyai keuntungan dan kelemahan.Diantara keuntungan pendekatan ini adalah :
  1. Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
  2. Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi maupun dalam kelompok.
  3. Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan penggunaan pendekatan ini adalah :
1.      Membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.
2.      Memerlukan banyak peneliti yang memungkinkan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
3.      Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian ynaag sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.
Hurlock ( 1946 ) menunjukkan hail-hasil penelitian yang penting dengan metode longitudinal ini adalah :
1.      Mengenai pembimbingan intelek, oleh :
a.       N. Baley -1955
b.      W.A. Owens -1953
c.       L.M. Terman -1974, 1959.
2.      Mengenai perkembangan kesempatan seks dan pengaruhnya terhadap tingkah laku social dan kepribadian pada umumnya, oleh : M.C. Jones dan P.H. Mussen – 1958
3.      Mengenai cirri-ciri kepribadian yang menetap pada anak-anak, dewasa, dan lanjut usia, oleh : M.E. Smith -1952
·     Pendekatan Sekuensial
Untuk mempelajari perkembangan rentang hidup, sejumlah pakar psikologi perkembangan juga menggunakan kombinasi dari pendekatan kros-seksional dan pendekatan longitudinal.Kombinasi ini dinamakan Pendekatan Sekuensial.Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai dengan pendekatan kros-seksional yang mencakup individu dari usia yang berbeda.Berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengukuran awal, individu yang sama diujji lagi ( ini merupakan aspek longitudinal dari rancangan ).Pada waktu selanjutnya sekelompok subjek baru diukur pada masing-masing tingkat usia.Kelompok baru pada masing-masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk mengontrol perubahan yang ( gugur ) dari studi, atau pengujian ulang mungkin telah meningkatkan kinerja mereka.[8]
Meskipun pendekatan sekuensial ini kompleks, mahal, dan lam, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari pendekatan kros-seksional atau pendekatan longitudinal.Pendekatan Sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor ( generasi ) pada perkembangan rentang hidup.
·     Pendekatan cross-cultural ( silang budaya )
            Menurut Matsumoto ( 2001 ), pendekatan kros-kultural adalah “ A viewpoint for understanding truth and principles about human behavior across cultures.” Sedangkan menurut Eckensberger ( 1973 ), pendekatan kros-kultural adalah “Systematic comparison of psychological measures under different cultural conditions, in which cultural-the operasionalized culture concept of cultural anthropology-serve as the independent variables”
            Dari dua definisi di atas dapat dipahami bahwa pendekatan kros-kultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.Akhir-akhir ini metode ini banyak dilakukan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan atau persamaan pada perkembangan anak pada beberapa latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.Dengan metode ini bisa dijelaskan mengenai hipotesa-hipotesa yang ada melalui faktor-faktor yang yang diperoleh, misalnya tentang besar kecilnya pengaruh dari faktor sosial, ekonomi, pola pengasuhan, dan gaya hidup terhadap cirri-ciri kepribadian perkembangan-perkembangan kognitif.
            Metode ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda-beda latar belakang kebudayaannya, baik melalui percobaan, tes, pengumpulan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan cara pengumpuilan data lainnya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaannya.Dengan metode ini suatu hipotesa mengenai tes misalnya yang bebas-budaya ( cultural-free ) atau norma-norma yang dianggap universal ( misalnya kemampuan berbicara ) dapat dibuktikan kebenarannya.Dengan demikian pula mengenai urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada seuatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan pendekatan lintas budaya ini.[9]

3. Metode Psikologi Perkembangan
Teknik dan cara penyelidikan yang dipakai dalam psikologi perkembangan, pada prinsipnya sama dengan cara penelitian yang digunakan dalam ilmu penelitian lainnya, sehingga banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam ilmu ini antara lain :
1.    Metode Eksperimen dan Tes
Penelitian terhadap anak-anak tidak mudah dilakukan. Alasan pertama karena anak-anak sangat sugestibel dan selalu berusaha menyenangkan hati si penanya. Alasan kedua karena sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksud oleh anak itu.
a.       Eksperimen
Penggunaan eksperimen terhadap anak-anak hanya terbatas pada penyelidikan yang dapat diamati dengan alat indera karena gejala-gejala jiwa yang bersifat rohaniah masih sangat samar-samar . Bentuk-bentuk perasaan seperti kecewa, putus asa, rindu, dan sebagainya, agar sukar diciptakan dalam suasana eksperimen, yaitu suasana yang dibuat-buat. Walaupun eksperimen banyak kelemahannya, eksperimen tetap bermanfaat digunakan karena, selain kelemahan itu, ia memiliki kelebihan lain, misalnya dapat diselidiki dengan teliti karena peristiwanya dapat diulang-ulangi.
b.      Menggunakan Tes
            Anak-anak sekolah lanjutan sudah dapat diteliti kecerdasannya dengan menggunakan tes walaupun sebelum diputuskan hasilnya harus hati-hati  dipertimbangkan karena dapat menghasilkan pendapat yang global terhadap kelompok yang besar; tidak diperoleh hasil kesimpulan yang teliti, dan hasil yang diperoleh kurang menggambarkan kecerdasan yang sebenarnya.[10]
            Penerapan metode ini yakni dengan mengadakan percobaan-percobaan kepada seseorang untuk selanjutnya disimpulkan hasilnya. Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk mendapatkan hasil untuk dicocokkan dengan hasil pertama (di tes), melalui standar dengan ukuran-tukuran tertentu. Metode ini pernah dilakukan oleh A. Binet, A. Gesell, Simon, dan lain-lain.
2.      Metode Klinis
            Suatu bentuk penelitian yang khusus ditunjukkan kepada anak-anak ialah dengan cara mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap, dan Tanya jawab. Penggunaan metode klinis ini merupakan penggabungan Eksperimen dan Observasi. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara megamati  atas pertimbangan bahwa anak itu belum mampu menggunakan isi pikiran dan perasaannya dengan bahasa yang lancar. Untuk mempermudah tanya jawab dalam pelaksaannya digunakan daftar pertanyaan yang memberi petunjuk kepada si peneliti tentang apa saja yang harus diperhatikan.
            Metode klinis ini bersumber dari psikiatri, yang menganggap anak sebagai orang yang sakit. Dalam klinik-klinik khusus dengan situasi dan kondisi khusus orang berusaha mengamati kemampuan anak-anak untuk tujuan media atau tujuan pedagogis. Metode ini pernah dilakukan oleh Jean Piaget.

3.         Metode Pengamatan (observasi)
            Pada dasarnya metode ini adalah metode yang paling dasar dilakukan dari semua metode yang ada. Yakni pengamatan secara cermat dan sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan. Agar semua aktifitas anak uang diselidiki selalu wajar. Kegiatan ini harus diiringi dengan pencatatan hasil secara teliti dari gejala yang ada.Observasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat pada suatu jangka waktu tetentu atau pada suatu tahapan perkembangan tertentu. Metode ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :[11]
a.       Observasi Alami (natural observation)
Observasi alami adalah pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara alamiah atau wajar. Jadi dalam observasi alami peneliti melakukan semua pencatatan terhadap kehidupan anak tanpa mengubah suasana atau mengontrol dalam situasi-situasi yang direncanakan.
b.      Observasi Terkontrol (controlled observation)
Observasi terkontrol dilakukan bilamana lingkungan tempat anak berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan peneliti, sehingga bermacam-macam reaksi tingkah laku anak diharapkan akan timbul. Dengan demikian dalam observasi terkontrol ini dilakukan manipulasi terhadap tingkah laku tertentu. Observasi terkontrol ini bisa dilakukan terhadap sekelompok anak yang sama umurnya atau sama jenis kelaminnya dan pada waktu tertentu.
Kedua jenis observasi ini bisa dilakukan dengan alat-alat modern serta dengan kuantifikasi secara statistic dan pengolahan-pengolahan dengan computer. Jenis observasi yang kedua dianggap lebih akuran daripada yang pertama, karena itu terkontrol dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan eksperimental dengan pendekatan dan metode yang sesuai lapangan psikologi eksperimental.
4.        Metode Cross Section Methode
            Pelaksanaan metode ini adalah dengan meneliti seseorang atau sekelompok anak yang setaraf dalam waktu tertentu untuk untuk selanjutnya hasilnya dibandingkan (disilang) dengan anak setaraf lainnya, dan kemudian disimpulkan dengan wujud hasil akhir penelitian. Metode ini pernah digunakan oleh Arnold Gesell.

5.        Metode Longitudinal – Methode
            Oprasionalisasi dari metode ini adalah dengan cara meneliti seseorang atau beberapa orang anak tertentu dimulai dari dalam kandungan, sampai lahir hingga dewasa, tanpa diadakan cross (silang). Didalam metode ini perlu diingat akan kemungkinan gangguan kontinuitas penelitian, antara lain, pindah tempat, meninggal dunia, sakit, dan lain-lain. Metode ini digunakan oleh Willard C. Olson.

6.      Metode Interview
            Menggunakan metode ini sangat lazim dan praktis digunakan oleh para orang tua. Pendidik untuk menyelidiki kondisi anak-anak didiknya dengan cara mengadakan tanya jawab atau wawancara. Walaupun tampaknya sederhana metode inipun membutuhkan adanya ketrampilan tersendiri dan menghindari kesan yang dibuat-buat (semu), sehingga menyulitkan diperolehnya data yang dikehendaki yakni data yang asli.

7.      Metode Questionnaire atau Angueto
            Penggunaannya cukup dengan menyodorkan daftar pertanyaan yang sudah disitematisasi sedemikian rupa dan diselaraskan dengan tujuan dengan penelitian, untuk dapat dijawab secara tepat dan benar. Yang perlu diperhatikan pada metode ini antara lain bahasa untuk dapat dimengerti oleh anak. Setelah jawaban diperoleh, pekerjaan berikutnya adalah menarik kesimpulan.[12]

8.      Metode Collection
            Ini dapat dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karya atau kegemaran anak-anak, antara lain : surat-surat catatan harian (dairy), karangan, prangko, lukisan foto, dan lain-lain. Dari bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat untuk dipelajari dan selanjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan. Kegiatan ini pernah juga dilakukan oleh J. Sully dan lain-lain.

9.      Introspeksi
Pengamayan yang dilakukan dengan sengaja memperhatikan atau mempelajari proses kejiwaan pada diri sendiri disebut introspeksi. Anak-anak tidak dapat mempergunakan metode introspeksi. Melakukan introspeksi berarti mempelajari jiwa sendiri, kesadaran tentang jiwa sendiri yang dapat dikenal dengan secara langsung. Perbuatan dengan mepelajari jiwa sendiri membutuhkan latihan dan pengertian. Itulah sebabnya para ahli tidak sependapat untuk menggunakan metode ini untuk anak-anak.

10.   Ekstrospeksi
            Pengamatan yang dilakukan dengan maksud mempelajari kejiwaan orang lain disebut ekstrospeksi. Hanya pekerjaan kejiwaan pada diri sendiri  orang  yang langsung dapat dipelajari. Pekerjaan kejiwaan pada diri orang lain hanya dapat kita duga. Hal-hal yang dapat diperhatikan hanya terbatas pada unsure-unsur yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Dengan memperhatikan perubahan roman muka dan perbuatan yang dilakukan oleh orang lain, kemudian kita coba menduga isi hatinya untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkannya. Bila dikerjakannya dengan teratur dan seksama dapat diharapkan akan memperoleh kesimpulan yang mendekati kenyataan.
            Dengan kehalusan perasaan kita  mampu menetapkan sikap yang tepat dalam pergaulan,yaitu dengan menyelami isi hati orang lain. Bila kita berusaha memehami gerak-gerik orang lain, dalam usaha memehami itu dibutuhkan bantuan introspeksi. Sama maksudnya dengan : untuk melakukan ekstrospeksi dibutuhkan bantuan introspeksi.[13]

11.  Metode Pengumpulan
            Metode berikut ini disebut metode tidak langsung, seperti :
a.         Angket
              Bentuk angket berupa daftar pertanyaan yang dususun secara sistematis untuk mendapatkan data-data dan informasi dari objek yang akan dipelajari. Daftar pertanyaan itu disampaikan kepada anak (responden) untuk memperoleh data dan informasi. Kemudian dilakukan pengolahan dan analisa terhadap data-data dan informasi yang terkumpul. Usaha penelitian pada anak-anak dengan menggunakan angket kadang-kadang mengalami hambatan karena anak itu sendiri belum menyadari akan manfaatnya bagi dunia pendidikan dimasa mendatang.
b.    Biografi
          Jiwa anak dapat dipahami dengan mempelajari riwayat hidupnya, baik yang mereka tulis sendiri maupun yang dituliskan orang lain mengenai dirinya ;kedua karya itu dapat mengungkapkan jiwa orang yang memiliki biografi itu. Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh orang yang punya riwayat dinamakan autobiografi. Riwayat hidup yang ditulis orang lain dinamakan biografi. Kedua riwayat hidup itu menjadi sumber yang berharga untuk mendapatkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk meneliti kejiwaan anak yang sedang diselidiki.[14]
c.    Buku harian
          Menyelidiki jiwa anak melalui buku hariannya dipelopori oleh Charlotte Buhler. Biasanya anak pubertas suka menulis buku harian. Buku itu sangat bermanfaat untuk mengungkapkan kejiwaannya. Buku harian anak yang dibuat anak dimasa pubertasnya harus hati-hati mempelajarinya. Alasan pertama karena tidak memberikan kesan-kesan yang umum. Kedua, karena hanya sedikit anak-anak yang suka membuat buku harian untuk jangak waktu yang lama. Alasan lainnya, kalangan tertentu tidak menulis buku hariannya dengan teratur dan sistematis, sehingga tidak mungkin menjadikan buku harian itu sebagai pedoman untuk memahami keadaan remaja.
          Ada yang hampir-hampir sama dengan buku harian, yaitu kenang-kenangan masa muda. Penulisan kenang-kenangan masa muda sangat bergantung pada kemampuan ingatan orang yang menulisnya. Kita harus hati-hati mempelajariya, sebab kalangan remaja gemar melukiskan hal-hal yang mengagumkan, hal-hal yang indah-indah saja, sedangkan kenyataan yang sebenarnya sering ia lupakan.
        Metode pengumpulan dipergunakan untuk menyelidiki gejala jiwa anak dengan cara mengumpulkan gambar atau foto-foto kesukaannya, alat-alat permainan, karangan-karangan popular, lagu-lagu kesukaan, dan sebagainya. Kerschensteiner adalah salah seorang diantara banyak ilmuan yang suka mengumpulkan dan mempelajari gambar-gambar atau lukisan-lukisan anak.

BAB III
PENUTUP

1.      Saran
Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan kita sebagai calon seorang guru dapat memahami karateristik murid-murid yang kita didik, denga melalui metode-metode psikologi perkembangan yang kita pelajari, oleh karena itu kita harus belajar sungguh-sungguh pada meteri psikologi perkembangan ini, nukan hanya materi-materi ini saja tetapi juga pada materi-materi yang lainnya atau yang akan datang. Selain itu juga kami ingin meminta maaf bila ada kesalahan pada makalah ini baik yang disengaja ataupun tidak. Oleh karena itu kritik dan saran kami terima dengan hati yang terbuka untuk memotifasi kelompok kami dalam pembuatan makalah selanjutnya.

2.      Kesimpulan
Perhatian dan pengamatan terhadap anak-anak oleh para filsuf sebenarnya sudah ada sejak abad ke 5 SM hal ini dapat dibuktikandengan mempelajari pendapat-pendapat antara lain : Plato (427-347 SM). Orang yang pertama kali yang menyusun teori pendidikan secara teratur, Aris Toleles (384-322 SM). Orang yang menghendaki pendidikan agar menciptakan kehidupan nasional sehingga ia menitikberatkan perkembangan individu. Socatres (469-399 SM) Ia adalah sebagai peletak abad-abad itu diYunani dan Romawi.Walaupun kebanyakan mereka itu masih menganggap sama antara anak-anak dan remaja, perbedaan antara keduanya hanya terletak pada ukuran fisiknya belaka.
Sedangkan metode psikologi menurut Monks, Knoers, dan Hartono ( 2001 ), pembahasan tentang metode penelitian ini dapat dibedakan anatara pendekatan yang lebih umum dan metode yang lebih spesifik.
            Teknik dan cara penyelidikan yang dipakai dalam psikologi perkembangan, pada prinsipnya sama dengan cara penelitian yang digunakan dalam ilmu penelitian lainnya, sehingga banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam ilmu ini antara lain, metode Metode Eksperimen dan Tes, Metode Klinis, Metode Pengamatan (observasi), Metode Cross Section Methode, Metode Longitudinal – Methode dan yang lain sebagainya seperti yang disebutkan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Dzulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Ahmadi, Abu.Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Rineka Cipta
Mar’at Samsunuwiyati.2010. Psikologi Perkembangan.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
D.Gunarsah, Singgih.1981. Dasar dan teori Perkembangan Anak. Jakarta Pusat : BPK Gunung Mulya
Syam, Nina W.2011. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Graham, Helen. 1986.  Psikologi Humanistic. Yogyakarta: Pustaka Pelajar



[1] Abu Ahmadi.Psikologi Perkembangan.2005.hlmn 10
[2] Abu Ahmadi.Op,Cit.hlm.11
[3] Zulkifli L.Psikologi Perkembangan.2009.hlm 1
[4] Zulkifli L.Op, Cit.hlm 3
[5] Abu Ahmadi.Op, Cit.hlm 12
[6] Samsunuwiyati Mar’at.Psikologi Perkembangan.2010.hlm 60
[7] Samsunuwiyati.Op, Cit.hlm 62
[8] Ibid.hlm 63
[9] Ibid. hlm 64
[10] Zulkifli.hlm 10
[11] Zulkifli.hlm 8
[12] Abu Ahmadi.hlm 14
[13] Zulkifli hlm 11
[14] Ibid.hal 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar